Chapter 7

2.1K 270 2
                                    

"Selamat pagi, Draco." Bellatrix membawa makanan saat Draco hendak menuju ruang depan.

"Pagi, Bella."

Tidak lama kemudian, Draco sampai di ruang depan diikuti oleh Bellatrix setelahnya. Draco duduk di depan ibunya. Dihadapannya juga, sudah tersedia beberapa makanan yang kelihatannya lezat. Baru kali ini Draco melihat makanan sebanyak itu di mejanya setelah beberapa bulan lamanya semenjak ayahnya meninggal.

"Mom dan Bella yang masak. Semoga kau suka ya Draco. Sudah lama kita tidak melihat makanan sebanyak ini."

Narcissa dan Bellatrix mulai mengambil makanan. Namun, tidak dengan Draco yang sepertinya masih terdiam memikirkan sesuatu.

"Ada apa Draco?"

"Ada yang ingin dibicarakan?" tambah Bellatrix

"Sebenarnya..."

"Sebenarnya?" tanya Narcissa

"Sebenarnya.. sebenarnya aku rindu dengan suasana dan makanan seperti ini." Jawab Draco yang sepertinya berbohong.

Sepertinya Draco belum siap mengungkapkan sesuatu yang selama ini berada dibenaknya -yang memenuhi otaknya dan membuatnya terus berpikir. Ia merasa bahwa sekarang bukan waktu yang tepat untuk mengatakan semuanya. Lagipula dalam hatinya yang paling dalam dia benar-benar belum siap untuk membicarakannya. Belum juga dengan tanggapan yang didapat Draco nantinya.
Beberapa menit tidak ada yang berbicara. Masing-masing memilih terdiam dan menikmati makanan dihadapan mereka

"Ahh aku haus sekali. Ada yang mau menambah minuman? Biar ku ambilkan" Bellatrix melangkah menuju dapur dengan cepat tanpa menunggu jawaban dari orang disekitarnya.

Tidak lama kemudian, ia kembali membawa teko berwarna putih ditangan kanannya sedangkan tangan kirinya membawa koran. Ia berjalan seraya membacanya, gerakan mulutnya begitu lihai mengucapkan kata demi kata dari apa yang dibacanya. Walaupun apa yang diucapkannya tidak dapat diprediksi karena begitu cepat dan dibacanya dalam hati.

"Astagaaa.." Bellatrix melirik dimana gelasnya berada, menuangkan teh hangat dari tekonya. Meletakkan tekonya dan matanya kembali tertuju pada halaman koran.

Dia duduk sambil sesekali menyeruput tehnya. Masih mengamati dan membaca isi berita yang ada di dalamnya. Draco bisa melihat ekspresi wajahnya yang sepertinya terkejut dan tidak percaya. Draco sekilas teringat dengan teman sekolahnya dulu si kutu buku bernama Hermione Granger.  Ya, seperti itulah bibinya sekarang. Seolah-olah sedang mencari jawaban dan kehausan informasi. Atau seorang remaja wanita yang gemar membaca kisah remaja. Draco menahan tawanya.

"Ada apa Bella? Sepertinya kau begitu serius." Narcissa akhirnya melontarkan kalimatnya, karena ia sudah tidak tahan lagi. Sedari tadi, dia terus mengamatinya.

"Dumbledore, kisah cintanya lebih tepatnya. Dan masih banyak lagi."

"Sepertinya akan terjadi banyak yang Coming Out. Setelah beberapa artis juga berani mengungkapkan orientasinya. Dan beberapa diantaranya juga mendukung gerakan tersebut." Bellatrix menambahkan ucapannya

"Boleh aku pinjam?" Bellatrix menyerahkan korannya sambil menyeruput tehnya. Mengamati Narcissa, seolah-seolah ia ingin mengetahui ekspresi wajahnya setelah membacanya.

"Yah, aku yakin. Banyak orang juga yang tidak mempercayai ini. Tapi jika kau lihat dari kejadian itu, jelas sekali Dumbledore tidak memberikan pendapat atau saran untuk menghadapi Grindelwald. Mungkin ada, tapi dia tidak pernah menghadapinya sendiri kan? Dia selalu menyuruh orang lain."

"Newt Scamander" Bellatrix menimpali

"Benar sekali. Ditambah penyanyi terkenal seperti Swift yang mendukung ini. Jelas sekali akan mendorong banyak orang untuk percaya diri. Dan bagaimana hubungan Blaise dan Theo, Draco?"

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang