★Dua Belas★

15 4 0
                                    

Mohon dimaafkan jika ceritanya gaje, kurang nyambung, atau konfliknya berantakan dikarenakan pemikiran saya akan cerita ini sedang buntu dan ada kendala sedikit. Keep enjoy prennn :)

Pukul 05.30 WIB.
Rumah Keluarga Mahendra.

"Kakk"

Tokk-tokk-tokk

"Kak, bangun alarmnya bunyi"

Sedari tadi Aira mengetuk pintu kamar Aina yang terkunci dari dalam. Ia tengah memakai piamanya karena baru saja ia terbangun dari tidurnya.

"Kakk" kali ini Aira mencoba untuk menekan gagang pintu kamar Aina. Dan ternyata terbuka dengan mudahnya.

"Tau gini dari tadi Aira buka" batinya.

Terlihat Aina sedang tertidur dengan selimut tebal yang menutupi seluruh badannya. Aira mematikan alarm dari jam digital pink milik Aina lalu mengelus kepala Aina sejenak. Aina yang merasa terganggu langsung membuka matanya sekilas dan menatap adiknya itu.

"Kak, mata kakak kenapa. Kok merah?" Aira menaruh curiga setengah khawatir kepada kakaknya. Aina hanya diam.

"Aira mau mandi dulu ya, ini udah setengah enam. Tadi jamnya kakak bunyi terus Aira matiin. Jangan terlambat ya kak soalnya kan hari ini ada upacara" panjang lebar Aira menjelaskan tetapi tidak ada sahutan apapun dari kakaknya.

Apa boleh buat, Aira meninggalkan Aina yang sedari tadi tidak beranjak sedikitpun dari kasurnya melainkan menarik selimutnya agar menutupi seluruh badannya kembali.

Aina terbangun dari tidurnya dengan ogah-ogahan dan berjalan ke arah jendela lalu membuka korden yang menutupi jendela kamarnya. Sinar matahari pagi yang menerobos masuk ke kamar Aina membuat Aina memincingkan matanya karena silau.

Ia berjalan ke arah balkonnya sesaat karena ia sudah lama tidak melihat pemandangan sekitar rumahnya dari atas pada pagi hari. Udara yang sejuk, burung-burung yang berkicau serta suara gesrekkan sapu milik tukang kebun keluarga Mahendra yang terlihat sedang menyapu halaman rumah Aina.

"I hope, today is better than yesterday" Aina mengucapkan wish untuk dirinya sendiri.

Lama sudah ia melihat keadaan sekitar, Aina merasa ada yang aneh dengan matanya. Seketika Aina teringat dengan penuturan Aira beberapa menit yang lalu,

"Kak, mata kakak kenapa. Kok merah?"

Aina refleks memegang matanya lalu berlari ke kamar menuju meja riasnya yang terdapat sebuah kaca besar. Ia sangat terkejut ketika melihat keadaan matanya yang merah bengkak akibat semalam ia menangisi seseorang, Devan (?).

"Mata gue.." kata Aina lirih sambil memegang matanya bergantian. Ia teringat kejadian semalam yang menimpanya. Sebetulnya adalah hal sepele di mata Aina, namun di hatinya tidak. Sekarang, ia telah memiliki satu nama di hatinya yang harus ia jaga, yaitu Devan. Tetapi, mengapa Devan malah lebih akrab dengan adiknya?

"Bodo amat lah" kata Aina lalu ia pergi ke kamar mandi dengan menghentakkan kakinya sebal.

"Kalo gini caranya gue harus cepet" lanjutnya.

Setelah 10 menit berlalu, Aina telah selesai mandi dan berganti pakaian menggunakan seragam osis SMA Tarhap. Ia duduk di depan meja rias dengan mengernyutkan bibirnya.

"Lama ini mah dandannya, mana udah jam enam" kata Aina malas.

Dengan perlahan, Aina memoles wajahnya dengan make up ala-nya dan ditambah riasan untuk menutupi bagian matanya yang sembab tak kunjung hilang itu.

Study Loving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang