1 Anak Magang

90.5K 2.9K 105
                                    

Namanya juga anak magang.

-Anak magang yang dapat tugas secontainer di hari pertama-


BRAK!

Aku terjingkat.

"Gila, capek banget gue."

Keluhan Lia tidak kudengar baik sebab setumpuk surat kabar berhasil mengalami pendaratan paling tidak etis di atas meja, tambahannya tepat di depanku.

Kabar buruknya hampir membuatku membelokkan gunting ke jariku yang paling aku cinta dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Oi, ini kalo jari lentik Aura Kasih kegunting, mau tanggung jawab?" sewotku tidak terima.

Lia--gadis yang baru saja membantiing setumpuk surat kabar tersebut menatapku sengit.

"Santai dong! Maudy Ayunda capek nih."

Mataku membola. Aku tidak sedang salah dengarkan?

"Ew, lo duluan loh yang nggak nyantai, marmut kantor," kataku mengingatkan.

Lia hampir kembali bersuara namun Bang Verza yang duduk di balik laptop besarnya sudah lebih dulu melafalkan pertanyaan yang juga menari-nari dalam pikiranku.

"Kenapa sih, Ya? Pagi-pagi udah ribut kaya penjual tanah abang aja," tanyanya.

"Model gitu biasanya habis berurusan sama Bu Aci, Bang."

Aku mencoba menebak saja. Singkat kata, Bu Aci ini adalah pengawas magang kami.

Lia duduk di sampingku. Aku dapat mencium aroma the body shop dari tubuhnya.

"Rusuh deh," katanya kesal.

Matanya memancarkan auara tidak bersahabat. Ditambah dengan tidak sopannya ia mengambil botol air mineralku lalu menghabiskannya. Aku terperangah.

"Habisin! Habisin sana! Tahu begitu kukasih sianida tuh air."

Bang Verza tertawa melihatku bersungut-sungut. "Biarin Ki, haus tuh onta."

Lia mendengus. "Sembarangan!"

"Kenapa sih, Ya?" Aku memelankan suaraku yang sudah setengah kepo meskipun aku tahu apa yang di bawa Lia pasti hanya hal biasa yang ia lebih-lebihkan. Emosinya sejak di sini memang sering naik-turun.

"Sumpah ya, ibu hamil hormonnya memang suka berubah-ubah banget ya?" tanya Lia heran.

Nah. Benarkan kalau Lia habis berurusan dengan Bu Aci, di sini satu-satunya karyawan humas yang sedang hamilkan hanya Bu Aci.

"Itu tahu sendiri," kataku menahan tawa.

Lia mendengus."Ya gimana nggak emosi coba, wait-" Lia mengatur napasnya.

"Untung sepi jadi bisa julid gue," tambahnya.

Aku dan Bang Verza kompak tertawa.

"Julid banget ini?" godaku.

Lia mengangguk sebal. "Gini, gue cerita ya. Tadi itu, Bu Aci nyuruh gue sebar undangan ke semua deputi, siap-siaplah gue, tapi kalian tahu-"

"Nope," sela Bang Verza menggoda.

Lia langsung melempar botol minumanku padanya dan tepat sasaran. "Aduh!"

"Jangan ngomporin Bang, kesemburkan." Aku sudah tidak bisa menahan tawaku melihat wajah kesal Bang Verza.

"Tahu tuh, nyebelin banget sih oncom semur," sambug Lia.

"Say to sorry, girl. Gemes gue. Lanjut lanjut." Bang Verza menutup laptopnya dan ikut menjadi pendengar yang baik bagi Lia.

KIRANA ANAK MAGANG | TAMAT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang