-twelve

425 67 1
                                    

Bian sedang duduk diteras rumahnya. Ia tidak tau harus melakukan apa karena orangtuanya tidak ada dirumah dan ia tidak ada janji dengan siapapun.
Jika kalian tanya Haruto. Entah kenapa sejak kemarin lusa terakhir mereka bertemu Haruto sama sekali tidak menghubungi Bian seperti biasanya entah hanya untuk sekedar basa basi. Bian juga bingung haruskah ia menghubungi Haruto terlebih dahulu, namun ia tidak tau atas dasar apa mengirim pesan untuk adik kelasnya itu.

Ponselnya berdering, menampilkan nama Bobby disana.

"Halo kak?"

"Halo, lagi ngapain?"

"Mmmm," Bian mengubah posisi duduknya, "lagi diem aja kak kenapa?"

"Temenin gue cari baju buat reuni besok lusa bisa?"

Bian diserang kegugupan, ia heran kenapa dirinya selalu menjadi pilihan Bobby untuk menemaninya.

"Sekarang kak?"

Bobby mengiyakan, "gue kesana setengah jam lagi,"

"Ah, iya kak, aku prepare dulu,"

Telfon dimatikan, Bian bergegas kekamar untuk ganti baju dan sedikit memake up wajahnya, hanya dengan bedak dan liptint, juga merapikan rambut.

••••••

Bian dan Bobby berjalan berdampingan menyusuri mall. Tidak ada tempat lain yang menjadi destinasi mereka berdua selain mall.

"Gue mau kesana," Bobby menunjuk toko baju, "yang cowok harus pake jas kan?"

Bian mengangguk.

Reuni alumni memang bersifat formal untuk para undangan, jadi Bobby membeli setelan jas.

Saat Bobby sibuk dengan berbagai macam pilihan jas, Bian memilih untuk duduk - duduk sambil memandangi Bobby yang sesekali menampilkan raut bingung. Namun kegiatannya diinteruspi oleh suara ponsel.

Haru

Kak Bian, saya disuruh Kak Jackson buat ke hari ini buat ambil properti sama Kak Bian. Saya kesana sejam lagi.

Bian membaca pesan itu dengan sedikit panik. Ia baru saja sampai di mall bersama Bobby dan sekarang ia harus pergi bersama Haruto.

"Bian," Bian memasukkan ponselnya dan menatap Bobby

"Menurut lo?"

Bian terkagum dengan ciptaan tuhan didepannya dengan setelah jas warna hitam. Bobby terlihat sangat menawan dimata Bian saat ini.

"Ba—bagus kak, itu aja,"

Bobby tertawa renyah hingga matanya menyipit, setelah itu ia kembali ke pelayan, mungkin memilih setelan jas itu.

"Mau makan?" Tanya Bobby saat mereka sudah hendak keluar

Bian mengangguk mengiyakan.

"Kali ini gue yang milih ya, jangan ramen mulu,"

Bian tertawa begitu juga Bobby. Mereka berdua makan di restoran khas Indonesia. Bian memesan bebek bakar sedangkan Bobby ayam bakar.

"Gimana persiapan buat acara nanti?" Tanya Bobby disela - sela makan mereka

Bian menelan makanannya lalu menjawab, "udah mendekati sempurna sih kak,"

Bobby mengangguk - angguk, "jangan lupa makan sama vitamin, pasti capek banget ngurus kaya gini,"

Bian ikut mengangguk paham.

Setelah makan mereka berdua melanjutkan dengan melihat - lihat sepatu.

"Lo mau sepatu?"

"Hah?!" Bian yang ditanya bingung sendiri, "lagi ga kepikiran buat beli sepatu kak,"

"Ini bagus nggak?" Bobby mengangkat sepatu running berwarna merah dan peach itu

"Bagus," Bian mengangguk sambil bingung karena Bobby membawanya kekasir padahal itu sepatu perempuan.

"Nih,"

"Hah?"

"Buat lo,"

"Gimana kak?"

"Buat lo, entar dipake pas acara,"

"Hah? Maksudnya?"

"Lemot banget si," Bobby meremas kepala Bian pelan, "ini sepatu buat lo, pake aja entar pas acara reuni,"

Bian cengo.

"Ngerti nggak?" Bobby sedikit menunduk agar wajah mereka sejajar

"I—iya makasih kak," Bian malu ditatap Bobby dengan jarak sedekat ini

"Yaudah yuk pulang, udah mau sore," Bobby mengalungkan tangannya di pundak Bian

Bian sendiri hanya diam seperti patung, berjalan keluar tanpa mengatakan apapun.

••••••••

Bian kebingungan melihat mobil didepan rumahnya.

"Mobil siapa?" Tanya Bobby saat mereka sudah berada tak jauh dari rumah Bian

Namun tak lama otak Bian mencerna kejadian tadi, "ng, mungkin mobil tetangga kak," Bian turun, "makasih ya kak,"

"Ng, okey," Bobby agak kebingungan karena Bian terlihat sedikit aneh, "gue tinggal ya?"

"Iya kak,"

"Serius gue tinggal,"

"Iya,"

Mobil Bobby melaju perlahan. Saat sudah dari jauh, Bian berlari kerumahnya. Mendapati Haruto yang duduk dikursi teras.

After We Write [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang