Dua minggu kemudian
Darel mengelus halus rambut Cecilia yang tertidur dalam dekapannya. Sudah terhitung ini yang ke sebelas kalinya adik manisnya itu mengadu dan menangis kepadanya. Alasannya? Vino tentu saja. Cecilia akhir-akhir ini sudah jarang bertemu dengan kedua orang tua mereka. Sepertinya Darel telah berhasil membuat kedua paruh baya itu sibuk dengan urusan kantor mereka. Tidak sia-sia ia menyuruh Leonard, orang kepercayaannya di London sana. Sementara ia tidak ada di kantor, maka Leonard lah yang mengatur segala keperluan kantornya. Pengecualian untuk berkas-berkas, ia akan mengutus satu atau dua pegawainya untuk mengantar berkas-berkas penting itu ke Indonesia.
Ah iya tentang Vino. Setelah pertemuannya dengan Cecilia dan Derlia yang tidak sengaja di toko waktu itu, entah mengapa Vino seperti mejauhi Cecilia. Pria itu seolah-olah sedang menghindar dari sesuatu. Tapi jika memang dia menghindar dari sesuatu, mengapa pria dingin itu malah semakin dekat dengan Nabila? Bahkan Cecilia pernah menangkap basah kedua remaja itu sedang berpelukan. Tidak hanya itu, Cecilia juga pernah melihat Vino berlutut sambil mengenggam tangan Nabila yang tersenyum manis menatap pria itu.
Sebenarnya ada apa? Mengapa semua jadi seperti ini?
Apakah Cecilia telah mengucapkan kalimat yang menyakiti hati Vino hingga pria itu menjauhinya?
Bukankah awalnya Vino dan Nabila tidak pernah akrab? Bahkan selama ini hanya Nabila yang selalu mengintili kemanapun Vino pergi. Jangan dikira saat Cecilia menangis waktu itu dan melihat Nabila memeluk Vino, Darel tidak mengetahui segalanya. Darel bahkan merekam kejadian itu hingga selesai, di mana Vino yang mendorong gadis itu dan meninggalkannya begitu saja.
"Maafin Kakak gak bisa jagain kamu Dek" ucap Darel sambil mengelus kening Cecilia dengan perlahan, menyingkirkan poni yang menutupi jidat gadis itu.
Cecilia menggeliat dalam tidurnya, mencari posisi lebih nyaman. Darel yang menyadari itu pun segera menggendong gadis itu dan membawanya menaiki tangga menuju ke kamar gadis itu yang telah disiapkannya jauh-jauh hari.
Di mana mereka saat ini? Mereka berada di rumah Derlia saat ini. Rumah yang telah dibeli oleh Darel saat ia masih berada di London. Darel sengaja membelikan rumah untuk Bundanya itu. Karna mau bagaimana pun, ia tidak akan membiarkan Derlia tinggal bersama dengan kedua orang tuanya itu. Ia takut Derlia akan dilukai oleh Nia dan Rio. Bukannya apa-apa, hanya saja ia sudah tidak ingin orang-orang yang disayangi nya terluka untuk kesekian kalinya.
Tapi saat mendengar bahwa Cecilia masih tinggal di rumah yang suram itu, Darel tidak mungkin membiarkan adik manisnya itu tinggal sendiri di sana hingga akhirnya membiarkan sang Bunda menginap di sana jika Cecilia juga sedang berada di sana.
Darel membaringkan Cecilia dengan perlahan. Mengelus kembali rambut gadis itu. Matanya menatap ke salah satu foto yang dipajang di dinding bewarna baby blue itu dengan sendu.
"Maafin Kakak gak bisa jagain Lisya dek. Tapi Kakak minta kamu untuk selalu melindungi Lisya dari atas sana. Kakak sayang kalian. Kakak sayang Arbani dan Lisya"
¤¤¤¤¤
"Eh Kak yang ini bagus loh. Lo gak mau beli?" Nabila menunjukkan sebuah boneka beruang berwarna putih kepada Vino.
Vino menaikkan sebelah alisnya. Beberapa detik kemudiaan pria itu tertawa terbahak-bahak.
"Ih kok ketawa sih lo, Kak?" Nabila mendelik kesal. Vino memegangi perutnya masih saja tertawa melihat Nabila yang tertutupi boneka beruang yang dipegangnya.
"Hahahaha aduh perut gue"
Menyadari ada sepasang mata yang memandangnya tajam, Vino berusaha menghentikan tawanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cecilia (COMPLETED)
Historical Fiction"Jadi cewek tuh jangan keras kepala bisa gak?! Pikirin kesehatan diri lo sendiri! " -Darel Zidan "Cewe tuh seharusnya di perlakukan dengan lembut. Tapi khusus buat lo, itu sebuah pengecualian bagi gue!" -Vino Pranandra "Lo semua gak tau apa-apa tent...