Dimadu.. (16)

6.1K 416 98
                                    

Fitri memeluk Iqbal dengan sayu. Betapa terpuruknya Iqbal melihat Syaqi dan Ical sedang dirawat di IGD karena keadaan mereka yang kritis. Iqbal terus menangis terisak dipelukan Fitri. Belum pernah Fitri melihat Iqbal sehancur ini. 

Seorang dokter keluar dari ruang IGD. Dokter Farhan - tertulis di IDCardnya - menghampiri Iqbal dan Fitri yang tengah duduk di kursi tunggu.

"Keluarga Pasien Haikal dan Ibu Syaqi?" panggil dokter Farhan.

"Saya dok." Iqbal langsung berdiri.

"selamat malam pak, saya akan menyampaikan keadaan  Saudara Haikal dan Ibu Syaqi saat ini. Untuk keadaan pasien Haikal tidak terlalu buruk pak. Hanya ada luka dibagian tangannya saja yang sobek tidak parah cukup butuh jahitan saja dan kemungkinan sedikit syok. Hari ini adek Haikal bisa pulang. Dan untuk keadaan Ibu Syaqi..." dokter Farhan diam sejenak.

"Mohon maaf pak, karena kandungan ibu Syaqi sangat lemah Kami tidak bisa menyelamatkan bayi yang dikandungnya. Dengan terpaksa kami harus mengambil bayi tersebut." lanjutnya dengan hati-hati.

"Untuk saat ini ibu Syaqi harus istirahat total ya pak. Untuk keperluan administrasi dan jabang bayinya silahkan ikuti suster Mita." sambung dokter Farhan dan menunjukkan Suster Mita yang berdiri disampingnya.

Bagaikan Mimpi buruk, kabar tersebut membuat jantung Iqbal berhenti berdetak. Iqbal melemas sampai jatuh di lantai. Ya Allah, cobaan apalagi yang Engkau berikan - Iqbal memelas.

Fitri yang mendengar itu juga ikutan syok. Syaqi Keguguran? Entah apa yang harus ia rasakan, itu membuat sedikit hati Fitri tersentuh. 

Dengan perlahan Iqbal bangun. Memegang pundak Fitri. "Mas beresin administrasi dan nguburin jabang bayi dulu ya dek. Kamu disini aja." kata Iqbal pelan, seperti tak terdengar. Fitri hanya mengangguk.

###

Iqbal dan Fitri masuk di ruang inap Syaqi. Syaqi menyambut dengan senyum tipis tapi tidak merasa sedih ataupun senyumnya dipaksakan. Ia terlihat lebih tenang dan cantik walaupun dengan wajah pucatnya.

"Sya..." panggil Iqbal lirih. Syaqi tetap dengan wajah senyum tulusnya. Iqbal lari memeluk Syaqi yang terbaring di brangkar rumah sakit. Seketika tangis Iqbal pun pecah. Iqbal menangis sekencang-kencangnya menandakan ia belum ikhlas melepas bayinya. Syaqi hanya meneteskan air mata, membalas pelukan Iqbal. 

"Mas, Syaqi ikhlas. Itu belum rejekinya Syaqi." kata Syaqi dengan penuh ketegaran.

Fitri yang sedari tadi berdiri di pintu melihat mereka ikut meneteskan air mata. Memang Fitri membenci madunya, tapi ia juga seorang wanita yang ingin terlihat sempurna dimata pasangannya. Ia ingin memberikan apa saja yang ia punya untuk pasangannya. Termasuk memberikan keturunan.

Tidak kuat melihat kesedihan mereka, Fitri pun keluar dari ruang Inap Syaqi. Fitri mengeluarkan Handphone dari tasnya, dan menelpon Zaskia.

" Halo, Ki. Besok gue gak kerja ya. Batalin rapat-rapat jadwal besok." telpon Fitri ke Zaskia.

"Kenapa lagi lu?" tanya Zaskia yang penasaran.

"Anak gue jatoh." jawab Fitri sekenanya.

"Etdah, katanya anak lu dijagain bini mudanya Iqbal. Gimana sih ngejagaiinnya. Dasar tu ya pelakor emang....."

"Syaqi keguguran." potong Fitri.

"What? Apa kata lu?" Zaskia yang tak kalah syoknya.

"ke gu...gu.. ran?" ulang Zaskia.

"Udah ya. Elo urusin pekerjaan gue besok. Mungkin gue ambil cuti 2-3hari buat jagain anak gue." tutup Fitri tanpa menunggu jawaban Zaskia.

Hhhhhhhhh - Fitri menghela nafas untuk kesekian kalinya. Pikirannya juga kacau. Dia merasa kasian dengan Syaqi. Fitri bangkit dari duduknya, jalan menuju IGD untuk menjemput Ical dan membawanya pulang.


###


5hari pun berlalu.

Syaqi sudah dibolehkan pulang sejak kemarin. Iqbal dan Fitri pun sudah beraktivitas kerja kembali.  

Iqbal berjalan menyusuri lorong Bandara YIA - Yogyakarta. Terdengar bisik-bisik karyawan yang sedang membicarakan dia.

"Oh jadi itu direktur muda kita, yang gagal jadi pilot karena kecelakan pesawat itu?"

"Dia punya istri 2? Yang bener aja."

"Rumornya sih Istri mudanya keguguran? Karma itu mah. Pelakor sih."

"Istri pertamanya kok mau sih diduain."

"Heran gue sama istri pertamanya."

"Ya maklum. Masih ganteng sih. Makanya ngrentengi istri."

 Ia tidak menggubris apa yang dikatakan karyawannya. Toh sepenuhnya apa yang dikatakan mereka tidak salah.

Iqbal memasuki ruangannya. Terlihat seseorang telah menunggu kedatangannya.

"Bapak?"

Anton yang dipanggil menoleh. "Gimana kabarnya Syaqi Bal?" tanya Anton tanpa basa-basi.

"Sudah membaik pak."

"Ada perlu apa Bapak kemari?" tanya Iqbal.

"Hanya mampir sebentar." Iqbal hanya merespon dengan anggukan.

"Bal.."

"iya Pak." 

"Gimana keadaan Fitri?" 

Iqbal mengernyitkan keningnya tak mengerti. Yang keguguran kan Syaqi, Kenapa Bapak tanya keadaan Fitri? - Batin Iqbal.

"Kemarin Syaqi keguguran, reaksi Fitri gimana? Seneng? Bahagia? Sedih?" lanjut Anton, mengetahui anaknya belum tau arah pembicaraannya.

Iqbal diam berpikir. Ia tidak tau apa yang dirasakan Fitri saat Syaqi keguguran.

"Kamu tidak tau?" lagi-lagi Anton bertanya ke Iqbal. 

Iqbal hanya mengangguk.

"Itu karena kamu sekarang tidak memperhatikan Fitri lagi." cetus Anton.

Iqbal yang mendengar itu langsung kaget. Kok bisa.

"Kamu terlalu berfokus kepada Syaqi. Sedangkan kamu itu punya 2 Istri. Dua-duanya butuh kasih sayangmu Bal." Iqbal masih terdiam merenungkan perkataan Anton.

"Bapak tau, kemarin kamu ada janji menikahi Syaqi. Tapi kamu juga janji dengan Bapak dan Bapak nya Fitri untuk membahagia kan Fitri Bal."

"Bagaimana bisa kamu mempertanggungjawabkan janji membahagiakan mereka berdua sekaligus, jika kamu masih memihak salah satu dari mereka?" tegaskan Anton ke Iqbal.

"Lebih baik kamu menceraikan salah satu dari mereka, daripada menghancurkan hati mereka secara perlahan." 

Iqbal syock mendengar perkataan Anton yang terakhir.

"Pak." Iqbal gemetar ingin menjawab perkataan Anton.

"Bapak tau kan, Iqbal mulai mencintai Fitri, lebih lagi Fitri sudah memberikan keturunan untuk Iqbal. Cinta Iqbal ke Fitri begitu bertambah Pak.

"Tapi disisi lain ada Syaqi yang memberikan banyak kenyamanan untuk Iqbal. Waktu Syaqi yang selalu dihabiskan untuk Iqbal dan anak-anak Iqbal. 

"Iqbal gak bisa melepas keduanya Pak." jawab Iqbal hanya menunduk menjawab pertanya-pertanyaan Anton masih dengan bibir gemetar.

Anton menghela nafas panjang. "Coba perbaiki sifat kamu Nak, adil lah untuk kedua istri-istrimu." 

"Bapak pulang dulu." pamit Anton meninggalkan ruangan Iqbal.

Iqbal hanya bisa merenungkan apa yang dikatakan Anton.


================================================================================================================================================================

Alhamdulillah bisa Post lagi.. Maaf sudah membuat menunggu...

Jangan Lupa Vote dan Komentnya ya gaisssss !!!!!!!!!! 






Dimadu..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang