Sembilan Belas

372 32 13
                                    

A place I can go home

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A place I can go home. The only place that would be waiting for me, without any change— it's you.
_____

Untuk sebagian orang mungkin akan menganggap hujan yang turun tanpa aba-aba adalah sebuah kesialan. Entah karena diri yang tidak mempersiapkan hal yang seharusnya dipersiapkan atau bisa saja karena terhambat ke suatu tempat dengan kepentingan mendesak.

Seperti Yasmin sekarang. Gadis tersebut terjebak di bawah halte bus dengan kondisi setengah basah. Untung saja setiap bepergian naik motor, pakaiannya selalu dilapisi jaket abu tua atau jaket hitam. Setidaknya saat cuaca berubah tiba-tiba seperti sekarang, tubuhnya tidak akan langsung basah kuyup.

Suara klakson beradu dari kendaraan yang berlalu lalang dengan terburu-buru membuat ia menggeser dan mundur beberapa langkah. Takut jika terkena cipratan dari genangan air.

Sambil bersandar pada tiang halte, ia mengamati jam yang ada di pergelangan tangan. Ternyata waktu sudah menunjukan pukul tiga sore. Sebetulnya di jok motor ada jas hujan, hanya saja derasnya air hujan seolah mengajaknya untuk berduel kecepatan. Jika tidak sigap mengambil jas tersebut, maka resiko basah kuyup harus ia terima dengan lapang dada.

Yasmin menghela napas. Memilih untuk menunggu hujan reda di sana. Netranya mengamati jalanan yang mulai tidak sepadat tadi. Dapat pula ia lihat beberapa pengendara bermotor tanpa jas hujan tetap melaju di sana. Manusia itu memang sangat unik. Ada yang memilih berteduh karena menghindari rasa sakit, ada pula yang justru menjadikan hujan sebagai pelepas rasa sakit. Alih-alih dapat berpikir dengan tenang di bawah rintik air yang berjatuhan, kalimat hujan dan kenangan justru tiba-tiba terputar di kepalanya bagai kaset yang rusak.

"Kamu tahu gak, Bi. Katanya kalau kita mandi hujan, itu bisa menghapus beberapa kejadian buruk yang kita lewati di hari itu."

"Kata siapa?"

"Kata aku barusan."

Bimantara terbahak. "Bisa-bisa, lucunya natural." katanya di sela-sela tawa.

Mereka berdua kini terjebak di koridor utama sekolah. Hujan yang turun begitu deras menghambat kegiatan beberapa anak-anak yang ingin pulang. Tidak begitu banyak sih yang terjebak di sini, karena bel pulang sekolah telah berbunyi sejak setengah jam yang lalu.

Yasmin mengusap hidung. Mundur beberapa langkah sebelum akhirnya mendorong Bimantara ke pelantaran.

"Yas?" kaget Bimantara.

Gadis tersebut tertawa puas saat melihat laki-laki dengan seragam abu putih itu basah kuyup. Tidak terima jika hanya dirinya yang basah, maka dari itu Bimantara berlari mendekati Yasmin. Memeluk sang perempuan dari belakang, sambil berusaha melepaskan tas dari perempuan tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love at First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang