Pekerjaan☑️

4.3K 188 2
                                    

Setelah mereka berkeliling Mall, dan mendapatkan apa yang Clare butuhkan selama perjalanan kerja yang berlangsung 2 minggu, mereka memutuskan untuk makan malam, lalu, mengantar Clare pulang. Ia sudah membawa 10 kantong belanjaan, namun Bimo yang membawakan semua untuknya, karena Bimo yang memaksa untuk membawakannya. Sedangkan, Aleesha, hanya tertawa dan sesekali menjahili mereka, karena Aleesha melihat perbedaan diwajah sang kakak saat sedang berbincang dengan Clare, begitu juga Clare yang tersirat sedikit rasa malu saat Bimo menanyakan beberapa hal, atau memberi saran terhadap baju yang ia gunakan agar tidak terlalu terbuka.

Tepat saat berhenti di restoran untuk makan malam, Tari menelfon Clare dan memberitahukan bahwa ia sudah menyiapkan makan malam dan meminta Clare serta Bimo untuk makan malam di rumah. Bimo pun mengiyakan keinginan orang tua Clare dan Aleesha juga dengan senang hati menyetujuinya.

Setibanya dikediaman orang tua Clare, Aleesha terpukau karena begitu megah. Bahkan, ia tidak menyangka kalau Clare berasal dari keluarga yang sangat berkecukupan, bahkan berkelebihan.

"Rumah Mbak Clare bagus sekali" Ujar Aleesha yang kagum dengan arsitektur Kediaman Wiratma tersebut.

Clare tersenyum, "Ini rumah orang tua ku, aku belum punya rumah," ujarnya lembut.

Bimo memarkirkan mobilnya tepat disamping mobil Danny, di parkiran yang berada dibawah rumah Clare.

"Ini mobil milik kalian semua?" Tanya Bimo melihat banyaknya mobil yang ada di basement kediaman orang tua Clare.

Clare tersenyum, "Kami memiliki kendaraan masing-masing, dan juga ada beberapa mobil cadangan. Kecuali Abangku, dia hobi mobil sport."

"Kakak kaya banget, ya?" Tanya Aleesha dengan raut wajah takjub.

Clare menggeleng, "Tidak kok, kami memiliki penghasilan masing-masing. Kami bekerja keras untuk memenuhi keinginan kami sendiri. Didikan Papa begitu keras dan memaksa kami untuk berusaha mendapatkan apa yang kami mau dengan uang yang kami kumpulkan sendiri. Papa memang memberi uang, namun, itu hanya untuk mencukupi kebutuhan pokok kami, keperluan kuliah dan sebagainya, terkadang papa memberi uang lebih namun tidak seberapa, sesekali ia membelanjai kami untuk membeli kebutuhan pokok seperti pakaian, tas, sepatu, make-up dan sebagainya, sisanya jika kami ingin sesuatu yang sebenarnya tidak begitu penting, kami harus membelinya sendiri. Walaupun, semua orang mengira aku dan abangku bergelimangan harta, tinggal meminta lalu dibelikan, namun, nyatanya tidak. Kami disini bekerja sendiri-sendiri, bekerja didunia yang sebenarnya tidak begitu kami suka, dan kami harus berusaha menyukai dunia tersebut demi mendapatkan apa yang kami inginkan."

"Keren banget, pantesan mbak orangnya santun, baik, udah gitu cantik banget lagi. Aku jadi makin mengagumi mbak, pasti orang tua ku juga suka banget sama mbak." Ujar Aleesha memeluk Clare.

Clare hanya bisa tersenyum dan mengangguk, membalas pelukan Aleesha. Clare sangat berbahagia bisa mengenal Aleesha. Walaupun terbilang baru, tapi, ia menganggapnya sudah seperti adik sendiri karena sejujurnya ia sangat ingin memiliki adik.

Setibanya di meja makan, Tari menyambut mereka semua dengan sangat ramah.

"Wah, ini pasti adik kamu ya Bim? Cantik sekali." Ujar Tari mengelus lengan Aleesha.

Aleesha tersenyum, "Terima kasih, Tante, tapi jauh cantikan Kak Clare."

"Oh iya, Adek, tolong kamu panggilkan Papa sama Abang ya untuk makan malam. Sekalian kamu bersih-bersih dulu. Belanjaan kamu kasih ke Mbak Sri aja biar diberesin dan dicuci," Ujar Tari.

Mbak Sri menghampiri Clare dan mengambil alih belanjaannya, "Sini, Non, saya rapihkan. Nanti jika memang bukan pakaian, saya taruh dimeja samping pintu Kamar Non Clare."

Cinta Diatas Awan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang