5. Rahasia Pak Kur

21.5K 1.5K 6
                                    

Yang sebenarnya bukan rahasia.


“Pagi Lia Sayang! Udah sibuk aja nih,” sapaku padanya.

Aku duduk di samping Lia. Satu cangkir teh yang asap panasnya masih mengepul menembus penciumanku.

“Iya, mau ngejar malem sabtu. Takut pulang telat.”

Aku mengintip kerjaan Lia di balik laptopnya. Pekerjaan kami memang tidak jauh-jauh dari analisis.

“Malem sabtu? Nggak salah nih? yang ada malem minggu kali,” sindirku.

“Ya nggaklah. Pacar gue mau ke sini dong. Mau hangout nanti malam. Bye ya jombs” jawab Lia sambil menatapku dengan tatapan yang lebih menyindir.

Aku mencibir. “Enaknya yang mau dipel sama pacar!”

Lia menatapku sebal. “Bukan di pel. Diapel! Jomblo emang gitu ya. Suka-suka sendiri.”

Aku tertawa. “Ya justru karna jomblo makanya bisa suka-suka sendirilah.”

Lia menatapku mencurigakan sambil menaik-turunkan alisnya. “Yap. Soalnya kalo mau suka-suka bareng namanya bukan jomblo. Ya nggak? Haha...”

Lia mengangkat dagunya songong dengan tatapan mengejeknya.

“Heh, percaya deh gue sama yang taken. Sini kan cuma serpihan debu dari sekian ribu jomblo.”

Mendengar ucapanku Lia langsung tertawa puas.

“Seneng?!”

“Buanget!!!” katanya makin tertawa.

Aku mendengus sebal. Derita jomblo karatan.

Morning everybody!” teriak Pak Kur yang sudah menarik kursi. Pak Kur duduk di depanku dan Lia

Aku heran, zaman milenial begini masih ada ya jalangkung? Datangnya tiba-tiba.

“Apa sih Pak, pagi-pagi heboh banget. Bawa snack nggak nih?” sewot Lia gercep.

Pak Kur menggeleng sok ganteng sambil mengedipkan matanya genit. Aku sontak berakting muntah.

“Gini nih Ki. Sok manis kalau nggak bawa sajen,” sindir Lia.

Aku menahan tawaku. “Lia yang manis, gue emang nggak bawa snack, tapi gue bawa kabar gembira buat kalian berdua.”

Aku dan Lia langsung menatap Pak Kur penuh minat. Bukan apa-apa, hanya saja kabar gembira versi Pak Kur itu berbeda dengan kabar gembira orang lain. Kabar gembira Pak Kur memang selalu menggembirakan, apalagi kalau sudah bertitle untuk kalian berdua.

“Gosip ya, Pak?”tanya Lia antusias.

“Kayanya sih bukan,” kilahku masih penasaran.

Pak Kur sudah tersenyum sok misterius.

“Ini Kiki nggak mau tebak-tebakan loh, Pak.” Aku memperingatkan Pak Kur, takut-takut hanya akal-akalan alasan karna tidak memberi sajen pagi kami.

Pak Kur menggeleng. “Siapa juga yang berniat tebak-tebakan, Ki,” dengus Pak Kur.

Aku dan Lia sudah ngekek melihat wajah Pak Kur yang mantul-mantul.

Yaudin, kabar gembiranya apa nih, Pak?” sergah Lia tidak sabar.

“Jadi begini–” Pak Kur menjeda kalimatnya.

Aku dan Lia sudah menahan setengah mati rasa penasaran kami.

“Minggu depan humas punya agenda ke Pangalengan Bandung, ada kunjungan industri. Nah, gue boleh ajak anak magang ceritanya, jadi gue pilih kalian. Gimana, mau ikut?”

KIRANA ANAK MAGANG | TAMAT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang