Chapter 3

4.1K 437 12
                                    

“Kau tidak berganti pakaian?” suara Harry tiba-tiba menyadarkan Draco

“Ohh aku—"mari kuantar ke gudang, tidak jauh dari sini.” Draco mengalihkan pembicaraan

“Kalau kau membutuhkannya, kau bisa mengambilnya disini.  Kau bisa melakukan pekerjaanmu saat pagi hari sebelum café ini dibuka, dan juga sore hari. Saat siang hari kau bisa pulang ke rumah ataupun kau bisa menunggu disini. Itu terserah kau saja.” Draco menjelaskan saat mereka sampai di gudang

“Aku mengerti.”

“Aku mau keluar sebentar. Kalau ada yang ditanyakan, tanyakan saja pada pelayan.”

Harry mengangguk.

Draco meninggalkan café nya dan meninggalkan Harry di gudang sendirian. Harry berpikir bahwa dirinya sekarang berada pada jam kosong. Itu artinya Harry bebas melakukan apapun ataupun pulang ke rumah. Asalkan nantinya dia kembali dan bekerja pada sore hari. Tetapi, Harry tidak memutuskan pergi sebentar dari café maupun pulang. Dia memilih untuk tetap berada di café. Memutuskan untuk berkenalan jauh dengan tempat bekerja. Seperti melihat-lihat setiap ruang, keadaan café, maupun mengenal lebih dekat dengan pekerja lainnya.

Harry akhirnya meninggalkan gudang. Melewati kamar mandi hingga akhirnya tiba di depan café. Pada saat itu, suasana tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa orang saja disana. Terlihat pelayan yang Harry ingat namanya Cho Chang, sedang melayani pelanggan.

Harry melewati ruang itu hingga akhirnya Harry menemukan pintu lain. Langsung saja dia masuk kedalam. Dilihatnya pelayan-pelayan café yang Harry liat tadi pagi. Lengkap, kecuali Cho yang sedang melayani pelanggan. Pansy yang sedang berdiri, didekat Pansy duduklah Lavender yang sedang bercermin. Disebelahnya lagi ada Parvati yang sedang duduk melihat Pansy. Seolah-olah mengamati dan menegur Pansy apabila dia melakukan kesalahan.

“Dimana Draco?” tanya Pansy

“Katanya dia ingin keluar sebentar.”

“Kau tidak pulang dulu? Kurasa kau mulai bekerja nanti sore.” Ucap Parvati

“Kurasa begitu. Tapi sepertinya aku akan tetap disini sambil mengenal tempat ini.”

“Duduklah disini, Harry.” Lavender menunjuk dua tempat duduk yang kosong.

Harry yakin tempat duduk ini pasti milik Pancy dan Cho. Karena disana hanya terdapat empat buah kursi. Harry akhirnya duduk disebelah Lavender sambil melihat-lihat tempat itu. Mirip seperti dapur tetapi tidak ada perlengkapan memasak. Hanya ada beberapa minuman, dan makanan yang terletak diatas meja yang panjang. Diatasnya juga terdapat beberapa pulpen dan kertas kosong yang nantinya digunakan Pansy dan lainnya untuk mencatat pesanan pelanggan.

Tidak jauh dari tempat itu, lebih tepatnya di belakang terdapat ruang lain. Dari sini, Harry bisa melihat tempat masuk menuju ruang itu. Aroma tumisan daun bawang bombay sampai menusuk-nusuk hidung Harry. Seolah-olah aroma itu melambai-melambai kepada siapa saja yang menciumnya untuk datang kesana.  Suara penggorengan terdengar hingga suara seseorang disana terdengar samar-samar.

“Ahhh .. kalian bisa menciumnya?  Aromanya wangi sekaliii..” ucap  Lavender.

Belum sempat Parvati, Harry ataupun Pansy menjawab. Tiba-tiba seseorang masuk dari pintu depan. Seorang perempuan berambut hitam panjang berponi Cho Chang, ditangannya membawa pulpen dan kertas. Rupanya dia telah kembali setelah menulis permintaan pelanggan.

“Rupanya kau sudah selesai?” tanya Lavender

“Tidak begitu banyak pelanggan pagi ini. Mungkin siang akan bertambah.”—“oh hey Harry, rupanya kau disini. Sudah lama?”tanya Cho

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang