Usaha

153 25 0
                                    

Nam Joon POV

Entah telah beberapa kali aku membuka mata, namun tempat ini tak pernah berubah. Ruangan yang begitu asing, dan mereka mengikatku. Kepalaku cukup pening untuk digunakan bergerak, namun aku tak berniat untuk menutup mata lagi.

Suara pintu terbuka mengalihkan perhatianku, seorang namja dengan jas dokternya memasuki ruangan. Tunggu! Ia tak asing bagiku. Itu Ji Min bukan? Mengapa ia ada disini? Berbagai pertanyaan terus muncul dibenakku. Namun, semua itu hilang saat Ji Min memanggilku dengan senyuman.

"Kau sudah bangun hyung, mau jalan-jalan denganku?" Aku belum berniat menjawab pertanyaannya, ku lihat Ji Min tengah melepas ikatan dikaki dan tanganku.

"Ini pasti sakit, maaf kami melakukan ini padamu. Kau tidak marah padaku bukan?" Terus saja kau bicara Park. Aku tak ingin menyahut apapun ucapanmu.

"Mari kita jalan-jalan, aku ingin mengajakmu kesuatu tempat." Wajah berseri Ji Min membuatku menuruti kemauannya. Ia mendekatkan kursi roda ke dekat ranjang dan membatuku untuk duduk diatasnya.

Di sepanjang koridor Ji Min terus mengoceh hal yang begitu kekanakan. Ia terus saja bercerita tentang masalalu kami, itu membosankan. Aku tak tertarik dengancerita Ji Min, aku lebih ingin mencari keberadaan Go Eun Byul. Tunggu, aku harus segera menemukan Eun Byul dan meminta maaf padanya.

Tempat ini begitu sesak, banyak penjaga di sepanjang lorong, begitu membatasi pergerakan dan kedatangan orang asing.

Saat kuingin berdiri dari kursi roda, tangan Ji Min menahan bahuku kuat.

"Kita hampir sampai hyung, apa kau ingin pergi? Setidaknya mari kita berbicang dulu didalam." Aku hanya pasrah, ucapan Ji Min seakan menghipnotisku.

Kini ruangan putih menjadi temanku lagi, jika yang sebelumnya masih terdapat benda berwarna. Namun ditempat ini hanya ada sebuah meja panjang dan beberapa kursi. Penerangan mungkin hanya butuh lampu saat malam, jendela yang besar membuat cahaya dengan mudahnya masuk kedam ruangan.

Ji Min mendorong kursi rodaku mendekat ke salah satu kursi. Dengan perlahan Ji Min membantuku duduk di atas kursi tersebut.

"Hyung, sebelumnya aku minta maaf karena kembali mengunkit Eun Byul." Kulirikkan mataku kearah Ji Min, menatapnya tajam lalu kuanggukan kepala.

"Sebenarnya aku belum pernah melihat Eun Byul, kau tau karena apa? Karena tak ada orang lain yang dapat melihatnya selain dirimu hyung." Apa maksudnya sebenarnya?

Aku masih bergelut dengan pikiranku sendiri. Sampai Ji Min menyodorkan beberapa foto. Kupicingkan mataku dan mengambil sebuah foto. Semua foto yang ditunjukan Ji Min hanya terdapat gambar diriku seorang diri.

"Itu foto-foto yang kuambil saat kau bertemu dengan Eun Byul hyung, kau selalu menyebut namanya dengan tersenyum."

Apakah Ji Min bercanda? Aku yakin jika ada Eun Byul disana. Ada beberapa foto yang aku ingat betul kajadiannya.

Yang pertama saat pertama kali aku bertemu Ji Min satelah bertahun-tahun. Saat itu Eun Byul menarikku untuk membeli coklat.

Yang kedua ketika aku berada di mini market dengan Ji Min, hari itu hujan dan Eun Byul ada di luar melambai kearahku. Namun saat ia melihat Ji Min gadis itu berlari menjauh.

Namun di foto tersebut hanya ada aku tanpa keberadaan Eun Byul.

"Hyung, Eun Byul yang kau anggap nyata selama ini hanya ilusi. Itu hanya ilusi mu hyung! Semua itu tak nyata." Ji Min terus berkata ilusi. Yang sebenarnya adalah ia yang sedang berilusi saat ini.

Aku tak bernat menjawab Ji Min dengan perkataan. Aku berdiri, menggebrak meja lalu berteriak sekuat tenaga dihadapannya.

"Hyung, kumohon tenanglah. Mari kita bicarakan ini." Ji Min berdiri dan kembali mendudukanku. Kualihkan pandangan dari Ji Min aku sudah muak melihat wajah namja itu.

Namun hal yang takterduga terjadi, ku lihat Eun Byul tersenyum kearahku. Ia berada di dekat jendela besar dan melambai kearahku. Tanpa kusadari senyuman terukir dibibirku.

"Apakah Eun Byul ada di sini hyung?" Pertanyaan Ji Min kubalas dengan anggukan.

"Tidakkah kau berfikir bagaimana gadis itu bisa berada disini." Ucapan Ji Min membuat perhatianku teralihkan kepadanya.

"Seperti yang kau lihat kita hanya berdua didalam ruangan. Tempat ini ada di lantai 4, keamanan begitu ketat seperti yang kau lihat dikoridor tadi. Apakah menurutmu mereka akan mengizinkan Eun Byul datang kemari?" Kata-kata itu terus berputar dikepalaku. Rasanya begitu sakit aku meronta dari kursi dan mulai melempar kursi-kursi itu.

Ji Min mulai mendekat, ku tolehkan kepalaku menuju jendela besar dan Eun Byul tak ada di sana. Ini membuatku semakin gila. Kemana Eun Byul, kemana dia?

Nam Joon POV And

Nam Joon terus bergerak histeris membuat Ji Min kewalahan. Karena mendengan keributan dari dalam ruangan beberapa suster dan penjaga datang dan membantu Ji Min menagani Nam Joon.

Nam Joon mulai sedikit lebih tenang. Ji Min meminta beberapa penjaga untuk menjauh dari Nam Joon.
Dengan tersenyum, Ji Min membantu Nam Joon untuk duduk di kursi rodanya.

"Kajja hyung, kita kembali kekamarmu." Bisik Ji Min lembut di telinga Nam Joon. Seakan hipnotis yang paling ampuh.

Setelah mengantar Nam Joon ke kamarnya. Ji Min memutuskan untuk meninggalkan Nam Joo sendiri, agar pemuda itu dapat berfikir lebih tenang.

"Hyung, kami semua akan mendukungmu untuk sembuh.  Aku, immo dan anak-anak panti selalu ada untukmu. Jangan selalu beranggapan jika kau sendiri" ucap Ji Min sebelum meninggalkan ruangan.

Nam Joon menatap pintu tempat Ji Min keluar dengan tatapan sendu. Ia menangis, ia menangis mengeluarkan segala emosinya.

Sepanjang malam Nam Joon terus saja mengamuk membuat para penjaga dan suster kewalahan. Mereka sempat ingin mengikat Nam Joon di ranjang. Namun, ucapan Ji Min membuat para suster mengurungkan niat mereka.

"Sudah kukatakan, jangan bersikap kasar padanya. Nam Joon hyung, tidak seharusnya dperlakukan seperti itu. Ia hanya butuh waktu untuk menalar semua ini." Ji Min menepuk pundak Nam Joon dengan tersenyum, seakan memberi semangat pada namja tersebut.

Nam Joon menatap Ji Min tajam.  Namja itu menggenggam tangannya kuat dan melangkah cepat kearah Ji Min.




"Uisa-nim......!"




















Bersambung...........

Forever RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang