Dimadu.. (12)

14.6K 752 266
                                    

"Sekarang kamu pilih.. menceraikan Syaqi, atau kamu pilih menceraikan Fitri yang sudah setia dan rela kamu sakiti ini?" Tantang Merry.

"Astaghfirullah ibu. Ini rumah tangga Iqbal. Gak seharusnya ibu ngasi pilihan kayak gitu buat Iqbal.." Iqbal mengelus dadanya untuk menahan amarahnya.

"Oh jadi kamu gak mau milih?" Merry berhenti mengambil nafas dalam-dalam. "Ibu ganti pilihannya, sekarang kamu milih wanita ini nih.." menunjuk Syaqi. "atau Ibu, yang sudah mengandung kamu dan membesarkanmu sampai saat ini Iqbal?" Tangan Mery berganti menunjuk ke dirinya sendiri.

Bagaikan di sambar petir di siang bolong, hati Iqbal begitu tersayat mendengar perkataan Merry. Mengapa ibunya memberikan pilihan yang sulit untuk dirinya? Jelas ia memilih ibunya, karena surga dan keridhoannya berada di ibunya.

Syaqi yang mendengar perdebatan ibu dan anak itu hanya bisa diam dan menangis di pelukan Ical-anak sambungnya.

"Buk, biarin Iqbal bertanggung jawab atas apa yang Iqbal lakuin." Iqbal diam dan menggantungkan perkataannya.

"Biar Iqbal jelasin semua kenapa alasan iqbal harus menikahi Syaqi bu." Iqbal memohon.

"Ngejelasin? Itu hanya akal-akalan kamu aja biar bisa cari alasan." Merry menjawab dengan sinis.

"Buk, biar Iqbal menjelaskan dulu. Agar kesalah pahaman ini tak berlanjut." Anton menengahi perdebatan itu.

"Sya tolong, anter Ical sama Bi Sely di depan. Biar Ical sama bi selly jalan-jalan diluar." Perintah Iqbal. Syaqi yang diperintah pun mengangguk, ia tahu bahwa Iqbal tidak mau Ical mendengar permasalahan orang tuanya.

Sekarang, 4pasang mata sedang berkumpul mencari titik terang untuk masalah mereka semua. Syaqi duduk disebelah Iqbal, dan Merry dengan kemarahannya berada didepan Iqbal dan Syaqi.

"Nak, sekarang kamu coba jelaskan. Biar permasalahannya jelas." Anton mempersilahkan Iqbal untuk memulai cerita.

"Baik pak, Iqbal akan ceritakan semua. Tapi Iqbal mohon, tolong jangan potong cerita Iqbal sebelum Iqbal mengakhiri cerita Iqbal." Pinta Iqbal. Dan orang tua Iqbal pun mengangguk.

Iqbal mengambil nafas dalam-dalam dan meredakan degub jantungnya.

"Bapak Ibu masih ingat kan dulu Iqbal ada pelatihan kebandaraan di Singapura?" Iqbal memulai ceritanya dengan pertanyaan untuk orangtuanya. Anton dan merry pun mengangguk karena memang anaknya pernah diklat kebandaraan di Singapura.

"Sebelum pergi ke Singapura, Iqbal sebelumnya berada di Medan. Sehari sebelum Iqbal berangkat ke Singapura, senior Iqbal menelpon Iqbal ntuk menggantikannya menerbangkan pesawat ke Jakarta karena saat itu istri senior Iqbal mau lahiran." Iqbal berhenti mengambil nafas dalam-dalam.

" Saat pesawatku sedang lepas landas dari Bandara Polinia Medan pesawatku oleng dari rute pemantauan radar.

"Menurut hasil penyidikan, penerbangan jatuh akibat kondisi flap dan slat yaitu alat penambah daya angkat pesawat saat lepas landas yang tidak turun serta prosedur check list peralatan yang tidak sesuai persyaratan. Dan iqbal belum sempat mengecek kondisi pesawat saat itu karena Iqbal pikir senior iqbal lah yang sudah sepenuhnya mengetahui pesawat itu dalam keadaan baik.

"Tapi Pesawat yang Iqbal pimpin itu saat lepas landas dalam posisi yang tidak sempurna lalu menabrak tiang listrik sebelum jatuh ke jalan dan menimpa rumah warga." Iqbal menghembuskan nafasnya kasar dan mengingat-mengingat yang terjadi 7tahun yang lalu.

"Saat itu iqbal membawa penumpang sebanyak 117 orang. 85% penumpang meninggal dunia, sisanya luka-luka.

"Iqbal dan Syaqi adalah termasuk orang yang selamat saat kecelakaan naas itu terjadi. Dan ibu tau siapa yang menyelematkan kami? Ayah Syaqi." Air mata Syaqi terus mengeluarkan air mata. Mengingat kejadian naas penyebab kehilangan kedua orang tuanya.

Dimadu..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang