-nine

440 72 0
                                    

Bian berjalan penuh semangat hari ini. Karena nanti sore ia akan jalan bareng Bobby.

"Kak Bian!" Tanpa harus menoleh, Bian sudah tau, siapa yang selalu meneriaki namanya meski dekat sekalipun.

"Mau ikut nggak?" Tanya Haruto saat sudah didepannya

"Kemana?"

"Ke mall," jawab Haruto sambil memutar - mutar kunci motornya

"Nggak ah, gue ada janji,"

"Sama siapa?"

"Dih, kepo amat," Bian mengibaskan tangannya didepan Haruto

"Yaudah, Kak Bian nitip apa?"

"Nitip lo aja, jangan ilang, susah ntar gue diinterogasi pak polisi,"

"Siap!" Haruto hormat didepan Bian, "Haruto nggak akan ilang,"

"Bagus," Bian menurunkan tangan Haruto, "bye," setelah itu ia lewat.

——————-

Bian kini sudah berada di mobil Bobby. Harum mobilnya menyegarkan, membuat Bian betah didalam berlama - lama.

"Ujian akhir semesternya udah?" Tanya Bobby

Bian mengangguk

"Tinggal liburnya?"

Bian mengangguk lagi

"Nganggur dong,"

Kini Bian menggeleng, "kan aku sibuk kak jadi panitia buat reuni alumni,"

"Oh iya," Bobby nyengir, "trus cowok lo?"

Bian mengerutkan alisnya.

"Yang ketua osis itu?"

"Apaansih," Bian tertawa terbahak - bahak

"Iyasih, dia manja sama lo, gue nangkepnya adek harusnya," Bobby juga ikut tertawa

"Oh iya, gimana kuliah kakak?"

"Mmm," Bobby menaik turun kan alisnya, "kenapa nanya gitu?"

"Hah?" Bian jadi bingung, "pengen tau aja,"

"Kuliah gue baik - baik aja,"

Bian manggut - manggut.

———————

Bobby mengajak Bian ke mall yang dulu mereka buat ketemuan pas ngobrolin reuni alumni.

"Mau foto?" Tanya Bobby saat melihat photobooth

Bian mengangguk. "Boleh,"

Mereka berdua masuk kedalam. Bian sudah benar - benar kikuk. Ia deg - degan setengah mati.

"Gayanya yang lemes kek, kaku mulu," ucap Bobby saat foto mereka telah dicetak sebanyak 4 kali. Kata Bobby untuk kenang - kenangan

"Lo deg - degan ya?" Tanya Bobby dihadapan Bian sambil menaikkan alisnya

Ini adalah kelemahan Bian. Senyum miring Bobby ditambah alisnya yang terangkat.

"A—apaansih kak!" Bian mendorong Bobby menjauh. Ia berjalan duluan, merasakan pipinya memerah.

Setelah capek berkeliling mall berlantai empat itu, Bian mengajak Bobby untuk berhenti di restoran khas Jepang.

"Lo suka ramen banget ya?" Tanya Bobby saat Bian dihadapkan dengan semangkuk jumbo ramen yang harusnya untuk porsi dua orang

"Maaf ya kak Bobby aku nggakbisa bagi - bagi," ucap Bian sambil mengetuk - ngetukkan sumpitnya

"Dih, dasar," Bobby tertawa hingga matanya menyipit, "makan yang banyak," ucapnya lagi

"Kak Bobby juga!" Sahut Bian

Secara diam - diam Bobby memotret Bian yang sedang makan dan sambil sesekali melihat sekeliling. Bian memang tipe orang yang nggakbisa fokus dalam satu hal, ia selalu mencari - cari hal - hal yang membuatnya sibuk.

"Kenapa sih lo?" Tanya Bobby saat mie panjang masih tergantung dimulutnya sedangkan kepala Bian sudah menoleh - noleh ke kanan kiri

Bian menyeruput mie nya, "kenapa kak?"

"Makan tuh yang bener, kuah lo kemana - mana," sahut Bobby sambil mengelap meja dengan tissue

"Maap maap,"

"Bagus ga?" Bobby menunjukkan HP nya yang menampakkan wajah Bian yang sedang makan mie sudah diedit

"Wih bagus!" Bian tepuk tangan, namun sepersekian detik, "lah itu kan aku kak?!"

Bobby tertawa lagi.


Bian telah selesai memakan ramennya begitu juga Bobby. Mereka memutuskan untuk pulang setelah membeli salad buah dan eskrim.

"Makasih ya Kak Bobby!" Bian tersenyum lebar hingga matanya menyipit

Bobby tersenyum, "sama - sama,"

"Dadaaah!"

Bobby mengangkat tangannya.

"Bian,"

Bian mendongak

"Jangan lupa dimakan semuanya,"

Bian hormat. "Siap kak!"

—————

Hari ini adalah hari yang sangat sangat berkesan bagi seorang Bian.

Bahkan ia tidak henti - hentinya memandangi foto yang tadi dicetak saat di photobooth.

Bian memfotonya lalu menjadikan homescreen.

After We Write [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang