Hiks... Hiks.. Hiks...
Disebuah taman yang begitu ramai ada satu gadis yang begitu terpukul dalam kesedihan. Bagaimana dia tidak sedih? Sang lelaki yang dicintainya pergi begitu saja. Dan yang membuatnya makin sedih adalah, lelaki itu menyarankan untuk menerima lamaran pria lain yang sangat tidak disukainya.
Jiwon. Yah dia sedang menangis sekarang seorang diri. Hilir mudik pengunjung taman memperhatikannya, namun dia tak perduli karena kesedihan yang dirasakannya lebih menyakitkan dibandingkan pandangan penuh pertanyaan dari orang-orang sekitar.
"Inikah akhir kisah kita Hanbin? Dimana kau pergi dan menyerahkanku pada iblis itu?"
Tangisan Jiwon makin kencang. Tak menerima keputusan Hanbin yang seolah lari dari kenyataan.
"Apa kau ingin bahagia tanpa mengajakku? Kenapa kau lari dan membiarkanku disini dengannya? Hanbin.. Hanbin.."
Jiwon mengangkat kepalanya. Menatap lurus kedepan, ia menyeka sisa airmata yang menpel.
"Aku akan membawamu kembali. Apa pun caranya aku ingin kau disini bersamaku. Meski pun aku harus menghilangkan nyawa ibils sialan itu."
Jiwon merogoh sakunya dan mengambil handphone dari sana. Dicarinya nomer milik Seojoon yang bertulisakan "Sang Iblis"
Tut..
Tut..
Tut.."Hai calon istriku!"
Sapaan Seojoon membuat Jiwon muak mendengarnya.
"Yak. Temui aku sekarang juga."
"Kau sudah yakin untuk menerimaku?"
Jiwon lantang, "Aku bilang kau kesini dan bicara denganku empat mata" tutup Jiwon kesal.
"Kita lihat saja Seojoon. Kau gak akan dapat tersenyum lagi setelah ini. Kau adalah iblis yang harus musnah dari muka bumi ini, agar Hanbin kembali mendapatkan kebahagiaannya."
=Skip=
Seojoon melangkahkan kakinya menuju Jiwon yang sudah terlihat oleh bolamatanya.
"Kenapa ditempat seperti ini?"
"Kenapa? Kau takut?"
Seojoon tertawa, "Haha.. Bukankah kau memilih tempat ramai seperti ini karena kau yang takut padaku?"
"Kau adalah iblis, walau pun aku takut padamu, tapi aku harus kuat untuk menghabisimu."
"Aku benar bukan?" tanya Seojoon.
"Jangan senang dengan dugaanmu yang menganggapku takut. Aku memintamu datang bukankah sebuah keberanian?"
"Yah! Aku akui itu kau sungguh berani, dan akan lebih berani kalau kau menerima lamaranku, bukan?"
"Jangan harap." tolak Jiwon.
"Kau sungguh keras kepala"
"Mana mau aku bersanding dengan iblis sepertimu"
"Karena aku iblis, dan kau adalah malaikat, bukankah kita akan cocok untuk saling belajar satu sama lain?"
Jiwon menghentakan barisan giginya karena sudah terlalu marah. Dengan tanpa alat apa pun, hanya bantuan tangan saja Jiwon siap melayangkan bogem mentah padanya.
Namun na'as, Seojoon menghindar dan malah menarik tangan Jiwon hingga kini Jiwon sudah berada didekapan Seojoon yang memeluknya dari belakang.
"Lepaskan aku, atau aku teriak?"
"Silahkan. Aku nggak akan mencegah, kau berteriak sekencang apa pun aku gak akan menahanmu." Seojoon penuh yakin.
"Kau. Dasar iblis, kenapa kau tega merusak kebahagiaan aku dan dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG DIA
RomanceKeingin tahuan terhadap seseorang. Mencoba untuk tidak perduli, tapi nihil dan ingin selalu tahu akan tentang dirinya. Yah. Tentang dia. By : penulis abal-abal 😆😆