★Tiga Belas★

29 5 0
                                    

Dimaafkan jika banyak typo dan menemukan ke-gaje-an dalam cerita ini :)
                                                                      

"Prenn, maapin gue. Gara-gara dia gue telat. Nih minumnya, sebagai gantinya kalian nggak usah gantiin uang gue deh" mendengar ucapan Aina, teman-teman Aina excited dan sifatnya berubah total menjadi semangat dan mengambil botol minuman tersebut lalu menenggaknya.

"Gila lo na. Gue sampe mau mati dehidrasi"

"Lama banget sih?"

"Banyakan nego lo"

"Duit lo kurang kan?"

"Apaan sih kalian. Gue tadi jatoh karena Devan"

"Bodo ah. Gue duluan" kata Devan dan langsung pergi meninggalkan mereka.

"Gimana ceritanya?"

"Pokoknya sih intinya dia nyandung gue terus gue jatuh pantat gue sakit terus botolnya kececeran semua. Ettdahh gue mau minun dulu haus gue" Aina menengguk minumannya lalu ia melanjutkan lagi.

"Jadi dehh gue dibantuin Devan. Lagian mana bisa gue bawa 5 botol sambil desek-desekkan kayak gitu" Aina menenggak isi botolnya lagi hingga habis.

"Bodo na. Lo cerita kagak ada titiknya. Btw makasih lo udah traktir"

"It's ok, no problem"

"Masuk yuk" ajak Haikal yang langsung disetujui oleh semuanya.

Di perjalanan mereka menuju kelas, tak tahu mengapa mereka melihat segerombolan orang sedang mengerumuni seseorang. Dengan rasa penasaran, Aina menyelinap masuk ke kerumunan tersebut.

"Na, mau ke mana?" Tanya Gea.

"Lo ke kelas dulu aja ntar gue nyusul"

"Oke" teman-teman Aina meninggalkan Aina yang sudah menyelinap masuk.

"Misi-misii, maaf gue mau lihat"

Aina terjekut. Ia melihat adiknya yang  tengah menangis dan babak belur di pipi dan dahinya karena ulah seseorang.

"Dekk, lo kenapa?" Tanya Aina panik kepada Aira. Aira tidak menjawab, ia hanya menangis sesenggukkan.

"Dekk?" Aina berjongkok agar sejajar dengan adiknya.

"Siapa yang bikin lo kayak gini?" Tanya Aina kepada Aira namun Aira hanya mendongak ke atas memberi kode ke Aina.

"Gue" jawab seseorang dengan lantang. Aina yang mendengar langsung membalik badan ke sumber suara.

"Bella, lo apain adik gue?" Ucap Aina geram.

"Cuman gue tonjok di pipinya terus dia oleng. Jidatnya kebentur loker, bukan salah gue dong" jawab Bella enteng.

"Hah? Apa? Bukan salah lo? Maksud lo nonjok pipi adek gue apa?" Tanya Aina dengan suara tinggi.

"Santai dong na. Kemarin lo belain gue, kemarin lo pilih gue ketimbang Dinda kok sekarang lo marah-marahin gue?" Lagi-lagi Bella menjawabnya dengan enteng dan sesekali tertawa.

"Santai? Lo bilang santai? Heh liat dong. Lo bikin babak belur adek gue. Soal kemarin itu kemarin bukan hari ini. Gue belain lo karena lo pacar Fathan!!"

"Bukannya lo belain gue karena lo pengen manas-manasin Devan karena Devan lebih deket sama adek lo? Na, lo harusnya berterima kasih sama gue"

Diam. Aina hanya diam mematung mendengar perkataan Bella. Benar, benar apa yang dikatakan Bella adalah sebuah kebenaran. Aina mengumpat di dalam hati. Bagaimana Bella bisa tahu akan hal itu? Selama ini rahasia Itu ia tutupi. 3 tahun, ya kurang lebih 3 tahun.

Study Loving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang