Pukul 19.15 WIB.
Rumah keluarga Mahendra."Bundaaaaa, bundaaa, bundaaa" teriak Aira memanggil bundanya.
Sekarang Aira tengah berlari menyusuri tangga menuju ruang keluarga yang berada di lantai pertama. Aira menggunakan piama berwarna hijau toska yang sering ia pakai daat tidur malam.
"Ada apa sayang? Kok teriak-teriak?"
"Aira sebel bunda, Aira sebel" sambil duduk di samping bundanya yang berada di soffa ruang keluarga. Terlihat juga Aina yang duduk di sebelah bundanya dan sedang menonton drakor di tv.
"Sebel sama siapa?"
"Sama kakak" sambi menunjuk kakaknya.
"Sama kakak? Kakak baik-baik aja. Coba cerita sayang" sambil membelai rambut Aira yang terurai.
Flashback on..
"Aira ngga tau apa itu gombal? Beneran nggak tau apa cuma boongan nih?" Goda Jefri.
"Nggak tau beneran Aira mah"
"Oh, yaudah. Sekarang kak Jefri bantu gombalinnya. Aira mau sama siapa?"
"Mau apa?"
"Buset dah ni anak" Jefri mulai kesal, sementara lainnya tertawa melihat tingkah mereka.
Ternyata Devan terus memperhatikan tingkah Aira dengan gelak tawanya. Ia rasa, ia mulai terpikat pada cewek satu ini.
"Ini siapa lo sih, na?"
"Hahaha, adek, adek gue hahahaha" jawab Aina dengan tertawa.
"Adek? Beda banget sama kakaknya astaga"
"Dev, Devan sini cepet!" Perintah Aina. Dengan nurut Devan menghampiri mereka ke tengah aula.
"Dek, kamu gombalin kak Devan nanti yang ngajarin kak Jefri, oke?"
"Oh, oke kak" jawab Aira dengan patuh.
"Beri tepuk tangan dong" Aina berseru kepada seluruh penghuni aula.
"Mulai ya. Nanti kak Jefri bisikin, kamu yang bilang." bisik Jefri di telinga Aira. Aira hanya mengangguk.
Beberapa senior mengabadikan momen ini dengan merekam mereka berdua.
"Kak Devan" bisik Jefri
"Kak Devan"
"Ya?"
"Kakak tau nggak?"
"Kakak tau nggak?"
"Bunga itu mekarnya kapan aja?"
"Bunga itu mekarnya kapan aja?"
"Nggak tau tuh" jawab Devan.
"Bener nggak tau?"
"Bener nggak tau?"
"Iya"
"Bunga itu mekar saat kak Devan taburin benih-benih cinta di hati aku"
"Bunga itu mekar saat kak Devan taburin benih-benih cinta di hati aku"
Terdengar suara teriakan histeris dari siswa-siswi kelas X dan para senior di kala Aira mengucapkan kata-kata tersebut. Jefri pun tertawa ketika Devan menatapnya dengan tatapan bertanya.
"Ih, kok direkam sih? Aira malu" Aira menyadari ketika semua yang dikatakannya tadi direkam oleh para seniornya.
"Nggak papa, buat dokumentasi" kata Devan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Study Loving You
Teen FictionAnak polos yang tidak sesuai dengan usianya, itulah yang sering dikatakan banyak orang jika melihatku. Tapi, aku tetaplah aku. Walaupun orang lain berkata aku seperti anak kecil, tapi aku tidak ambil pusing dengan itu semua. Banyak orang yang memili...