3 Ciuman

6.6K 1K 69
                                    

"Karena sekarang kau sudah di bawah tanggung jawabku, kau tidak berhak menolak perintahku." Minho menyeringai. "-Lee Jisung."

Karena Minho sudah menampung Jisung secara resmi sebagai pemilik sah dari hibrid bernama Jisung, otomatis Jisung mengikuti marga Minho.

Jisung mengangguk dengan wajah polos, telinga keabuan abuannya berdiri membuat ekpresinya kian kiyowo. Pipinya masih memerah samar samar akibat demam.

"Aracchi ?"

Jisung mengangguk lagi.

"Sekarang tugas kebersihan apartemen ini adalah tanggung jawabmu. Kau tau. Kata teman yeojaku, yeoja yang tidak bersih dalam menyapu. Lakinya berewokan,"

"Hubungan dengan Icung apa ya ?" Tanya Jisung polos.

"Karena kalian sama sama bagian di tusuk." Jawab Minho santai. Tanpa filter.

Alis mata Jisung semakin kusut. Menandakan si mungil tidak mengerti maksud kata yang penuh ambigu seambigay posisi Minho yang katanya seme tapi wajahnya malah manis kayak uke.g

Jisung bangkit, dengan jalan masih sempoyongan. Si mungil membawa sapu yang tingginya hampir setinggi Jisung.

"Eh, kau masih sakit. Jangan bandel. Nanti demamnya semakin parah." Omel Minho mengambil alih sapu yang di bawa Jisung.

"Sudah istrirahat di kamar."

Bukan menurut, si mungil menolak perintah Minho. Minho hendak protes, tapi si manis sudah kembali memotong perkataannya.

"Icung di sofa saja, kalau Icung tidur di kamar Tuan. Tuan bakal tidur dimana ? Icung nggak mau ngerepotin lebih dari ini." Ujar Jisung dengan nada bersalah. Jisung tahu diri, jika Jisung egois tidur di ranjang Minho, Minho akan tidur dimana ?

Minho tertawa pelan. Ia tak menyangka si manis akan perduli akan dirinya.

"Hey, siapa bilang aku tidak tidur di kamarku ? Kita akan tidur berdua. Setelah kamar belakang bersih, besok, kau dapat pindah ke kamar itu." Minho mengelus rambut Jisung lembut.

"Aku akan membersihkan kamar belakang sekaligus memasak makan malam kita. Bagaimana kalau kalau makan malam kita pasta ?"

"Pasta ? Apakah enak Tuan ?" Tanya Jisung agak asing. Si manis menatap Tuannya dengan tatapan ingin tahu.

"Tentu saja. Kau harus mencoba separuh. Aku jamin kau bakal ketagihan." Minho mengacungkan kedua jempolnya.

"Karena senjata rahasianya adalah susu. Apakah kau suka susu ?"

"Susu ? Woaah jinjja ? Ajarin aku membuatnya. Aku mohon Tuan." Pinta Jisung memelas ke Minho.

"Tidak, kau sakit. Aku tidak suka makan malam kita tercampur virus penyakitmu."

Jisung seketika mewek, ekor tebalnya turun, bahu dan telinganya juga turun. Bahkan bibirnya tanpa ia sadari, ia majukan ke depan. Tentu saja dengan pipi mengembung.

Minho menatap datar Jisung. "Kau sakit. Jika kau sedang menggodaku, maaf maaf saja. Aku tak mempan."

Jisung merengut dan pergi ke kamar Minho.

Jisung menatap makanan di depannya penuh minat, bahkan kalau Minho sempat melirik sang mungil -pasti cowok tampan itu dapat melihat air liur yang keluar dari bibir si manis-. Minho juga membuat steak, agak berbeda dengan steak kebanyakan karena terdapat banyak sayuran sebagai bahan pelengkapnya seperti mashed potato, wortel, dan buncis.

"Tuan, kau sangat pandai memasak." Puji Jisung. Si mungil segera mengambil mangkok nasi dan sumpit.

"Benarkah ? Kalau begitu kau harus membayarku." Ujar Minho dengan nada jahil.

Azalea -мιnѕυng- [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang