9. Pesta. Sebelum Berpisah?

150 11 2
                                    

.7 jam sebelum menuju malam pesta datang.

Hanbin sudah menyiapkan beberapa momen romantis yang akan diberikan untuk Jiwon.

Dia ingin memiliki banyak momen dengan Jiwon, namun apalah daya Hanbin yang hanya memiliki waktu 1 hari tersisa sebelum meninggalkan Jiwon untuk selamanya.

Karena itu Hanbin sudah merancang momen indah untuk pertama dan terakhirnya.

Hanbin menghentikan langkah Jiwon saat akan menaiki mobil, yang mana mereka akan menuju tempat lain dan meninggalkan butik itu. Jiwon menoleh heran dengan tatapan datar kepada Hanbin.

“Mungkin yang akan terjadi seharian ini adalah kesadisan yang akan kau terima dariku” ucap Hanbin.

“Jadi kau mau menjambak rambutku? Atau mau mencabik dagingku?” sinis Jiwon.

Jiwon marah bukan karena menanggapi kata-kata Hanbin yang mengatakan akan berbuat sadis padanya. Tapi yang membuat Jiwon marah karena Hanbin tidak menjawab pertanyaan saat didalam butik tadi.

“Apa kau akan pergi?” tanya Jiwon untuk kedua kalinya.

Pertanyaan itu tentu tidak dapat dijawab oleh Hanbin. Bagai mana pun juga Hanbin tidak ingin secara langsung mengungkapnya. Hanbin tidak akan sanggup melihat tangis atau amarah Jiwon bila dirinya beberkan soal kematiannya.

“Aku nggak bisa menjelaskannya secara detail kepadamu Jiwon, jadi mengertilah!”

“Aku kurang mengerti apa lagi Hanbin? Aku akan mengerti bila kau menjelaskan semuanya kepadaku? Apa yang sebenarnya kau rencanakan dibelakangku?” cerca Jiwon lantang.

Hanbin menghela nafas dalam, “Aku nggak merencanakan apa pun. Aku hanya ingin punya momen spesial bersamamu itu saja.”

Jiwon pasrah, “Oke aku mau itu. Tapi aku rasa momen yang kau racang ini membuat aku bingung,” ringis Jiwon, “Aku lihat matamu sedih, senang, kecewa, bahagia, dalam waktu yang bersamaan. Apa aku salah menanyakan hal itu?” lirih Jiwon.

Hanbin merasa bersalah padanya. Ingin Hanbin mengaku dan mengungkapkan pada gadis dihadapannya itu. Tapi Hanbin tak mampu melakukannya.

“Aku bingung.. Aku pun bingung bagaimana menjelaskannya kepadamu. Tapi Jiwon, ku mohon jangan pernah tanyakan apa pun padaku. Karena aku akan sulit menjawabnya, aku hanya ingin kau menikmati waktu kita bersama seharian ini bersamaku. Jadikan aku mempunyai momen spesial bersama kau.” pinta Hanbin memohon dengan sangat padanya dan menatap penuh harap. Akhirnya mau tak mau Jiwon mengikuti apa kemauan Hanbin.

Sepanjang perjalanan. Jiwon menatap Hanbin yang sedang memainkan jemari lentiknya.

“Aku akan merindukan tangan mungil ini.” lirih Hanbin.

“Dan aku akan merindukan wajah menyebalkanmu.” cetus Jiwon sengit.

Hanbin mendelik, “Jadi bukan wajah tampan?”

“Tampan katamu? Wajah penuh luka begini kau bilang tampan? Bahkan wajah kambing lebih tampan darimu karena tanpa luka sedikit pun.” elak Jiwon.

Hanbin tertawa, “Hahaa.. Kau ini. Tega sekali membandingkan aku dengan kambing.”

“Aku ingin minggu depan kau membawaku ke Villa yang telah kau janjikan!” tagih Jiwon. Hanbin tidak bergeming.

“Kenapa? Kau sudah janji akan membawaku kesana. Aku nggak mau hanya karena ada pesta malam ini kau membatalkan janji yang telah kau buat.”

“Aku nggak mungkin menepati janji itu Jiwon” Hanbin mendundukan kepala.

“Katakan padaku apa sebabnya kau nggak bisa menepati janji itu?”

TENTANG DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang