Chapter 13

1.8K 228 12
                                    

Harry telah melahap habis sisa waffer cone yang berada di tangannya dengan cepat. Walaupun sebenarnya Harry kalah cepat dengan Draco yang hanya selisih beberapa detik saja. Karena saking cepatnya ia melahap, Harry rupanya tidak sadar bahwa di antara mulutnya tertinggal sisa-sisa ice cream. Sejak awal Harry rupanya tidak menghiraukan waffer cone-nya yang rupanya pada ujungnya masih terdapat ice cream di dalamnya.

"Sudah berapa lama tidak makan ice cream, hm?" Draco menggeleng-gelengkan kepalanya pelan seraya mata kelabunya menatap Harry yang mulutnya terdapat ice cream.

"Seribu tahun. Puas?" Draco terkekeh.

Harry sedikit terkejut ketika tangan Draco menuju ke arahnya. Perlahan-lahan tangan itu maju dan berhenti di depan mulutnya. Jari Draco menyapu sisa ice cream yang ada dengan sentuhan lembut. Harry yang masih terkejut hanya terdiam dan menuruti apa yang dilakukan Draco terhadapnya.

"Ahh.. tanganku jadi kotor kan." Cibir Draco dengan nada menggoda.

"Ada tissue, bodoh."

"Asal kau tahu tanganku lebih lembut dari tissue, pintar." Draco menekankan kalimatnya.

"Kau tidak perlu memanggilku pintar, Dray." Ucap Harry tenang. Draco mendadak sebal karena tidak sesuai dengan apa yang di pikirkannya. Kenapa ia malah mendapat serangan balik? Bukankah seharusnya sudah skak mat? Pemuda di hadapannya rupanya jauh lebih pintar darinya.

"Kau tidak perlu melakukannya. Aku bisa sendiri membersihkannya." Harry menahan wajahnya yang mulai memerah.

"Aku tidak yakin kau menyadarinya. Bagaimana bisa kau mau membersihkannya sendiri jika kau tak sadar?" Draco terkekeh.

"Lagipula aku berusaha romantis. Kau suka?" Draco terkekeh lagi. Sementara Harry mendadak terguyur sesuatu yang hangat di dalam perutnya. Loh, bukannya dia habis makan ice cream?

Harry juga merasakan tubuhnya sedikit ringan. Seolah-olah dirinya ingin bergerak bebas. Terbang, mungkin? Dia benar-benar tidak membutuhkan semacam permadani, sapu terbang, sayap malaikat, maupun sayap ayam. (Beberapa orang berpendapat kalau ingin terbang makan lah dua sayap ayam).

Harry bisa melakukan tanpa itu semua. Walaupun itu tidak benar-benar terjadi karena hanya hatinya dan pikirannya lah yang benar-benar ingin terbang bebas.

"Berhenti terkekeh." Ucapnya tiba-tiba sambil memalingkan wajahnya ke arah samping melihat pengunjung yang ada di dalam toko. Karena wajahnya benar-benar merah sekarang.

"Aku sudah berhenti dari tadi dan tunggu-"

"Oh God, wajahmu memerah. Kau terbawa perasaan?" Iris kelabu Draco bergerak cepat mengamati wajah Harry yang sekarang menyembunyikan wajahnya dengan tangannya.

"Tidak. Tidak. Aku hanya kepanasan karena matahari menyinari kita." Harry asal berucap, matahari tidak begitu menyinari keduanya bahkan sebentar lagi akan meninggalkan area luar toko. Rupanya hari mulai sore.

"Kita? Kau sungguh mengharapkan itu, Harry?" Draco menyeringai tipis.

"Oh ayolah kita ke kasir untuk membayar. Aku ingin pergi dari sini dan segera kembali ke café. Aku tidak mau terlambat lagi apalagi harus merepotkan Lavender lagi. Aku benar-benar tidak enak jika harus berhutang lagi dengannya."

"Ohh jangan khawatir Harry, aku akan segera membayarnya. Kau duduk disini saja dan menungguku-"

"sambil meredakan wajahmu yang masih memerah." Draco terkekeh pelan.

Suara langkah kaki bermula dari tempat Harry duduk kemudian lama-kelamaan suara itu menjauh darinya. Beberapa detik setelah memastikan apakah suara itu benar-benar menjauh,Harry yang sedari tadi menutup wajahnya penuh dan sedikit menunduk sekarang berani menatap ke arah kursi yang di tempati Draco. Kursi itu sekarang kosong.

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang