Pukul 13.15 WIB.
Cinema XXIAkhirnya film yang mereka tonton pun telah usai. Aira dan Devan segera keluar gedung cinema dengan bergandeng tangan (?) Mungkin agar tidak ketinggalan atau nyasar :v
"Kak Devan?" Panggil Aira. Devan hanya menoleh.
"Yang lain mana?"
"Belakang"
"Ke WC maksudnya?"
Devan menarik paksa tangan Aira. Mungkin ia geram dengannya karena, yah dia lola (loadingnya lama). Mereka berdua duduk di bangku terdekat mereka.
"Kak, tangan Aira sakit" Aira menunjukkan tangannya yang memerah akibat tarikan yang cukup kencang dari Devan.
"Ini beneran gue yang tarik?" Kata Devan memastikan.
"Iya kan tadi kak Devan yang tarik Aira"
"Sakit?"
"Iya lah!"
"Lebay" kata Devan dingin.
"Kok kak Devan gitu sih?" Aira memelas.
"Ckk, terus diapain?" Di saat itu, seluruh teman-teman Devan datang dengan raut muka yang ingin menginterogasinya.
"Maksud lo apaan?" Tanya Dinda.
"Kok lo nggak ikutan nonton?" Tanya Jefri.
"Filmnya bagus loh" sahut Beni.
"Sia-siakan duit lo buat beli tiket?" Ucap Fathan.
"Dev, kok lo malah nemenin adek gue disini?" Tanya Aina.
"Tadi gue nonton kok" jawab Devan.
"Masa? Dimana?" ucap Dinda
"Ya di bioskop lah, masa di WC?" kata Devan sambil melirik ke arah Aira. Aira pun merasa canggung ketika Devan menatapnya dan beralih menatap yang lain.
"Kok gue nggak tau?" Tanya Aina
"Bawel banget sih, gini loh gue itu tadi pesen tiket lagi buat adek lo terus ya gue duduk di sebelah adek lo nemenin dia" kata Devan enteng.
Saat Devan mengatakan hal itu, entah apa yang ada di pikiran Aina sekarang. Intinya dia shock. Kemarin, dia berharap akan duduk di sebelah Devan dan asyik menonton film tersebut dengannya, tetapi takdir berkehendak lain. Yang duduk disamping Devan tadi adalah Aira, adiknya sendiri.
"Duduk sebelah adik gue, tanpa kenal kiri kanan?" Batin Aina.
"Udah ayok, gue mau pulang" kata Aina lesu.
"Ngga ada makan-makan nih? Kan kita kesini juga ada maksud lain?" Tanya Jefri.
"Kita? Lo kali jef" Kata Fathan.
"OH IYAA, HARI INI KAN BENI ULANG TAHUN. HABEDEYY BEN!! WYATB, ++++ IN 18 Y.O, HII UDAA TUAAN NIHH :V, PAJAKNYA TRAKTIR MAKAN OKEE??" Kata Dinda nyaring. Otomatis yang lainnya tutup telinga karena suara Dinda.
"Bisa nggak sih, nggak usah kenceng-kenceng suaranya. BERISIK!!" balas Beni seraya meneriakkan kata Berisik tepat di telinga Dinda.
"Aaaa, sakitt telinga gue heloouww. Ini mana ade gantinyee??" Ucap Dinda sebel.
"Yaudah yuk ke sana" tunjuk Beni ke sebuah restoran yang berada tak jauh dari tempat mereka berdiri. Mereka bergegas ke restoran tersebut.
Aina yang berada di sebelah Devan ingin menggandeng tangannya agar bisa berjalan beriringan. Tetapi, saat ia hendak meraih tangan Devan-

KAMU SEDANG MEMBACA
Study Loving You
Teen FictionAnak polos yang tidak sesuai dengan usianya, itulah yang sering dikatakan banyak orang jika melihatku. Tapi, aku tetaplah aku. Walaupun orang lain berkata aku seperti anak kecil, tapi aku tidak ambil pusing dengan itu semua. Banyak orang yang memili...