DIAM.

841 33 0
                                    

"Mana ah? Bukan! Lo salah liat mata lo rabun kali Nes!!"

"Ha?!! Masa iya sih? Engga dogol! Beneran liat! Mata lu yang kotok!" Toyor Vannes.

"Hai! Kalian ribut aja udah yok jalan." Ajak Deva, Vannesa langsung mengikuti jejak abangnya itu.

"Jadi gimana nih?? Gue yang taro motor atau lo?" Tanya Fajri.

"Lo aja yang taro dirumah gue, lo ikutin gue ya dari belakang. Sekalian gue ambil mobil dirumah."

"Kenapa ga pake mobil gue aja sih?" tanya Fajri.

"Ah lo banyak bacot Jri! Udah ikutin aja dah!!" Cerocos Vannes.

"Yaudah dah." Fajri hanya menurut lalu mengikuti Deva dari belakang. Setelah berapa menit mereka sampai dirumah besar milik Vannesa.

"Lo parkir disini, gue mau ambil konci motor diatas lo jangan kemana-mana!" ingati Vannes. Keduanya hanya mengangguk.

Deva memasuki rumahnya dan tidak lama kemudian mereka berjalan dengan mobil milik Deva. Setelah berbicara dan ada sedikit debat antara Vannesa dengan Fajri akhirnya mereka sampai di tempat keramaian. Di Mall dekat rumahnya, mereka sudah merencanakan untuk menonton film saat dimobil tadi, walaupun pendapat Vannesa dengan pendapat Fajri berbeda, namun Deva yang menentukan semua.

"Ah elahh dibilang main time zone aja mas!!"

"Makan aja mending, capek main time zone."

"UDAH BIAR ADIL NONTON FILM!!"

Lagi-lagi mereka kalah dan hanya mengangguk mendengarnya.

Mereka memutuskan menonton film horor meskipun Vannesa sedikit takut namun dia coba melawannya.

Setelah 1 jam lebih akhirnya mereka makan disebuah tempat didalam mall tsb.

"Makan apa?" tanya Deva.

"Makan Cumi-Cumi." Jawab Vannesa dan Fajri samaan.

"minumnya??"

"Es jeruk sama good day vannilalatte, gulanya sedikit aja." Deva melihat keduanya bingung, sama-sama lagiii.

"LO TUH YA!" tunjuk Vannesa.

"Apa? Mau bilang ngikutin? Gue punya alasan kali. Walaupun gue samsek ga ada niat buat sama lo!"

"apa? Hmm? Kasih tau alasannya."

"yaa karna itu dulu minuman favorit gue sama pacar gue."

"Emang lo punya pacara?"

"Ya punyalah cowok ganteng kaya gue mah punya! Siapa yang gamau sama gue?"

"Gue! Gue gamau sana lo!"

"Emang gue nembak lo????"

"HUSHHH!! Kalian berisik diliatin nanti sama orang gamalu apa?" tegur Deva, lantas mereka berdua terdiam tanpa ada ucapan apapun pagi yang keluar dari mulut mereka.

Setelah berapa jam mereka duduk sambil menikmati makanan akhirnya waktu mengaharuskan untuk mereka pulang. Mereka bertiga berjalan menuju parkiran hingga sampai kedalam mobil. Sunyi,, sangan sunyi. Musuh nya sudah tertidur didalam mobil.

"Eh gue mau nanya sama lo! Lo kenapa sih pergi waktu lo abis kecelakaan sama Vannes?" tanya Deva dengan suara lantang.

"Siapa yang kecelakaan Mas?" tanya Vannes yang terbangun dari tidurnya.

"Ehmm engga itu lagi cerita kecelakaan aja yakan bang?" jawab Fajri dgn gugup.

"I-iya bener." Vannes hannya mengangguk .

Setelah berapa menit diperjalanan akhirnya mereka sampai dirumah Vannes.

"Makasih ya Nes, Bang. Gue balik duluan. Oiya konci motor gue Nes."

"Oh iya tunggu bentar gue ambil." Lantas Vannesa langsunh berlari mengambil konci motor milik Fajri.

"Nih, hati hati jangan ngebut, pakai helm, sampe rumah langsung tidur jangan main handphone." Sambil memberi Konci Vannesa mengingatkan Fajri.

"Iya, tumben amat lo!"

"Udah gue sama Vannesa masuk duluan ya Jri, lo hati hati!" Ingatkan Deva.

"Iya bang makasih ya bye Assalamu'alaikum." Berapa detik kemudian Fajri melajukan motornya dengan keadaan stabil.

•••

Dikamar Deva, hening. Wangi dengan wangian milik Deva, tertata rapih semua.

"Kenapa ya? Fajri? Dateng? Vannes udah lupa. Tapi??? Vannes suatu saat bakal inget kenangan ama Fajri dulu. Duh gue juga kangen sih main berempat. Minggu depan berempat lagi ah." Rencana Deva dengan tersusun diotak nya pada saat itu juga.

•••

Pagi yang cerah semua menyambut dengan rasa Syukur dan nikmat yang telah diberi oleh sang maha kuasa. Kebiasaan Vannesa setelah shalat subuh ia akan tertidur kembali. Memghirup aroma Pagi yang belum tercampur oleh udara orang munafik. Melihat Fajar sang pembuka untuk kepergiannya senja sore nanti.

Perempuan berambut sebahu, manis senyumnya dan sedikit memiliki bulu dibagian bibir atasnya, Sungguh manis.

Ya, Vannesa. Dia masih terlelap dengan impinya yang buruk namun dia terus mencoba mencari kebenaran dalam mimpinya. Masih bertahan untuk balik kedunianya. Masih memiliki rasa ingin tau tentang seorang anak kecil berambut panjang sepinggang dengan lelaki tampan.

"Astagfirullah." Vannesa langsung terduduk dengan nafas tidak stabil, tubuh yang mengeluarkan kringat, dan raut muka sembab.

"Yallah, mimpi apa tadi ya? Anak kecilnya selamat engga ya? Terus anak cowok nya gimana ya allah." tanya nya sendiri. Vannesa terus memikirkan hingga bola mata indah nya melihat jam dinding.

"HAH?!!! gue udah mau telat?!" Vannesa langsung bergegas merapihkan semua keperluannya. Setelah rapih Vannesa turun kebawah lalu memakan sarapan yang sudah disajikan oleh pembantu rumah tangga dan di bantu oleh mamahnya.

"Mah Vannesa jalan ama Mas Deva ya! Assalamualaikum." Setelah berpamitan kepada orang tuanya Vannesa langsung berangkat sekolah.

"Yaelah Ness!! Baru kemaren gue bebas engga anter lo!"

"Udah mas lu gausah bacot." akhirnya mereka jalan. Setelah berapa menit akhirnya sampai.

"Gue jalan dulu. Selamat menikmati hukuman telatt bye bye adikkuu!" ledek Deva. Vannesa hanya melihat kedalam tanpa perduli omongan Deva.

"Telat??" DEG!

#MAAF UDH LAMA GA PUBLISH YAUDEH VOTE.

BERTAHAN ATAU PERGI (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang