Coffee

256 30 0
                                    

"Hyung, neo gaenchana?" Pria bernama Ji Min, memasang raut wajah khawatir, ketika lawan bicarannya tak kunjung memberikan respon.

"Ah, nan gaenchana. Aku tadi sedang bicara dengan Eun Byul."

"Eun Byul?"

"Ne, ia ada di be...." ucapan Nam Joon terputus ketika ia tak melihat sosok gadis yang sedari tadi mengikutinya.

"Apakah, kau tengah mencari seseorang hyung?" Ji Min mengikuti pandangan Nam Joon yang tengah memperhatikan sekitar.

"Ne,  tadi aku disini dengan seorang gadis. Tapi sekarang aku tak tau ia dimana." Jelas Nam Joon, yang dibalas anggukan oleh Ji Min.

"Sudahlah hyung, mungkin ia sedang pergi ke suatu tempat. Lebih baik hyung memperhatikannku yang ada di sini." Ji Min nampak gemas, kepada namja  yang lebih tua darinya. Ia mengabaikan Ji Min dan sibuk mengedarkan pandangan guna menemukan sosok yang tengah ia cari.

"Ah....mianhae Jim, aku hanya penasaran kira-kira ia pergi kemana." Nam Joon memberikan senyuman khasnya, hingga dua lesung terukir di pipinya.

"Sudahlah hyung, bagaimana jika kita pergi ke kedai kopi. Lagi pula hari ini aku tidak ada janji dengan pasien." Ji Min berusaha mengalihkan pembicaraan, dengan langkah ringan Ji Min menarik pergelangan tangan Nam Joon menuju kedai kopi.
Sementara Nam Joon hanya pasrah, kemanapun pria mungil dihadapannya membawa dirinya.

***
Aroma seduhan kopi, begitu memanjakan indra penciuman dua orang namja, yang baru saja melangkahkan kaki memasuki kedai kopi. Nuansa Eropa mendominasi kedai kopi tersebut.

Nam Joon dan Ji Min, memilih meja yang menurut mereka paling nyaman untuk meminum secangkir kopi. Dan meja yang beruntung adalah, meja kayu didekat jendela.

Setelah memesan dan menunggu beberapa saat, kini dua cangkir kopi dan beberapa camilan telah berjejer rapi di atas meja. Uap panas yang naik dari kedua cangkir tersebut menambah kesan hangat.

Beberapa saat kedua namja  tersebut disibukkan dengan kopi mereka masing-masing, menciptakan kesunyian diantara mereka. Sampai sebuah suara cangkir yang beradu dengan meja dan seruan Ji Min membelah kesunyian.

"Rasanya menyenangkan dapat minum kopi bersamamu hyung." Ji Min menatap sekilas Nam Joon, kemudian beralih ke arah kotak yang terbungkus plastik di atas meja.

"Kau benar, entah kapan terakhir kali kita dapat berjumpa dan menghabiskan waktu bersama." Senyuman kembali terukir di wajah manis Nam Joon.

"Hyung, bukankah itu coklat? Sejak kapan kau menyukai coklat? Ah....apakah itu untuk anak panti?" Pertanyaan beruntun dari Ji Min, membuat Nam Joon menghentikan laju cangkir yang akan menghantarkan kopi ke mulutnya. Ji Min telah mengenal Nam Joon sejak bangku sekolah menengah pertama. Jadi jangan heran jika Ji Min, mengetahui masa lalu Nam Joon bersama saudara pantinya.

"Oh....coklat ini milik gadis yang tadi bersamaku. Ia sangat menginginkan coklat tadi." Penjelasan Nam Joon sukses membuat beberapa tetes kopi masuk ke saluran pernafasan Ji Min, dan membuat namja tersebut tersedak.

"Jim, nan gwaenchana?" Nam Joon nampak khawatir.

Setelah beberapa kali terbatuk, akhirnya dengan wajah yang sedikit merah Ji Min menjawab pertanyaan Nam Joon. "Nan gwaenchana, hyung."

"Syukurlah kalau begitu, aku takut kau akan mati tersedak. Bukankah sangat tidak etis, jika tersebar berita 'seorang dokter muda, mati karena tersedak secangkir kopi' hahaha......." sementara Nam Joon nampak senang dengan ucapanya. Lain halnya dengan Ji Min yang menekuk wajahnya.

"Apakah sudah selesai hyung?"

"Ah.....mian, aku tidak bermaksud menertawakanmu. Tapi, sejak kapan kau mulai minum kopi? Bukankan kau orang yang sama, yang pernah mengatakan padaku jika tidak menyukai kopi?"

"Aish, semua orang bisa berubah hyung, begitu juga denganku. Semenjak menjadi dokter, begitu banyak hal yang harus ku kerjakan. Jadi kopi adalah pilihan terbaik bagiku ketika sudah sangat lelah." Nam Joon nampak menganggukkan kepalnya mendengar penjelasan Ji Min.

***
Cukup lama Nam Joon dan Ji Min menghabiskan waktu mereka di kedai kopi. Namun kegiatan tersebut harus terhenti karena tiba-tiba Ji Min harus menangani pasien, yang tidak dapat ia sepelekan.

"Mianhae hyung, aku tak bisa menghabiskan waktu lebih lama bersamamu. Bagaimana jika setiap akhir pekan kita bertemu? Akan ku usahakan jika ada waktu luang."

"Kurasa itu ide yang bagus." Nam Joon begitu antusias terhadap penawaran Ji Min.

"Kurasa aku harus pergi sekarang." Ujar Ji Min dan diakhiri dengan senyuman. Setelah percakapan singkat tersebut Ji Min segera beranjak meninggalkan Nam Joon, tidak hanya Ji Min, Nam Joon juga segera beranjak dari tempatnya.

Tanpa Nam Joon ketahui, ternyata Ji Min berbalik dan memandang punggung Nam Joon dengan tatapan yang tak dapat di artikan.

"Aku akan menjauhkan gadis itu darimu hyung. Aku tak peduli bagaimanapun caranya."






Bersambung.....


Haloooooo...............
I'm come back
Maaf lama, karena aku ada ujian
Maaf juga kalau ceritanya tidak memuaskan, itupun kalau ada yang membaca.
Tapi aku begitu mengharapkan kalian meninggalkan jejak
Walaupun masih awam aku juga butuh dukungan
😢😢😢😢
Dan terimakasih bagi yang sudah mau membaca cerita ini.

Forever RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang