Sudah dua jam aku termenung di kasur, kini baju beserta pakaian dalam mamaku tersemat apik di badanku. Aku mulai mengerti keadaan. Cola yang kuminum malam lalu adalah hasil eksperimen ayahku. Dia melakukan eksperimen untuk mengubah pria menjadi wanita. Dan itu masih dalam tahap percobaan, karena mesin pendingin di laboratorium ayah sedang rusak dia meletakkannya di kulkas. Bodohkan? Ya begitulah ayahku. Dia memang pintar dalam hal akademik, tapi sangat ceroboh. Sebenarnya dia sudah mengirimiku pesan untuk tidak meminum cola di kulkas, tapi aku tak membacanya.
Aku melihat tubuhku kembali, menatap sendu belahan dada yang tersemat apik. Sejujurnya aku kagum, untuk seorang wanita ukurannya lumayan. Tidak besar dan tidak kecil. Aku memegang pelan, lalu terkekeh.
"kenapa dulu aku tergiur melihatnya, tapi sekarang tak ada rasa apapun. Apa karena ini dadaku sendiri? Tentu saja aku masih normal. Walau sekarang tak punya batang dan dua buah telur"ujarku dalam hati, dan kembali meruntuki bodohnya aku yang malah melakukan pelecehan pada diri sendiri ketimbang memikirkan solusi untuk kembali pada kodratku.Lalu mana orang yang harus bertanggung jawab? jawabannya ada di tempat kerjanya. Ayahku pergi setelah berjanji akan menemukan obat penawarnya. Sejujurnya aku takut, kalau saja ayahku gagal mendapatkannya. Tapi semakin di pikir semakin membuatku frustasi. Aku adalah tipe orang yang malas berpikir berat. Hingga suara pintu terbuka mendarat pada runguku. Aku harap harap cemas akan kata pertama yang terlontar dari mulut ayahku. Hingga ketika dia tepat berada di depanku.
"Jungkook, maafkan papa. Obat itu baru bisa didapat setelah 6 bulan." Ucapnya sendu. Aku tau dia sedang menahan isak tangisnya. Sebenarnya aku ingin marah, tapi aku tak ingin menambah beban pikiran ayahku. Aku tak mau membuatnya merasakan rasa bersalah untuk yang kedua kali.
"Baiklah tak apa, tapi papa janji bisa membuat tubuhku seperti semula kan?"
"Tentu saja, tapi bolehkan papa minta sesuatu padamu?" aku mengernyitkan dahi, tanda meminta penjelasan.
"Soal ini, bisakah kau merahasiakan hal ini. Papa bisa kehilangan wewenang untuk kembali ke lab. Kau tahu itu mimpi papa" Aku tahu bukan itu yang ayahku maksud, dia hanya takut tak akan ada lagi pelampiasan untuk menghilangkan rasa bersalahnya.
"Baiklah, tapi bagaimana dengan sekolahku. Masa aku ke sekolah dengan tubuh ini?"
"Papa sudah membuatkanmu identidas baru, namamu masih jungkook. Hanya marganya akan menggunakan marga mamamu. Dan sekolahmu, papa akan mendaftarkanmu di sekolah seoul. Papa mohon, berpura puralah menjadi wanita." Ucanya memohon. Aku menghela napas, dengan berat hati mengangguk lemah.
Bagaimanapun ayahku keluarga satu-satunya yang ku miliki. Melihatnya terluka tentu suatu hal yang tak pernah kuinginkan.
***
Seminggu setelah kejadian itu, aku mencoba beradaptasi. Yang awalnya tak mau melihat tubuh polosku ketika mandi kini aku membiasakannya. Aku seorang lelaki, tentu saja malu melihat tubuh polos wanita. Walau itu tubuhku sendiri. Ayahku sudah mengurus sekolahku. Baik urusan di sekolah lama maupun baru. Dan hari ini aku mulai bersiap ke sekolah baru dengan identitas Bae Jungkook. Latar belakangku sudah diurus ayah, aku tinggal bersekolah dengan baik. Lalu ketika tubuhku kembali hasil akademik dan semuanya akan kembali dengan nama jeon jungkook. Tapi tentu saja pindah sekolah lagi. Kenapa nilaiku akan kembali menjadi milik jeon jungkook? Itu karena ayahku telah bekerja sama dengan kepala sekolahku yang baru. Kekuasaan bisa membuat segalanya, oke?. Jadi hanya aku, ayahku, jimin dan kepala sekolahku yang tau. Aku memberitahu jimin karena aku percaya dia. Dan yah dia sahabatku, kan?
Aku telah siap dengan seragamku, sejujurnya aku cukup kagum dengan wajahku. Cantik.
"Bae Jungkook, kalau kau itu bukan aku. Sudah aku kencani tau." Bermonolog sendiri di depan kaca. Aku terkekeh, dan meninggalkan apartemen menuju sekolahku.Seoul Senior High School, tulisan itu tersemat apik pada tugu nama didepan gerbang sekolah. Namun, niat hati ke sekolah terhalang oleh kelakuan pria gila yang kutebak akan satu sekolah denganku dilihat dari seragamnya. Dia mengayunkan tongkat ke arah pohon. Dan samar-samar kulihat ada kucing di atas pohon itu. Kucing itu terlihat ketakutan, apa pria ini hendak memukulnya? Pikirku dalam hati.
Tanpa menunggu dua kali, aku mengambil tongkatnya dan melempar ke sembarang arah. Tanpa pikir panjang aku memanjat pohon itu dan menggendong kucing kecil. Setelah turun, tak lupa memberi sedikit pukulan pada kepala si pria."Dasar gak punya hati, sama kucing kecil aja main pake tongkat" bukan mengelak, malah menampakan muka cengonya.
"Ya Ampun, catty kau sudah turun sayang?" seorang wanita paruh baya mendekati kami. Dia mengambil kucing kecil itu dari gendonganku. "Terima kasih, nona. Tapi kenapa kau memukul taehyung?"
"Taehyung? Maksud bibi, orang ini?" tanyaku seraya menunjuk pria tadi yang dijawab anggukan. "Dia kan yang ingin memukul kucing bibi dengan tongkat?"
"Kau salah paham, nona. Dia ingin membantu kucingku turun. Tapi dia takut ketinggian, karenanya menggunakan tongkat. Kurasa tidak cukup berhasil, jadi aku pergi mencari tangga" jelas sang bibi panjang lebar, aku menunduk malu karena kesalahpahaman tadi.
"Laki-laki kok takut ketinggian, cih memalukan" ucapku sambil berlalu. Bukan salahku sampai berpikir dia akan memukul kucing tadi. Salahnya takut ketinggian. Namun, sebelum berlalu dia mencegatku. Mendekatkan wajahnya ke telingaku.
"Pink dengan motif hellokitty, itu cocok denganmu. Tadi aku tak sengaja melihatnya saat kau memanjat. Ku harap kau hanya menunjukan padaku. Sampai ketemu lagi" ucapnya sambil berlalu. Aku terpaku, hingga otaku mulai berfungsi.
"DASAR BRENGSEK MESUM!!" dan kembali meruntuki kebodohanku, aku lupa kalau sekarang aku memakai rok bukan celana lagi.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
He Or She [taekook]
FanfictionTampan dengan kesan imut, ditambah tubuh sixpact, dan pintar menjadi nilai lebih seorang jeon Jungkook. Tapi sayang nasibnya tak sebaik penampilannya. Akibat eksperimen aneh sang ayah membuat Jeon Jungkook menjadi seorang wanita. Yang mengharuskanny...