Harry masih belum melepaskan pelukannya. Isak tangisnya yang keluar, membuatnya kesulitan untuk mengatur napasnya. Ia sekarang sedang mengatur napasnya secara teratur. Seorang yang dipeluknya kini juga sedang mengelus-elus pelan punggungnya, mencoba untuk membuatnya lebih tenang. Sehingga membuat Harry lebih mudah untuk mengatur napasnya.
"Harry.." Draco masih mengelus-elus punggung Harry. Tidak ada balasan dari nama yang dipanggilnya. Yang ada hanya suara isak tangis yang kembali terdengar oleh Draco.
"Harry, tenanglah. Semuanya sudah berakhir, bukan?" Harry masih terisak dan malah mempererat pelukannya. Draco juga menyambut pelukan itu, dengan memeluknya kembali lebih erat.
"Harry, dengar. Apapun yang terjadi aku akan selalu ada bersamamu. Tapi aku tidak mau bersamamu sampai besok pagi dalam keadaan berpelukan. Apa kau mau badanmu pegal dan menahan malu dilihat para pelayan?" Draco terkekeh menggoda Harry.
Harry yang mendengarnya tiba-tiba melepaskan pelukannya, membuat Draco sedikit terkejut akan respon yang ia dapat begitu cepat.
"Tidak lucu Dray." Harry menjawab dengan muka masam.
"Siapa bilang lucu." Draco hanya terkekeh. Dia berusaha mencairkan suasana agar Harry tidak begitu larut dalam kesedihannya. Harapannya sih begitu.
Harry yang sudah melepaskan pelukannya masih duduk terdiam dihadapan sang pemuda berambut platinum itu. Tidak ada ekspresi yang ia tunjukkan. Mungkin hanya wajahnya saja yang mengalami sedikit perubahan. Wajahnya berubah menjadi kemerahan. Bukan karena marah atau kepanasan, tetapi karena malu. Dia masih tidak menyangka Draco memberinya pelukan dan ciuman. Apakah ini mimpi?
Pikirannya menjadi kosong. Harry berharap ia segera bangun dari tidurnya. Walaupun ini hanya mimpi, mimpi ini sangat indah baginya. Harry tidak ingin mimpi ini berakhir. Namun disisi lain, bukankah mimpi ini salah baginya? Seharusnya Harry tidak memimpikan Tuannya sendiri. Menaruh hati pada Tuannya saja itu merupakan perbuatan yang salah. Apalagi sekarang memimpikannya dengan mimpi yang seharusnya tidak seperti ini. Harry memang mencintai Draco, tapi bukankah ini sudah keterlaluan? Namun faktanya Harry tidak pernah membayangkan Draco sebelum tidur. Lalu, kenapa ia masih memimpikannya?
Apakah Harry terlalu terobsesi dengan Draco pada setiap harinya? Atau Harry sudah merasa nyaman di dekat Draco sehingga Harry ingin menginginkan hal yang lebih? Semua pikiran ini tidak benar. Harry hampir saja ingin menampar pipinya sendiri untuk memastikan apakah ini mimpi atau bukan. Namun sebelum ia menggerakkan tangannya, Harry mulai tersadar setelah ia mendengar suara dari hadapannya.
"Harry?" Ucap pemuda berambut platinum di hadapannya.
"Harry, kau melamun? Kau baik-baik saja kan?"
Harry mulai berkedip seolah-olah tidak ada apa-apa. Tapi pikirannya masih mencerna hal-hal yang baru saja dipikirannya.
"Jika kau masih belum merasa baik. Mau dipeluk lagi?" Draco menatap dengan tatapan menggoda sambil merentangkan kedua tangannya ke depan.
Sebelum Draco mendapat jawaban dari pemuda itu, Draco sudah meluncurkan pelukannya. Harry pun membalas pelukannya dengan hangat dan ia sadar bahwa ini bukanlah mimpi.
"Aku akan selalu bersamamu. Semuanya akan baik-baik saja. Jangan khawatirkan hal yang lain ya.." Draco melepaskan pelukannya dan menatap Harry dengan tatapan dan senyum yang tulus. Harry membalasnya dengan anggukan dan senyuman.
Harry merasa senang apa yang dirasakannya saat ini bukanlah mimpi. Apa yang diharapkannya dan diinginkannya, semuanya terjadi hari ini. Harry masih tidak menyangka semua ini akan terjadi begitu cepat. Harry sempat berpikir bahwa Draco adalah pemuda yang dingin. Sehingga akan sulit untuk mendekatinya. Pemikirannya mengenai Draco merupakan hal yang keliru.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours
Hayran KurguKarena semua itu berawal dari mimpi yang akhirnya dapat berubah menjadi kenyataan. Tapi apakah itu benar? Karena sebagian mimpi hanya sebuah khayalan [24 Agustus 2019]