Empat

1.2K 98 1
                                    

Selain asin, manis, pedas, dan pahit, ternyata ada rasa yang tidak bisa deskripsikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selain asin, manis, pedas, dan pahit, ternyata ada rasa yang tidak bisa deskripsikan. Rasa yang terlalu dini untuk diakui.
_____

Tanggal apes memang tidak tertera di kalender. Yasmin nyaris menendang motor saat menyadari ban belakangnya bocor. Diliriknya jam tangan, ternyata sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Gadis itu menghela napas panjang. Bisa-bisa digorok lehernya kalau Wiratama— Papah Yasmin tau bahwa anak perempuannya belum di rumah jam segini.

Dan untung saja Cipaganti masih lumayan ramai. Sangking ramainya. Gadis tersebut kelimpungan sendiri, tidak tau mau minta bantuan ke siapa. Ponselnya juga mati karena habis baterai. Kini Yasmin menggaruk kepala frustasi.

Masalahnya ia sendirian. Nabila yang awalnya berangkat bareng Yasmin, pulangnya malah nebeng Arum. Alasannya sih mau rebahan di mobil. Padahal sebenarnya, gadis itu mager buat gantian bawa motor. Oke. Lupakan dua cegil itu.

Sekarang, bagaimana caranya ia pulang?

"Kunaon motorna, Neng?"

Gadis itu menoleh dan mendapati seorang bapak-bapak berhenti di sebelah motornya. Lantas Yasmin melepas helm kemudian mendekat. "Ah ini kayaknya ban belakang bocor, Pak."

"Eleuh eleuh, bengkelna rada jauh, Neng."

Bahu Yasmin tampak merosot. Hilang sudah semangatnya. Pikiran untuk meninggalkan motor begitu saja seketika melintas di kepalanya.

"Bapak teh hayang nolong. Tapi masalahna kakina teu kuat buat dorong dari belakang. Maklum sudah sepuh."

Gadis itu meringis pelan. Menggaruk pelipis dengan raut bingung. Masa ia harus menggotong motornya sampai ke bengkel seorang diri?

Tak lama sebuah mobil berwarna putih menepi di dekat mereka. Seorang pria dengan hoodie hitam berjalan menghampiri. Tidak perlu menebak-nebak siapa gerangan yang datang, Yasmin lebih dulu memutar bola mata jengah.

"Motornya kenapa, Yas?"

"Ngapain kamu kesini?" balasnya ketus.

Bimantara berjongkok dan memeriksa ban belakang. Tapi, tanpa perlu diperiksa juga sebetulnya sudah kelihatan kalau itu bocor. Helaan napas lolos dari mulut Yasmin saat mengamati aksi heroik kemalaman dari Bimantara. Gadis itu menyibakkan rambut ke belakang dan tersadar kalau si Bapak tadi masih ada di antara mereka.

"Bapak kalau mau pulang gak papa kok, Pak. Makasih banyak ya, Pak, karena udah mau bantu." kata Yasmin.

Si Bapak tersenyum hangat sambil mengangguk pelan. "Ieu motor kabogohna bocor A'. Bengkel masih agak jauh kalau dari sini, mending diantar pulang wae kasian udah malam." terangnya pada Bimantara sebelum menyalakan mesin motor. "Lamun kitu, Bapak pamit dulu, ya."

Love at First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang