.Sekolah.
Pagi ini ada yang lain dari keadaan disetiap pagi. Dimana Jiwon tak melihat aksi kekerasan lagi ditempat biasanya.
"Syukurlah. Dia dapat tenang hari ini."
Jiwon kembali mengayuh sepedahnya. Lalu memarkir ditempat yang sama, karena memang hanya ada 10 siswa yang menggunakan sepedah dari ratusan siswa yang memakai motor dan juga mobil.
Beruntunglah Kim jiwon menjadi anak yang pintar. Karena itu dia dapat masuk ke sekolah elit dengan beasiswa yang didapatkan.
"Kenapa aku tidak melerai mereka dari sejak dulu saja, he?" kekeh Jiwon.
Ada kebanggaan tersendiri bagi Jiwon karena dapat menyelamatkan sekolah dari aksi tak pantas oleh segerombolan anak berandalan seperti, Park seojoon.
"Hey.. Hey.. Cepat.."
"Cepatlah.. Mereka sedang melakukannya.."
"Lari.. Nanti kau tidak melihatnya.."
Terdengar riuh siswa siswi yang berlarian. Percakapan samar mereka membuat Jiwon penasaran sehingga menahan salah seorang yang akan mengejar temannya.
"Apa ada sesuatu?"
"Joon. Seojoon dia,"
"Ohh.. Aku tahu, dia nggak menganggu Hanbin lagi bukan?" Jiwon memotong ucapannya.
"Bukan itu. Bahkan sekarang dia sedang melakukannya ditempat lain." ralat orang itu yang bergegas pergi dari hadapan Jiwon.
"Yak. Ternyata dia nggak kapok, cari mati dia karena gak mendengar kata-kataku kemarin." dumal Jiwon.
Lari. Cepat. Jiwon menuju tempat dimana Hanbin sedang dipukuli. Tak ada 1 orang pun yang berani menahan. Tak ada 1 orang pun yang sanggup melerai.
"Bhuk.. Bhuk.. Bhuk.."
Bolamata Jiwon tak sanggup melihat Hanbin yang sudah berlumuran darah. Hatinya meradang sehingga dengan gagah berani Jiwon menahan tangan Seojoon yang akan mendarat di wajah Hanbin.
"Matilah aku!"
Seojoon mendelik kaget melihat Jiwon kembali ikut campur dalam urusannya.
"Kau? Lagi-lagi kau menghalangi, cari mati, hah?" pekik Seojoon.
Celotehan orang-orang terdengar jelas di telinga Jiwon. Bukan mendukung, melainkan mencibir keberaniannya.
"Cewek bodoh"
"Dia nggak berpikir bahwa dirinya seorang superwomen, bukan?"
"Ku rasa dia akan segera jadi bulan-bulanan Seojoon"
Kalimat-kalimat yang merendahkannya itu tak diperdulikan Jiwon saat ini. Karena amarah Seojoon lebih mencekam batinnya.
"Ooh tuhaaan. Tolong diriku!"
"Aku sudah memperingatkanmu sebelumnya, jadi kalau aku melayangkan tangan ke wajahmu itu bukan kesalahanku. Melainkan pilihanmu." tutur Seojoon seraya memicing bibir sengit.
Tangan Seojoon sudah mengepal. Dirinya siap melayangkan ke wajah Jiwon namun dengan segera Hanbin bangkit dan mendorong tubuh Jiwon sehingga Hanbin lah yang mendapat kepalan tangan Seojoon.
"Bhuukk.."
"Creett.."
Darah memuncrat dari mulut Hanbin. Jiwon tercengang kala seragamnya terkena cipratan darah.
"Jangan pernah melukai orang lain Joon. Aku tak akan membiarkanmu menyakitinya." tegas Hanbin bersuara paru.
"Hah?! Oohh.. Jadi inikah sepasang romi dan juli di dunia nyata?" kekeh Seojoon mencibir.
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG DIA
RomanceKeingin tahuan terhadap seseorang. Mencoba untuk tidak perduli, tapi nihil dan ingin selalu tahu akan tentang dirinya. Yah. Tentang dia. By : penulis abal-abal 😆😆