15. 3 Tahun Berlalu.

71 9 2
                                    


Tiga tahun telah berlalu. Kehidupan telah berubah, namun isi hati Jiwon masih tetap sama. Semakin hari kesedihan Jiwon semakin penuh akan kehilangan sosok Hanbin. Semakin hari kerinduannya pada Hanbin semakin dalam. Semua itu tersembunyi dalam lubuk hati Jiwon yang terus berusaha bertahan menjalani hidupnya tanpa Hanbin.

Tiga tahun berlalu. Jiwon pun masih tetap enggan untuk membuka hatinya akan sosok Seojoon yang semakin harinya sang pria makin perhatian dan terus memberikan cinta tulus. Perubahan sikap Seojoon tak bisa membuka mata hati Jiwon yang masih mencintai dan mengharapkan sosok Hanbin kembali.

Perubahan Seojoon begitu sangat derastis. Seratus persen menjadi lebih baik. Selama tiga tahun terakhir ini, tak ada lagi Seojoon yang jahat. Bahkan semua keluarga, teman dan para sahabatnya sangat mengakui perubahan sikap dan sifat Seojoon saat ini.

Yah. Sudah tiga tahun berlalu, kini keduanya telah berada di bangku perkuliahan. Seojoon dengan sengaja masuk kedalam fakultas yang sama dan ditempat yang sama pula. Dia melakukan itu atas nama cintanya untuk Jiwon. Mungkin lebih tepatnya, memudahkan diri agar semakin dekat dengan Jiwon yang entah sampai kapan pintu hatinya tergerak atas Seojoon.

"Yah, bukankah Jiwon sangat beruntung dicintai Seojoon?"

"Ku rasa begitu, tapi dia bukan orang yang berterimakasih karena mendapatkan kekasih setampan dan seromantis Seojoon"

"Benar. Apa kurangnya Seojoon? Bahkan super tajir, siapa wanita yang menolak untuk bersamanya?"

"Dia memang wanita bodoh"

"Aku benci dia yang jual mahal karena dicintai Seojoon"

"Ah kenapa Seojoon gak denganku saja? Aku akan membalas cintanya dengan sepenuh hatiku."

Begitulah ocehan para mahasiswi yang membahas kisah cinta antara Seojoon dan Jiwon. Tak akan ada yang tak kenal keduanya, sikap acuh tak acuh Jiwon pada Seojoon sukses menggegerkan seisi kampus.

Bak pasangan selebriti yang selalu menjadi sorotan, keduanya selalu menjadi pusat obrolan. Banyak yang menyanjung kegigihan cinta Seojoon, banyak pula yang menyayangkan kecintaannya pada Jiwon. Sementara cintanya tak berbalas oleh sang gadis. Karena itulah, Jiwon banyak dibenci oleh para mahasiswi. Selain iri padanya, mereka menganggap Jiwon terlalu sombong karena mengabaikan bukti cinta Seojoon yang diberikan padanya.

"Aku membawakanmu makanan ini, kita makan bersama!" Seojoon meletakan bungkusan makanan itu diatas rerumputan samping Jiwon sedang berbaring.

"Aku gak lapar. Kalau ingin makan, menjauhkan dariku"

"Ini terlalu banyak untuk aku makan sendiri, ayo lah makan bersama" bujuk Seojoon.

"Ku bilang nggak ya nggak."

Jiwon membentak dan membalikan posisi tidur yang kini membelakangi. Akhirnya Seojoon pun menikmati makanan tersebut sendirian saja, sambil mengeluarkan celotehan suara nikmat rasa makanan itu.

"Wah... Ini benar-benar enak sekali!"

"Eumm.. Gak ada duanya!"

"Sayang sekali kau menolak ini, tapi baguslah karena aku dapat menghabiskan semuanya sendiri"

"Nyam.. Nyam.. Nyam.."

"Cih.. Menyebalkan, baru pertama kali makan?"

Seojoon seketika menghentikan kunyahannya, lalu melirik kearah punggung Jiwon yang saat ini posisinya berubah menekuk.

Kruk.. Kruk.. Kruk..

Terdengar suara perut menjerit minta diisi oleh pemiliknya. Siapa lagi kalau bukan Jiwon, yang kini sedang cemas karena takut Seojoon mengetahui bunyi dari perutnya.

TENTANG DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang