Chapter 11

1.7K 226 5
                                    

Harry berjalan tergesa-gesa meninggalkan café  dengan kepalanya yang sesekali menengok ke arah belakang. Seiring kakinya yang terus melangkah, pemuda yang ditinggalkannya sosoknya mengecil dan lama-kelamaan tak begitu tampak. Harry tidak yakin, bahwa Cedric tidak melihat kepergiannya. Harry tadi sempat melihat mata cokelatnya yang memandangnya diantara dua tubuh pelayan yang mengerubunginya. Beruntung sekali salah satu diantara keduanya yang sepertinya Cho mulai duduk sehingga menghalangi penuh pandangannya.

Harry awalnya sedikit khawatir bahwa Cedric akan menyusulnya. Walaupun kesempatan Cedric untuk kabur sangat tipis dikarenakan Harry baru saja melihat Parvati ikut duduk disebelah Cho dan memulai pembicaraan. Apakah Parvati sudah mengenal Cedric? Karena Harry seperti melihat teman lama yang sudah tidak pernah bertemu. Berbeda dengan Cho yang hanya canggung dihadapannya dan memilih terdiam.

Harry tidak peduli dan tidak ingin tahu masalah apa yang mereka bicarakan. Satu hal yang ia pedulikan. Cedric telah disibukkan dengan kehadiran mereka dan tak dapat meloloskan diri untuk mengejarnya. Dengan demikian, dia bisa kabur dengan tenang.

Sebenarnya kaburnya Harry dari Cedric pada saat di café  bukan suatu rencananya. Ia sama sekali tidak pernah memikirkannya. Karena kemungkinan tidak bisa kabur dengan mudah. Namun, kedatangan Parvati yang mendadak diikuti Cho yang malu-malu dengan wajah merah padam memberinya kesempatan untuk kabur dikala pengawasan Cedric lenggah.

Harry sudah sadar sepenuhnya mengenai ingatan-ingatan yang baru saja terjadi. Ia sekarang berhenti tidak jauh dari café, akan tetapi Harry yakin ia berada di luar jangkauan penglihatan mereka terutama Cedric. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Harry seperti orang tersesat tak tahu jalan. Sendirian dengan tampang wajah kebingungan tanpa tujuan yang jelas dan tidak membawa apa-apa.

Namun, tidak lama kemudian ia merogoh sakunya menemukan beberapa lembar uang. Bagaimana jika uang itu dibelajakan? Sepertinya menyenangkan. Tidak salah jika sekali-kali Harry menyenangkan dirinya sendiri setelah hari ini melewati hari yang tidak menyenangkan.

Dilihatnya Toko Roti Mr.Kowalski. Tanpa berpikir panjang, ia akan memutuskan untuk pergi kesana. Setelah menyeberang jalan, ia langsung bisa mencium khas aroma roti yang keluar dari panggangan. Walaupun aromanya tidak terlalu kuat, karena Harry belum memasuki ruangan.

Harry berjalan pelan menuju pintu masuk seraya melihat pembatas kaca yang memperlihatkan roti-roti unik yang berbentuk hewan. Di dalam toko, pengunjung tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa orang disana sekitar tiga atau empat orang yang sedang memilih roti ke keranjang yang mereka bawa.

Saat sudah sampai di depan pintu, Harry membuka pintu itu tepat pada saat sebuah tangan memegang daun pintu bersamaan dengan tangannya. Harry secara reflek langsung melepas pegangannya pada daun pintu. Ia menduga bahwa Cedric telah berhasil lolos dari kedua pelayan itu entah bagaimana caranya ia pun tak tahu.

Harry tidak berani menoleh, membalikkan diri untuk menghadap ke arahnya maupun berlari. Satu-satunya jalan hanya masuk ke Toko Mr. Kowalski. Bergegas masuk sesegera mungkin dan bersembunyi diantara roti-roti atau mungkin apa saja asalkan dia tidak ketahuan kalau dia adalah Harry.

Harry masuk begitu saja tanpa memperhatikan sosok dibelakangnya. Saat satu kakinya masuk ke dalam ruangan, seperti pertama kali saat dia berkunjung ke toko ini dia disambut oleh aroma harum roti yang begitu kuat. Membuat siapa saja lapar walaupun pada kenyataannya belum lapar. Belum Harry melangkahkan kakinya yang satunya, tangannya tiba-tiba ditarik pelan oleh sosok dibelakangnya.

"Harry." Bukan suara Cedric yang Harry dengar. Tapi sepertinya ia mengenal suara dari sosok itu.

Harry lega kemudian membalikkan diri ke arah sosok yang memegang tangannya. Dilihatnya Draco Malfoy, pujaan hatinya tersenyum kepadanya.

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang