Cecilia berjalan di koridor dengan wajahnya yang datar. Auranya yang sedang kesal menguar membuat para murid memandangnya ngeri.
Sayup-sayup dari arah parkiran mobil, Cecilia mendengar siulan serta teriakan dari murid-murid. Cecilia tau siapa yang mereka soraki. Cecilia tidak ingin menoleh sedikit pun. Cecilia tidak ingin berakhir dengan menangis lagi. Cecilia harus kuat selagi Darel tidak ada di sini.
Brugh
"Ah maaf" ucap seseorang yang menabrak Cecilia dari arah belakang membuat buku-buku yang dipegang orang itu terjatuh berserakan di lantai.
Cecilia membalikkan badannya sambil memunguti buku-buku yang berjatuhan itu. Dia masih tau tata keramah dan kesopanan. Apalagi akhir-akhir ini dia tinggal bersama orang yang memang tau dan mau mendidiknya dengan kasih sayang sehingga membuatnya tak harus sekeras dulu lagi.
"Gue minta maaf juga" ucapnya sambil mendongakkan kepalanya menatap orang yang menabraknya tadi.
Dia?!
"Iya kak. Makasih ya, gue buru-buru. Ada urusan penting" ucap gadis cantik itu. Nabila mengambil buku yang ada di tangan Cecilia lalu berdiri dan kembali berlari menyusul Vino yang berjalan terlalu cepat.
"Cecilia lo harus sabar oke? Masih pagi, gak boleh buat keributan" Cecilia menarik nafasnya kemudian membuangnya perlahan.
Setelah merasa tenang, Cecilia berniat melanjutkan jalannya ke kelas. Gadis itu membalikkan badannya dan menubruk dada seseorang.
"Aduh"
"Makanya kalau jalan itu pakai mata" suara berat nan lembut itu menyapa telinganya. Cecilia segera memundurkan badannya, menatap orang yang ditabraknya dengan tajam.
"Ngapain lo di sini?"
Vino menaikkan sebelah alisnya, seringai kecil terlukis di wajahnya. "Gue mau sekolah lah"
"Hah gue?" tanya Cecilia tanpa sadar.
"Iya, gue. Emang kenapa? Ada yang salah dari ucapan gue tadi?"
Cecilia gelagapan, tumben Vino bicara sama dia pakai lo-gue biasanya juga aku-kamu. Oh iya lupa, kan udah ada pengganti, pikir Cecilia.
"Gak ada. Udah, mendingan lo minggir. Gue mau ke kelas"
"Ke kelas? Tumben. Yakin mau belajar?"
"Bukan urusan lo. Minggir sana" Cecilia mendoronh badan Vino ke kiri. Baru selangkah gadis itu berjalan, jalan nya sudah dihalangi oleh badan tinggi Vino.
Ke kiri, pria itu tetap menghalangi. Ke kanan lagi, pria itu juga menghalangi. Begitu terus hingga Cecilia kesal sendiri.
"Mau lo apa sih?!"
"Lo" ucap Vino dengan santai.
"Hah?!" Cecilia kaget. Tentu saja, apa sebenarnya yang dimaksud tunangan gilanya itu?
"Lo. Gue. Mau. Lo" ucap Vino dengan penuh penekanan dan berlalu begitu saja meninggalkan Cecilia yang sejuta pertanyaan dipikirannya saat ini.
Cecilia masih berdiam diri di tempatnya, bahkan gadis itu dari tadi tidak menyadari bahwa lorong sekolah mereka sudah kosong. Tidak ada sedikitpun beberapa murid berlalu lalang padahal bel masuk sama sekali belum berbunyi.
Tib-tiba suara berat seorang pria paruh baya mengagetkannya. Pak Frank, memanggilnya menggunakan microfon dari ruang kesiswaan.
"Cecilia Lisyazar R diminta untuk ke aula utama sekarang juga. Sekali lagi saya ulang, siswi kami yang bernama Cecilia Lisyazar diminta untuk datang ke aula utama sekolah kita sekarang juga"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cecilia (COMPLETED)
Historical Fiction"Jadi cewek tuh jangan keras kepala bisa gak?! Pikirin kesehatan diri lo sendiri! " -Darel Zidan "Cewe tuh seharusnya di perlakukan dengan lembut. Tapi khusus buat lo, itu sebuah pengecualian bagi gue!" -Vino Pranandra "Lo semua gak tau apa-apa tent...