Tujuh Belas

79 13 1
                                    

Alanska menghentikan mobilnya tepat di sebuah bangunan tua yang biasa ia singgahi. Alanska menatap Azalea yang sedari tadi tertidur, Alanska ingin membangunkanya tapi Azalea saat tidur sangat cantik. Tak ingin kehilangan momen, Alanska langsung mengambil ponselnya dari saku dan membidik dari angel yang pas.

Jepret.

"Mampus, flash nya lupa gua matiin. " Alanska reflek memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku. " Untung gak bangun."

Tak ingin tunggu lama, Alanska mendekatkan wajahnya ke telinga Azalea, semakin dekat, dekat, dekat, dan,

"Woi, bangun! " teriak Alanska tepat di telinga Azalea.

Azalea reflek terbangun dan menggampar Alanska, "lo bisa gak si banguninya rada santai gitu?! "

Alanska langsung memegang pipinya yang baru saja ditampar Azalea. "Bar-bar banget si lo kalo bangun tidur, sakit bego!" kalau kalian ingin tau, ini benar-benar terasa panas dan perih.

"Lo juga gak bisa santai banguninya bego! "

Alanska memutar bola matanya malas. Adu mulut ini tidak akan berakhir jika tidak ada yang mengalah, jadi lebih baik sekarang Alanska mengalah saja. "Bodo, lo mau ikut gua turun apa tetep diem di sini?! " tanya Alanska seraya turun dari mobil.

Azalea menatap sekelilingnya, sedikit menyeramkan, tanpa pikir panjang Azalea langsung melepas seatbelt nya dan langsung mengikuti langkah Alanska yang mulai menyusuri gedung tua tersebut. "Ngapain ke sini sih , Lan? " tanya Azalea sangat pelan.

"Ngomong apasi, gausa pelan-pelan juga, lo mau teriak juga gak bakal ada yang marah. "

Azalea memanyunkan bibirnya, menatap Alanska yang mulai menaiki anak tangga. "Ngapain ke sini sih, Lan! " teriak Azalea membuat suara kelelawar terdengar jelas seperti kalang kabut mendengar suara petir.

Alanska menghentikan langkahnya. Berbalik dan menatap Azalea yang tertinggal jauh, "gausah banyak tanya, cepetan naik, kalo gak nanti ada yang masukin lo ke karung terus lo di mutilasi! "

Azalea menggedikkan bahunya menatap sekelilingnya yang begitu sepi dan gelap, lalu berlari menghampiri Alanska yang mulai melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga. "Yaudah, tungguin. "

Sesampainya di bangunan paling atas, Alanska langsung menduduki sofa lusuh yang menyuguhkan pemandangan ibu kota malam hari. Azalea yang baru saja sampai di atas langsung dibuat takjub oleh pemandangan di depannya. "Wih keren! "

Alanska menepuk sofa yang masih menyisakan space untuk Azalea. "Sini. " Azalea mengikuti arahan dari Alanska, namun matanya masih belum lepas dari pemandangan di depannya.

5 menit.

"Udah puas belum ngeliatinnya?" tanya Alanska malas sebab Azalea masih setia pada pemandangan di depannya.

Reflek Azalea menoleh ke asal suara yang sepertinya mulai sebal dengan suasana yang dominan terdengar hanya suara angin. Azalea mengangguk. "Udah, keren banget. " Ucap Azalea antusias.

Alanska berdehem sebagai tanda mengiyakan perkataan Azalea. "Ok mulai serius. " Alanska menarik nafas panjang sebelum akhirnya ia mengucapkan beberapa hal yang sedari tadi ingin ia ucapkan. Sebenarnya intinya sudah diketahui oleh Azalea tadi siang. Tapi tidak ada salahnya bukan jika diulang kembali dengan suasana romantis seperti ini?

"Diantara hembusan angin malam, dengan langit yang dipenuhi taburan bintang, dan dengan pemandangan malam kota Jakarta. "

Azalea mengerutkan keningnya, dalam benaknya, "ngapain jadi puitis? jangan-jangan Alan kesambet penunggu sini. "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FLOWERIST  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang