TIGA BELAS - Cold Day

31 4 0
                                    

"Kak, misalnya ada orang yang akan menyatakan perasaannya pada Kak Gisella, apa Kakak akan beri Dia kesempatan ?"

"Ha ? Maksudmu ?" tanyaku dengan nada heran.

Aku benci pertanyaan ini, apa lagi baru saja tiga bulan berlalu setelah Si MANUSIA TERKUTUK meninggalkanku, tak semudah itu Aku bisa Move On...

"Jangan pura-pura bodoh deh..." gerutu Seira.

"S-siapa juga yang pura-pura bodoh ?"

Seira terdiam dan mulai tersenyum, "Baiklah, Aku akan menghubungi Si MANUSIA TERKUTUK itu, dan akan Ku katakan bahwa Kak Gisella membicarakannya terus." 

"Oke, Aku kalah dengan ancamanmu itu," Aku terdiam dan menghela nafas, "Hm, Aku tidak terlalu yakin sih, sepertinya Aku masih perlu waktu untuk sendiri."

Aku menyeruput Teh Camomille ku...

"Sekali pun itu Kak Lucas ?" 

Manikku membulat sempurna, ditambah peristiwa tersedak Teh Camomille melengkapi penderitaanku, "A-apa Kau bilang ?"

Masih dalam keadaan menepuk punggungku, Seira menolehkan wajahnya ke arahku.

 "Sekali pun Kak Lucas yang menyatakan perasaannya, apa Kakak juga tidak akan menerimanya ?" tanya Seira sekali lagi.

"Entahlah, Aku tidak pernah memikirkannya." 

Ya, Aku tidak pernah memikirkan itu sebelumnya, dipikiranku selama ini Lucas hanyalah pendamping latihanku tidak lebih, jika Ku pikir lagi kemungkinan hal seperti itu bisa terjadi. Tapi Aku tak ingin ambil pusing dengan selalu memikirkan percintaan, dan ini juga salah satu cara agar Aku bisa melupakan Si MANUSIA TERKUTUK itu.

"Kakak memang payah ya soal percintaan, pantas Dia pergi meninggalkan Kakak" ejek Seira.

"Hm, pintar ya," Aku menyentil dahi mungilnya. "Sekarang anak kecil ini sudah bisa menyeramahi Kakaknya."

"Aw !  Terserah Kakak ingin bilang apa, Aku cuma merasa prihatin Kakak selalu sendirian selama 3 bulan ini..." Seira segera beranjak pergi sambil menjulurkan lidahnya ke arahku.

Malam harinya...

"Belum tidur ?" tegur Lucas.

"Ah iya, Aku hanya ingin menemani Gwen, kebetulan Aku juga belum mengantuk" ujarku.

"Gwen ? Bukannya Dia sedang pergi bersama Corneille ?"

"Ah, seperti itu. Baiklah Aku akan kembali ke kamar saja, Selamat Ma..."

"Mau jalan-jalan ?" tawar Lucas.

Di Taman Kota...

Hening, tidak ada sedikit suara yang terdengar, menciptakan suasana cannggung yang membuat suara ku tersendat dan tak mampu mengucap sepatah kata pun.

Aku sempat melihat tangan Lucas sedikit terangkat, tetapi dengan segera ia turunkan lagi, apa ia enggan untuk mengatakan sesuatu dan mengurungkan niatnya ?

Gwen : Hoo... Salah satu dari kalian tidak ada yang mulai membuka suara ya ?
Lucas : Hei ! Bantu Aku mencairkan suasana ini...
Gwen : Maaf Luce, Kau harus berusaha mengubah atmosfir kecanggungan itu sendiri... Atau Kau tidak akan pernah bisa berbicara lancar didepan seseorang kecuali Aku... Gwai !
Lucas : Gwen ?!

"Sial" gerutu Lucas.

"Ah--itu, Kau mengatakan sesuatu ?" tanyaku.

"B-bukan apa-apa !" jawabnya tergagap.

"O-oh, Baiklah..." Aku kembali mengedarkan pandangan ke arah langit.

Lucas beranjak dari duduknya, "S-sebentar Aku akan pergi dulu-"

"J-jangan terlalu lama ! Atau Aku akan pergi sendiri !" ancamku dengan mengeratkan tangan ke mantel Lucas.

"I-iya... Aku hanya ingin mencari minuman kok."

Aku mengangkat kedua tangan, dan menempatkannya didepan mulutku, "Ingat, jangan terlalu lama !"

Lucas kembali menoleh dengan anggukan kepala, dan segera berlalu tertutup kabut.

Udara hari ini memang terbilang dingin, seharusnya Aku tidak mengiyakan ajakan Lucas untuk berkeliling. Ya, tidak perlu Ku sesali ini sudah terjadi. Lagipula ini tidak wajar untuk disesali.

Mungkin karena kabut yang turun semakin tebal Aku memutuskan untuk mencari tempat berlindung, berjaga-jaga dengan kemungkinan badai salju yang bisa menerjang kapan saja.

Tak lama, Aku tiba didepan sebuah rumah kayu yang cukup etnik, jika dipikir ini seperti tempat Sauna. Tanpa pikir panjang, Aku melangkahkan kaki untuk masuk ke tempat itu.

"Selamat datang, Nona !" sambut seorang petugas muda yang sigap segera melepas mantelku.

"A-ah, Iya." sebenarnya itu cukup tidak sopan ! Bisa-bisanya ia melepas mantel tanpa seizinku.

"Nona, butuh pelayanan theraphy, sauna, atau spa ?" tanya pelayan yang melepas mantelku.

"A-aku cuma ingin berteduh disini ?" tawaku renyah.

Pelayan tadi tampak mendengus dengan kekehan pelan, "Nona, apa Anda benar-benar hanya ingin berteduh ?"

'Aku yakin mereka akan mempromosikan pelayanannya setelah ini, Aku jamin itu !' gumamku.

"Pelayanan kami sangatlah--"

'Sudah kuduga !' batinku.

"Baik-baik, siapkan Aku kamar saja. Aku butuh pelayanan Sauna dan Spa, dan pesankan Aku satu kamar lagi nanti berikan kamar itu atas nama Gisella Advianty." Aku berjalan tanpa menghiraukan kata yang terucap lagi oleh si Pelayan tersebut.

Aku berencana memanjakan diri di Spa bersama Gwen. Aku juga mengajak Seira, Lucas, dan Si Tanduk sialan itu juga. Ya, karena Si Tanduk itu dekat dengan Gwen. Aku menghadiahkan pelayanan Sauna untuknya.

[KLING] Bunyi bel dari Spa ini berbunyi...

"Selamat datang ! Ada yang bisa kami bantu ?"

Gwen mengulas senyuman diwajahnya, "Kami datang untuk pesanan kamar Nona Gisella Advianty..."

~ To Be Continue

Fantasy WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang