6. Kencan?

195 16 3
                                    

.Rumah Hanbin.

Walaupun harus tertatih dalam berjalan tapi Hanbin dapat sampai tujuan. Gerbang pintu dibuka oleh satpam yang dengan ramah menyapa Hanbin.

“Pulang telat lagi tuan muda?”

Hanbin tersenyum.

“Tiap hari latihan, tidak lelah?”

Hanbin menggelengkan kepala.

“Hari ini bukan latihan. Tapi habis mengantar cewek pulang!” aku Hanbin seraya mengode untuk merahasiakannya.

Kini Hanbin dapat merebahkan tubuhnya yang kelelahan dan juga kesakitan. Bibirnya tersenyum lebar ketika mengingat kejadian dimana Jiwon tiba-tiba mendaratkan kecupan.

Ternyata dia nggak sepolos itu

Hanbin mengelus bibirnya dengan terus terngiang-ngiang kecupan singkat yang untuk pertama kalinya didapatkan dari seorang cewek.

“Ehem..”

Hanbin menoleh kearah ibu nya yang tiba-tiba mendehem. Membuyarkan lamunan Hanbin.

“Kayaknya mamah menganggumu yang sedang melamun?”

“Sini mah.. Habin ingin cerita sedikit ke mamah!” Hanbin antusias.

Sang ibu lebih antusias. Karena untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir Hanbin jadi anak yang menutup diri terhadap ibunya. Dan kini Hanbin mulai membuka diri kepadanya.

Sebelum Hanbin bercerita, ia menatap wajah ibunya dengan senyuman yang tiada terhenti hingga membuat sang ibu ikut tersenyum padanya.

“Hanbin jatuh cinta, mah!”

“Hah?”

“Dia cewek baik dan juga cantik,”

“Siapa namanya? Sekolahnya? Bla.. Bla.. Bla..”

Begitu banyak pertanyaan yang keluar dari mulut ibunya sehingga Hanbin bingung untuk menjawab.

“Mah Hanbin bingung jawabnya”

“Maafkan mamah. Ini pertama kalinya kau membicarakan soal cinta dan wanita. Jadi semangat 45 mamah membara mendengarkanmu.”

“Namanya?”

“Jiwon, Kim jiwon!” bisik Hanbin malu-malu.

Gemas sang ibu dengan tingkah laku anaknya itu. “Seperti anak kecil saja, he!”

“Dia bersekolah ditempat yang sama denganku”

“Benarkah? Hem.. Sepertinya mamah harus menemuinya segera mungkin.”

“Jangan mah” cegah Hanbin.

Ibunya mendelikan mata sinis. “Kau tidak berniat menyembunyikan dari mamah, bukan?”

“Untuk saat ini, iya mah!”

“Tapi, kenapa?”

“Maksud Hanbin mamah akan kenal dia__”

Ibunya memasang wajah bahagia. Tetapi kemudian murung kembali ketika Hanbin melanjutkan kalimatnya, “Tapi, hanya sebagai teman Hanbin dan tidak lebih.”

“Jadi dia belum jadi kekasihmu?” ringisnya.

“Untuk saat ini belum mah”

“Kenapa mengulur waktu untuk memilikinya?” harannya.

“Aku lelah mah.. Aku ingin istirahat dulu.”

Walaupun kecewa karena Hanbin tak mengungkapkan alasannya, tetapi ibunya sudah sangat bersyukur Hanbin bukanlah Hanbin yang dua tahun terakhir.

TENTANG DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang