Terungkap

187 25 0
                                    

Hari semakin siang, langit yang tadinya cerah mulai menunjukkan awan gelap. Seakan langit tau yang sedang terjadi kepada manusia yang berteduh di bawahnya.

Nam Joon keluar dari sebuah gedung sekolah diikuti Ji Min dibelakangnya.

Nam Joon terus berjalan tanpa peduli rintik hujan yang mulai berjatuhan, air mata terus saja mengalir di wajah Nam Joon yang nampak putus asa.

Ji Min merasa bersalah namun rasa bangga lebih dulu meghampiri dirinya karena berhasil menunjukkan siapa Eun Byul yang sebenarnya.

"Hyung sebaiknya kau ikut denganku. Aku bukanya ingin membuatmu sedih ataupun kehilangan semangat. Aku melakukan ini demi kebaikanmu."

JI MIN POV

Setelah keluar dari sekolah Nam Joon hyung, terlihat begitu menyedihkan. Aku ingin menghampirinya tapi aku tau jika ia masih ingin waktu untuk sendiri.

Cukup lama aku berjalan di belakangnya. Sampai aku putuskan untuk mendekat. Hujan turun semakin deras, tubuh tingginya telah basah. Sebenarnya aku tak terlalu kebal dengan air hujan, namun melihat kondisi Nam Joon hyung, membuatku tak peduli dengan kondisiku sendiri.

"Hyung sebaiknya kau ikut denganku. Aku bukannya ingin membuatmu sedih ataupun kehilangan semangat. Aku melakukan ini demi kebaikanmu."

"Diam kau Park, tau apa kau sebenarnya!" Nam Joon hyung mendorong tubuhku kasar. Aku tau kondisi mentalnya saat ini. Aku akan lebih memilih mengalah dan mengikutinya pulang dengan diam-diam, untuk memastikan jika ia baik-baik saja.

JI MIN POV AND

***

Suara bantingan pintu terdengar begitu nyaring, walaupun telah diredam oleh derasnya suara hujan. Seorang namja, dengan kondisi tubuh basah kuyup memasuki rumah minimalis tersebut.

Air yang menetes dari pakaiannya membuat lantai rumah tergenang air. Tak hanya pakaiannya yang nampak kusut bahkan raut wajahnya juga menunjukkan kekecewaan.

Tak peduli dengan pakaian basahnya, namja itu mulai berteriak sekuat tenaga, ia berusaha mengeluarkan seluruh emosi di dalam dirinya.

Pecahan kaca yang terdengar begitu nyaring membuat seorang namja yang lain memasuki rumah tersebut, dengan kondisi yang sama basahnya.

"Astaga hyung, apa yang kau lakukan? Kau akan terluka nanti." Namja yang baru saja masuk begitu terkejut melihat kondisi Nam Joon tengah membawa pecahan botol di tangannya.
Dengan sekuat tenaga namja tersebut berusaha membuat Nam Joon melepaskan pecahan botol. Namun usaha yang dilakukannya tak membuahkan hasil. Nam Joon semakin meronta dan semakin meremat pecahan botol, darah memgalir begitu saja dari tangan namja itu.

"Hyung, kumohon hentikan."

"Menyingkirlah, pergi dari sini! Aku tak memerlukan perhatianmu Park Ji Min! Tak ada yang peduli padaku bagitu juga dengamu, pergilah pergi dari sini!" Nam Joon berteriak dan terus meronta membuat Ji Min kewalahan.

Ji Min terus berusaha menahan Nam Jon, tangan kanannya nampak merogoh saku celana. Sebuah alat suntik kini berada di genggaman Ji Min, namja itu menggigit penutup jarum dan segera menyuntikkannya ke lengan Nam Joon. Tak lama namja itu mulai lemas dan tak sadarkan diri.

Kini Ji Min dapat menghela nafas lega. Ia nampak tengah melilitkan kain di tangan Nam Joon yang terus mengeluarkan darah.

Merasa luka Nam Joon telah tertutup, Ji Min merogoh saku jaketnya untuk mengambil ponsel pintar didalamnya.

"Hallo."

"......."

"Tolong, bawa beberapa tim medis dan ambulance ke kediaman Tuan Kim yang sering ku bicarakan."

"........"

Setelah panggilan terputus Ji Min segera memindahkan tubuh Nam Joon, pecahan botol di sekitar Nam Joon membuat Ji Min harus sangat berhati-hati.

Sekitar 10 menit, akhirnya ambulance datang dan segera membawa Nam Joon ke rumah sakit.

Flash Back

Sesuai kesepakatan Nam Joon dan Ji Min kini dalam perjalanan ke Seoul Senior High School, Nam Joon mengatakan jika Eun Byul bersekolah disana.

Setelah sampai kedua namja itu mendatangi ruang guru untuk menanyakan kelas gadis itu.

Namun yang diharapkan tidak sesuai kenyataan, para guru mengatakan tak ada siswi bernama Go Eun Byul di sekolah tersebut.

Nam Joon tetap bersikeras jika Eun Byul sekolah di sekolah tersebut. Akhirnya Ji Min meminta salah satu guru untuk menunjukkan data siswa tingkat akhir.

Setelah berulang kali mencari didata siswa, tetap saja tak ada nama Eun Byul di sana. Nam Joon semakin gusar, ia terus saja ingin mencari Go Eun Byul.

Ji Min menarik Nam Joon untuk keluar dari gedung sekolah. Berulang kalu Ji Min meminta maaf kepada para guru, sebab ulah Nam Joon.

"Hyung, kau lihatkan Eun Byul tidak ada disini."

"Apa maksudmu sebenarnya Jim?"

"Ku ingin kau lupakan Eun Byul. Aku akan membantumu."

"Membantu katamu kau lah yang membuat Eun Byul pergi Park. Kau sama saja dengan orang-orang di luar sana yang selalu mementingkan diri mereka sendiri!" Nam Joon mendorong tubuh Ji Min, pemuda itu terhuyung kebelakang dan segera kembali mengejar Nam Joon yang telah melangkah pergi.

"Hyung, kumohon lupakan Eun Byul, aku ada di sini. Aku akan membantu dan menemanimu."

Tak ada jawaban, hanya rintik hujan yang berjatuhan membelah keheningan.

Flash Back And

Seorang namja tengah terlelap di ranjang rumah sakit dengan kaki dan tangan yang terikat. Wajahnya nampak sayu, pergelangan tangan yang memerah sebab ia sempat memberontak beberapa saat lalu.

Namja yang lain dengan jas dokternya, duduk di samping ranjang dengan mengusap tangan orang yang ia anggap sahabat dan seorang kakak.

Namja bernama Ji Min tersebut mulai bangkit dari duduknya ketika seorang suster datang bersama seorang wanita paruh baya dibelakangnya.

"Usia-nim, Nyonya ini ingin bertemu dengan anda." Suster tersebut nampak tersenyum saat Ji Min menganggukkan kepalanya, sebagai tanda jika ia mengerti.

"Trimakasih, kau bisa keluar." Merasa mengerti suster tersebut mulai beranjak dari ruangan, meninggalkan Ji Min dan wanita tersebut.

"Ji Min-ah, bagaimana kondisi Nam Joon? Ia baik-baik saja bukan?" Dengan tatapan sendu wanita itu menggenggam tangan Ji Min.

"Em, Immo  tenang saja Nam Joon hyung akan baik-baik saja. Terima kasih karena telah memberitauku mengenai kebiasaan aneh Nam Joon hyung." Ji Min tersenyum berusaha menghilangkan kehawatiran wanita di hadapannya.

"Lalu, apakah gadis itu akan pergi?"

Ji Min menghela nafas dan menatap Nam Joon yang masih terlelap.

















Bersambung......................

Forever RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang