Bayangan

336 35 5
                                    


Setelah Nam Joon selesai dengan kegiatan rutin setiap minggunya di panti, ia memilih menyusuri jalanan Seoul yang masih tergenang air. Pikirannya melayang kepada kejadian pagi tadi. Nam Joon merasa ia tak salah dengar disaat immo penjaga panti mengatakan "syukurlah". Namun, immo menyangkal jika ia mengatakan hal itu. Memang apa salahnya jika Nam Joon membawa seorang gadis ke panti?

Sesekali Nam Joon menolehkan kepalanya ke belakang, guna mengecek apakah gadis yang sudah seperti bayangannya itu masih ada di belakangnya.
Tangan Nam Joon yang masih setia menggenggam payung biru. Ditarik kasar secara tiba-tiba dari arah belakang.

"Hey, apa yang kau lakukan?" Pekik Nam Joon, mau ditaruh mana wajah tampan Nam Joon. Jika ia diam saja diseret oleh seorang gadis, yang bahkan jauh lebih pendek darinya.

Seakan tak peduli dengan teriakan Nam Joon desepanjang jalan, dengan santai gadis itu terus berlari dengan tangan yang masih setia menggenggam pergelangan tangan Nam Joon.

Sampai akhirnya, langkah gadis itu terhenti di depan toko coklat. Pandangannya nampak berbinar melihat deretan coklat di lemari kaca.

"Kau ingin coktat?" Nam Joon menatap gadis yang lebih pendek darinya tersebut. Tidak ada kata-kata namun gadis itu mengangguk kecil untuk memberikan jawaban.

Nam Joon ingin sekali mengumpat di hadapan gadis tersebut. Dengan tiba-tiba ia menyeret Nam Joon, dengan berlari sampai membuat Nam Joon kehabisan pasukan oksigen di paru-parunya. Dan sekarang apa? Ia melakukan hal gila hanya karna menginginkan coklat? Tidak bisakah ia langsung mengaktakannya kepada Nam Joon?

Nam Joon menghela nafas panjang "ayo kita kedalam, pilihlah coklat yang kau suka." Ucapan Nam Joon membuat mata gadis itu seketika berbinar.

Bunyi lonceng, yang begitu nyaring membuat beberapa wanita di balik meja kasir mengalihkan pandangan mereka.

"Selamat siang tuan, ada yang bisa saya bantu?" Salah satu pelayan berucap dengan ramah. Beberapa saat Nam Joon menatap lemari kaca di hadapannya. Maniknya begitu dimanjakan dengan beraneka ragam coklat.
"Aku ingin membeli beberapa coklat."

NAM JOON POV

Pandanganku kini beralih ke arah Eun Byul, gadis itu nampak berbinar melihat coklat yang terpampang nyata dihadapannya.

"Mana yang kau inginkan." Aku menanti cukup lama sampai jari telunjuk Eun Byul mengarah kepada salah satu coklat dengan berhias caramel diatasnya. Pilihan yang tepat menurutku.

"Kau mau yang itu?" Aku berusaha memantapkan pilihan Eun Byul. Seketika anggukan kecil dari gadis itu memberikan jawaban.

"Tolong, Saya ingin membili satu kotak coklat caramel." Ucapku, namun aku tak mendapatkan respon sama sekali dari pramusaji di balik lemari kaca tersebut. Sampai untuk keduakalinya aku harus mengulangi ucapanku.

"Ba.....baik sa....saya akan menyiapkannya." Sebenarnya ada apa dengan wanita itu ia nampak sangat gugup. Ah....apakah karena wajah tampanku?

Taklama kemudian pesananku telah dikemas dengan begitu cantik. Setelah memberi beberapa lembar uang dan taklupa ucapan terima kasih, aku beranjak dari toko coklat tersebut. Situasinya masih sama seperti sebelum Eun Byul menarikku ke toko coklat, ia memilih mengikutiku dari belakang persis seperti bayangan.

Sedikit pemberitahuan, para pramusaji di toko coklat tersebut masih setia menatapku walaupun aku mulai berjalan menjauhi toko. Wah.....sebegitu tampannyakah aku? Sehingga mereka tak bosan memandang wajahku.

Setelah cukup jauh dari toko coklat, kutolehkan kepalaku ke belakang. Hanya untuk mengecek apakah gadis itu masih dibelakangku atau tidak.

"Kau ingin memakan coklat ini sekarang?" Pertannyaanku membuat gadis itu mengangkat kepalanya, yang sedari tadi tertunduk. Entah apa yang ia lihat, mungkin ia tengah menghitung berapa banyak tetes air yang terdapat di kubangan di sepanjang trotoar. Dasar gadis aneh.

"Aku akan memakannya di rumahmu saja." Jawaban yang begitu percaya diri, memangnya aku akan mengizinkannya masuk ke apartementku?

"Nam Joon Hyung! " teriakan seseorang membuat perhatianku teralihkan dari Eun Byul. Kupicingkan mataku untuk memperjelas siluet seseorang yang sedang berjalan kearahku.
Kurasa ia lebih pendek dariku, dan yang pasti ia seorang namja. Setelah jarak kami tidak terlalu jauh dapat kupastikan siapa orang itu.

Namja itu adalah Park Ji Min, orang paling konyol yang pernah ku kenal. Namun, yang membuatku heran adalah bagaimana bisa ia lulus dengan nilai tertinggi di fakultas kedokteran.

"Hyung!" Ji Min mengulangi panggilannya, kali ini kubalas dengan senyum. "Wah tak menyangka, akan bertemu denganmu di sini." Aku berusaha menyapa Ji Min dengan seramah mungkin.

"Hehehe......aku juga tak menyangka. Em, hyung kalau boleh tau kau bicara dengan siapa tadi?" Pertanyaan Ji Min, membuatku terheran. Apakah ia tak melihat Eun Byul?

NAM JOON POV AND

"Hyung, neo gwaenchana?"




Bersambung........


Haloha........
Maaf lama, pikiran lagi buntu hehehe.......
Mohon dukungannya.
Sorry kalau ceritanya gaje. Maklum masih pemula.

Forever RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang