Cecilia keluar dari mobil bewarna merah yang tengah terparkir di depan pekarangan rumahnya. Gadis itu mengukir senyum bahagianya kepada Darel.
"Makasih kak buat hari ini. Lisya senang kita bisa sedekat dulu lagi"
Darel membalas dengan senyuman lembutnya. "Kakak yang aturannya bilang makasih buat kamu. Makasih udah ingat sama kakak. Ya udah, kalau gitu kakak balik dulu ya. Titip salam sama Bunda. Jaga diri kamu baik-baik. Jangan nangis-nangis lagi kayak tadi"
Cecilia melambaikan tangannya lalu berjalan masuk ke dalam rumahnya.
"Bunda, Lisya pulang!" teriaknya. Derlia yang sedang asyik menyiram bunga di taman belakang pun tidak mendengar suara keponakan cantiknya itu sehingga Cecilia menjadi kebingungan.
Setelah meletakkan tas dan mengganti pakaian nya, Cecilia mengelilingi rumah mewah itu.
"Bunda"
"Bunda di mana?"
Saat itu juga Cecilia menghentikan langkahnya saat melihat Derlia yang menyiram bunga dengan badan yang dilenggak lenggokkan ke kanan dan ke kiri.
"Astaga Bunda! Dari tadi Lisya cariin ternyata Bunda malah joget-joget di taman" omelnya.
"Bunda, makan di luar yuk. Kata teman nya Lisya di dekat rumah kita ada tempat makan yang baru buka. Udah enak, murah lagi" Cecilia mengucapkannya dengan mata berbinar. Meskipun ia berbohong tentang teman yang dimaksudnya, tapi percayalah itu tidak sepenuhnya sebuah kebohongan. Karna ia mengetahui tempat itu saat telinganya tidak sengaja mendengar obrolan segerombolan adik kelas nya saat pulang sekolah tadi.
Nihil. Derlia tidak memberikan jawaban sama sekali. Cecilia mengernyitkan alisnya. Apa Bundanya itu sedang marah kepadanya? Kenapa wanita paruh baya itu tidak merespon perkataannya? Bahkan menoleh ke arahnya saja tidak. Jadi dengan inisiatif nya, Cecilia menghampiri sang Bunda dan secara reflek air selang di genggaman Derlia menyiram baju kaos yang tengah di pakainya.
"Yahhh Bunda basah kan baju Lisya jadinya" Bibir gadis itu mencebik kesal. Menatap sang Bunda yang hanya mengedikkan bahunya, merasa tidak bersalah sama sekali.
"Kamu sih. Udah tau Bunda lagi nyiram bunga, malah dikejutin gitu. Ngapain coba datang tiba-tiba di depan Bunda?" Derlia melangkah kecil menuju keran air tersebut kemudian memutarnya ke kiri sehingga air dari selang tersebut semakin mengecil kemudian berhenti.
"Siapa yang ngejutin Bunda coba? Udah jelas dari tadi Lisya ngajakin Bunda bicara di sana" Cecilia menunjuk ke arah pintu rumah belakangnya.
"Tapi Bunda diam aja. Gak nanggepin Lisya sama sekali. Jadinya Lisya samperin dong Bunda tapi Bunda malah nyiramin Lisya" Kembali bibir itu di manyunkannya membuat Derlia memutar bola matanya malas.
"Bunda makai earphone jadi suara kamu gak kedengaran" Derlia menunjukkan earphone yang bertengger di telinganya. Cecilia yang melihat itu pun baru menyadarinya.
"Ya udah deh. Lisya ulang lagi nih ya. Lisya mau ngajakin Bunda makan di luar. Katanya di sana ada tempat makan yang enak juga murah. Baru buka sih katanya, tapi pelanggannya udah rame banget. Ke sana yuk Bun" ucap Cecilia dengan semangat. Kalau begini, mana mungkin kan Derlia menolak? Lagian dia juga sudah lelah dari tadi. Jadi tidak ada salahnya satu hari ini ia tidak memasak kan? Mencoba makanan luar juga tidak ada salahnya.
"Ya udah yuk. Bunda juga capek satu harian ini ngurusin rumah kamu yang besarnya minta ampun"
"Eh eh eh bentar dulu Bunda" ucap Cecilia saat Derlia menarik tangannya.
"Kenapa lagi sih Lisya?" Derlia menatap gadis itu dengan kesal.
"Kan tadi kamu sendiri yang ngajakin Bunda makan di luar. Sekarang udah Bunda iyain malah disuruh berhenti"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cecilia (COMPLETED)
Historical Fiction"Jadi cewek tuh jangan keras kepala bisa gak?! Pikirin kesehatan diri lo sendiri! " -Darel Zidan "Cewe tuh seharusnya di perlakukan dengan lembut. Tapi khusus buat lo, itu sebuah pengecualian bagi gue!" -Vino Pranandra "Lo semua gak tau apa-apa tent...