15. Tidak Pandai Melompat

16.1K 1.2K 54
                                    

Hai semuaaa 👋

Untuk memperingati ulang tahun ke-3 WAYV dan ulang tahun ke 23 Huang Xuxi, aku kasih diskon PDF KIRANA ANAK MAGANG 🥳🥳🥳

Harga yang mulanya 45K menjadi 32K yaaaa ❤ dari tanggal 17-25 Januari 2022

How to order :

1. Transfer terlebih dahulu sebesar harga yang tertera, yaitu 32K ke rekening di bawah ini :

• Transfer bank BRI rek 0152-01-013193-53-0 a/n Rr Ida Setiyawati

• foto/ screenshot bukti transfer kamu ke no. WA 085600630695, sertakan

Nama Lengkap :

Alamat pengiriman pdf : e-mail/wa yaa~

• PDF akan dikirimkan setelah bukti transfer diberikan yaa~ jadi nggak perlu nunggu lama kaliannya hihi

Terima kasih~

•••

Sepandai-pandainya melompat, hati-hati kalau sewaktu-waktu jatuh ya!

***

Ini akan sangat panjang.

Happy reading!!!

Aku tidak bisa menyembunyikan senyumku setelah melihat tubuh Bang Igun masuk lobi.

Bang Igun dan langkah lebarnya berjalan ke arahku tanpa tahu bahwa aku berdiri di depannya. Atensi pria tersebut sepenuhnya mengarah pafa ponsel dalam genggamannya.

"Bang Igun!"

Ia mendongak. Senyum secerah mentarinya terbit setelah melihatku berdiri di depannya.

"Oi! Morning Babe!"

Aku mengulas senyumku sebaik mungkin. Melupakan sapaan sialan Bang Igun barusan. Kalau bukan karna tugas negara, sudah ku tempeleng pria tua ini.

"Morning!"

Kening bang Igun mengkerut. Wajahnya seolah terheran-heran denganku pagi ini.

"Sehat Ki? Senyum-senyum sendiri?"

Aku nyengir. "Sehat dong." Tanpa melupakan senyum tiga jariku.

Kepala Bang Igun tergeleng heran.

"Tumben berangkat pagi Bang," kataku.

Kami sudah berjalan beriringan menuju ruang humas.

"Iya, ada berkas yang harus cepat-cepat gue selesaian."

Aku mengangguk paham.

Saat tahu kami sudah akan sampai di depan pintu humas, aku buru-buru mencekal lengan Bang Igun. Membuatnya seketika menghentikan langkah lebarnya.

"Kenapa?"

"Hehe. Ngopi dulu yuk Bang."

"Ha?"

"Iya, ngopi dulu. Ke pantry. Gimana?"

Bukannya menjawab, Bang Igun justru menempelkan punggung tangannya ke keningku. Aku langsung menepis tangan besarnya.

"Sehat kan?"

"Walafiat!" jawabku cepat.

"Tapi tumben banget ngajak ngopi," katanya geli.

"Ew, masa?"

KIRANA ANAK MAGANG | TAMAT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang