-one

1K 114 0
                                    

Bian menarik dasinya agar longgar. Hari ini sekolahnya didatangi oleh universitas ternama di Indonesia, dan dirinyalah yang menjadi perwakilan kelas untuk mendatangi seminar tersebut. Seminar baru saja usai lima belas menit yang lalu, kini ia sedang sibuk mengontak Gea untuk menyusulnya di kantin.

"Bian?"

Bian menoleh kebelakang saat suara bariton menginterupsi pendengarannya. Ia terdiam kaku, dihadapannya berdiri seseorang yang dulu ia idamkan, jauh sebelum dirinya jatuh pada Bobby.

"Oh—hai, k–kak June,"

"Lo lupa ya sama gue?"

Bukannya lupa, bahkan Bian tidak pernah berkomunikasi secara langsung dengan June. Yang ada, ia sedang asik mengobrol dengan Hanbin dan June berada dibelakang lelaki itu sambil menyimak.

"Enggak! Enggak lupa kok kak, hehe,"

"Oh iya, lo mau makan?" June kini duduk dibangku yang hendak diduduki Bian

"Itu sih kak, nunggu temen," Bian menggaruk tengkuknya karna grogi

"Yaudah duduk aja sambil nunggu temen lo, nggak usah grogi kali,"

Bian cengengesan dan akhirnya duduk dihadapan June.

"Mau kuliah dimana?"

Bian masih bimbang, ia sebenarnya belum menemukan universitas yang cocok dengannya. "Um, belum tau sih kak,"

"Harus tau dong dari dulu, bakat dan minat lo dimana, harusnya lo cari tau dengan ikut seminar dan lain - lain,"

"Hehe,"

"Lo nggak kuliah ya,"

"Enggak! Aku kuliah kok kak!"

"Hahahaha, biasa aja kali reaksinya," June terbahak hingga mata sipitnya terpejam, sejenak, membuat hati Bian adem

"Lagi sibuk belajar kak, nyesel kenapa dulu pas kelas satu dua kerjaannya main - main mulu,"

"Haha, nyadar juga,"

"Kak June– um" Bian hendak menanyakan Hanbin dan lainnya kuliah dimana, namun ia tahan, siapa tau June tidak tau urusan mereka

"Kenapa?"

"Nggak jadi deh,"

"Mau tanya apaan? Kuliahan gue?"

"Enggak hehe, tadi kan udah dijelasin di seminarnya,"

"Terus? Nomer hp gue?"

Bian sontak melotot, bisa - bisanya seorang June melontarkan kata itu disaat hati Bian sedang tidak siap dengan gombalan - gombalan maut.

"Kak June apaansih hahaha"

"Apa mau nanyain Hanbin?"

"Lah?!" Bian menautkan alisnya, "ngapain juga nanyain kak Hanbin,"

"Kan dulu dia perantara lo sama Bobby,"

Deng!

Bian terdiam saat nama Bobby disebut. Nama itu, sudah sempat menghilang dari kehidupannya karena tidak pernah sekalipun muncul. Hingga kini nama itu disebut, refleks, otak Bian memutar memori - memori dahulu.

"Jangan sama Hanbin, entar masa depan lo suram,"

"Apaansih kak," Bian memaksakan tawanya

"Hanbin sekarang masih pengangguran, kuliah enggak, kerja enggak,"

"Tapi aku denger Kak Hanbin punya toko baju yang dikembangin dari mama nya di mall - mall?"

"Oh iya, pantesan dia males - malesan disuruh kuliah,"

"Hehe, iya kan kak,"

"Eh, gue duluan ya mau balik, nice to meet you Bi, entar kalo ketemu Hanbin gue salamin,"

"Hahaha, nggak usah kali kak!"

June beranjak dari mejanya, meninggalkan Bian.

After We Write [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang