Dimadu.. (11)

15.3K 775 220
                                    

Iqbal mondar mandir di pintu UGD. Ia sangat khawatir melihat Fitri sakit. Setahu dia, terakhir Fitri sakit saat ditinggal bapaknya.

"Assalamualaikum Mas, gimana keadaan mbak Fitri?"syaqi dan Ical datang  menghampiri Iqbal.

"Wa'alaikumsalam. Masih didalem, diperiksa dokter."

"Ayah. Bunda gak papa kan?"Ical menangis dihadapan Iqbal dan Syaqi.

"Bunda gapapa sayang."Iqbal jongkok menyetarakan tinggi Ical dan Mengelus-elus rambut Ical. "Doain Bunda biar cepet sembuh."lanjutnya.

"Keluarga Ibu Rafitri?" Salah satu Suster keluar dari ruang UGD.

"Ya. Saya suaminya sus."Iqbal menengok lalu menghampiri suster tersebut.

"Silahkan masuk, Dokter ingin berbicara mengenai keadaan ibu Rafitri." Suster tadi mepersilahkan  Iqbal masuk.

"Baik sus."

"Sya, aku ke dalem dulu ya, kamu tolong jagain Ical."pamit Iqbal ke Syaqi.

"Ayah, aku pengen liat Bunda. Aku pengen menemin Bunda, Ayah."kini tangisan Ical lebih keras dari sebelumnya.

"Iya sayang, habis ayah keluar dari ruang dokter, nanti kita temuin Bunda sama-sama ya." Ucap Syaqi menenangkan Ical, dan Ical mengangguk setuju. Iqbal tersenyum melihat ibu dan anak sambung itu.

"Mari sus." Iqbal dan suster masuk ke ruang UGD, sekilas ia menengok Fitri yang terbaring lemas di brangkar rumah sakit. 

"Silahkan masuk pak." Suster mempersilahkan masuk.

"Selamat pagi dok." Iqbal menyapa dokter setengah baya yang sedang duduk dihadapannya.

"Pagi. Silahkan duduk."dokter Reno - yang ia ketahui lewat nametag yang tertera di baju dokternya, mempersilahkan duduk.

"Bagaimana keadaan Istri saya dok?"

"Istri Bapak saat ini hanya demam biasa. Namun ... "

"Namun apa dok?" Iqbal memotong cepat perkataan dokter Reno

"ibu Fitri menderita Depresi Sedang. Sehingga, bila ibu Fitri terlalu banyak berfikir berat, seketika emosional ibu Fitri dapat meninggi dan bisa berakibat pingsan mendadak."

"Saran saya, agar ibu Fitri dijauhkan untuk berfikir berat mulai sekarang." Dokter Reno menjelaskan.

Tubuh Iqbal seketika lemas mendengar penjelasan dokter Reno. Apa yang membuat Fitri berfikir berat sehingga dia bisa depresi seperti itu. Dan Iqbal pun hanya bisa bertanya dalam dirinya sendiri.

"Baik dok, terimakasih. Saya permisi dulu." Pamit Iqbal.

"Iya, silahkan."

Iqbal beranjak keluar dari ruang dokter Reno.

"Em, maaf pak Iqbal."langkah Iqbal terhenti karena namanya di panggil.

"Saat ibu fitri saya periksa, ibu Fitri memanggil-manggil Ibu. Alangkah baiknya pak Iqbal mempertemukan ibu Fitri dengan Ibunya."

Ibu yang dimaksud adalah Ibuku atau Ibu kandung Fitri. ?

###

Iqbal, syaqi, dan ical sudah berada di ruang Inap fitri.

"Bunda, bangun bunda. Maafin Ical belum jadi anak yang baik buat Bunda." Ical menggoyang-goyangkan tangan kanan Fitri agar bisa bangun.

"Sayang, nanti Bunda bangun kok. Ical yang sabar ya, berdoa gih buat Bunda biar cepat bangun." Syaqi menenangkan Ical.

"Ya Allah, jangan buat Bunda sakit. Ical belum bisa bahagiain Bunda. Tolong sembuhin Bunda Ya Allah. Biar Ical aja yang ngerasain sakitnya Bunda." Kedua tangan Ical mengadahkan ke atas berdoa untuk kesembuhan Fitri.

Syaqi dan Iqbal terharu melihat Ical berdoa. Syaqi langsung memeluk Ical dan menangis di pelukan Ical.

"Bunda pasti sembuh sayang, pasti." Ucap syaqi menenangkan Ical dengan air mata yang membanjiri pipinya.

Pintu rawat Fitri terbuka, menampakkan Merry dan Anton.

"Mana menantu kesayangan ibu?" Merry menghampiri Fitri yang terbaring di brankar.

"Sayang, bangun dong, Ini Ibu." Merry mencium kening Fitri.

"Ini pasti gara-gara kamu." Merry menunjuk Syaqi. "Semenjak kamu datang, keluarga saya jadi hancur." Lanjut Merry dengan kemarahan yang menggebu-gebu.

Syaqi yang dituding pun hanya bisa terisak.

"Kenapa kamu enggak pergi aja sih. Suka banget rebutin suami orang." Suara Merry menggelegar seantero rumah sakit.

"Apa salah saya bu?"Syaqi memberanikan diri bertanya.

"Salah kamu? Semenjak kamu datang, mantu kesayanganku sakit." Tangan Merry menunjuk-nunjuk Syaqi.

"Mama Syaqi nggak salah nek." Ical memeluk erat tubuh Syaqi karena ketakutan.

"Udah bu, kenapa marah-marah?" Anton melerai istrinya yang sedang mengamuk.

"Bu, disini Syaqi nggak salah bu. Emang ini kemauan Iqbal dan disetujui Fitri." Iqbal menghampiri Syaqi dan menenangkannya.

"Kamu ini emang gak tau diri Iqbal." Kini tangannya berpindah menunjuk Iqbal. "Dari awal ibu enggak setuju kalo kamu nikah lagi karena ibu tau, akan berakibat seperti ini." Lanjutnya.

"Sekarang kamu pilih.. menceraikan Syaqi, atau kamu pilih menceraikan Fitri yang sudah setia dan rela kamu sakiti ini?"

Alhamdulilah bisa pos lagi. semoga masih pada nunggu. 🤣🤣🤣

Vomentnya ya! 😘😘

Dimadu..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang