Gadis ber-sweater abu itu berdecak. Ia menggeram dengan tangan mengacak rambut hingga berantakan. Sang teman yang berada di sampingnya tersenyum kecut, paham bahwa ia sedang kacau. Semua gara-gara tugas semester akhir yang harus banyak diperbaiki.
"Ayolah... setidaknya kau beruntung karena mendapatkan Mr. Jeon yang tampan. Kau tidak tahu bahwa banyak yang—"
"Percuma tampan jika selalu menyusahkanku!" ketus si cantik dengan kesal.
"Iya, tapi—"
"Jeon Jungkook sialan!"
Cepat-cepat gadis bersurai pirang menutup mulut ember sahabatnya yang tidak kenal tempat jika sudah memaki—seperti sekarang, di kantin kampus. Terkadang, dia heran kenapa sahabatnya yang secantik ini bisa menjadi seorang bar-bar atau senang bertingkah seenaknya. Sangat berbanding terbalik dengan wajahnya yang lembut. Apalagi yang barusan dimaki adalah dosen pembimbing skripsinya sendiri. Ckck.
"Yak! Pelankan suaramu!" tegur Shie Ra—si rambut pirang—dengan suara ditekan. Mata bulatnya bertambah lebar, tapi justru menambah kadar imut di dirinya.
Mia—gadis dengan sweater abu—menjauhkan tangan Shie Ra. Wajahnya cemberut.
"Kau mau pulang?" tawar Shie Ra kemudian sebelum sahabatnya ini mengamuk.
Bukannya menjawab, Mia malah berdiri dan membawa minuman kopinya menuju pintu keluar. Membuat Shie Ra buru-buru mengikuti sambil membawakan tumpukan kertas yang penuh coretan. Ini milik Mia, berkas perbaikan proposalnya, tapi malah diberi banyak coretan dengan pena merah oleh Mr. Jeon, dosen muda dambaan banyak gadis di kampus mereka yang kebetulan jadi dosen pembimbing Mia.
"Yak, ini milikmu!" protes Shie Ra saat sudah di samping Mia.
"Buang saja."
"Heol! Bagaimana bisa...."
Mia tak acuh dan terus melangkah. Satu pesan yang masuk dibacanya, tapi tak dibalas. Shie Ra yang kerepotan kembali menyusul sahabatnya yang seperti tak memiliki beban masalah. Padahal yang dihadapinya adalah dosen killer.
"Apa yang akan kau lakukan jika Mr. Jeon terus menyalahkanmu?" Iseng Shie Ra bertanya saat mereka menuruni anak tangga.
"Entahlah."
"Hmm."
"Mungkin aku akan mengajaknya tidur, lalu memintanya menandatangani surat keputusan penelitianku."
"Eh?"
"Kenapa? Tidak percaya bahwa aku akan —"
"Kim Mia."
Langkah kedua gadis itu terhenti. Shie Ra bahkan membeku di tempat, hanya Mia yang memberanikan diri untuk berbalik ke belakang untuk melihat siapa yang memanggil namanya. Dan... ah! Benar saja. Jungkook sudah berdiri dengan tatapan matanya tajam ke arah mereka.
"Sir...."
"Kau, ikut ke ruanganku sekarang."
Shie Ra menahan napas saat Jungkook berlalu begitu saja melewati mereka. Mia menggigit bibir, merutuki kebodohannya yang tak bisa dikontrol. Lagipula kenapa si dosen killer itu tiba-tiba ada di belakang mereka coba! Padahal baru satu jam yang lalu mereka bertemu di ruangannya.
"Mia...." Shie Ra memandang kasihan ke temannya yang sedang berada di tepi jurang masalah.
"Doakan aku baik-baik saja," mohon Mia sambil melambaikan tangan dengan wajah memelas.
"Annyeong, my friend." Shie Ra balas melambai-lambaikan tangan hingga Mia menghilang di belokan.
Ya, semoga Mia tidak dimarahi habis-habisan.
~♥~
"Kau bilang mau mengajakku tidur, hmm?"
Mia yang duduk berhadapan dengan Jungkook hanya bisa menunduk sambil memainkan kuku. Di ruangan pribadi seperti ini, hanya suara AC yang terdengar.
"Kau benar-benar—"
"Aku hanya bercanda!"
"Bercanda?"
"Aku tidak serius—"
"Segera kerjakan perbaikanmu."
Hazel cokelat gadis muda itu mengedip. Dosen di depannya tak acuh, justru sibuk mengambil sebuah berkas di lemari dan menaruhnya begitu saja di meja.
"Pelajari ini," suruh Jungkook kemudian.
Mia mendongak. "Untuk apa?"
"Aku tidak mungkin membiarkan simpananku terlambat wisuda, 'kan?"
Hening menjadi jeda di antara mereka.
"Dan satu lagi, aku menunggu kau membuktikan ucapanmu."
"Ucapan yang mana?"
Melangkah beberapa tindak, Jungkook pun sampai di depan si cantik. Tanpa diduga, dia mengangkat dagu Mia dan merendahkan wajahnya sendiri hingga batasan di antara mereka semakin menipis.
"Aku tidak sabar menunggu kalimat ajakan itu keluar dari bibirmu, Mia."
Secepatnya sang hawa hendak berdiri, tapi Jungkook lebih dulu menekan pundaknya hingga ia kesulitan bergerak.
"Yak! Lepaskan aku, Ahjussi sialan!"
"Sangat sialan sampai membuatmu memohon agar diberi sentuhan lebih, 'kan?"
Merah padam wajah si cantik, tapi Jungkook justru tersenyum miring.
"Aku masih mengingat dengan jelas bagaimana kau mencengkeramku dan memejamkan mata demi merasai setiap senti—"
"Yak...!"
"Aku tidak sabar ingin menidurimu lagi malam ini."
Jika kalian mengira bahwa hubungan mereka hanya berkisar antara mahasiswi dan dosen, maka kalian salah. Hubungan mereka lebih rumit, lebih payah, tapi saling menyimpul dan membuat mereka terjerat dengan sendirinya.
Hubungan mereka... sama seperti libarin.
—TBC—
~♥~
Next chapter :
"Bastard!"
Dengan jari tengah teracung, si cantik pergi dengan tergesa, meninggalkan Jungkook yang terbaring menahan sakit di pusat tubuh.
"Sial!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[M A Z E] 🔞
FanfictionJika dirimu mengira hubungan mereka hanya sebatas mahasiswi dan dosen, maka perkiraanmu salah besar. Hubungan mereka rumit, seperti labirin. Tentang mencintai tapi tak bisa mengungkapkan. Tentang masa lalu yang menghantui. Tentang dendam, dan lainny...