"Kim Mia... kau benar-benar gadis nakal."
"Aku hanya nakal denganmu, Ahjussi." Si cantik tersenyum manis sekali, seperti mengejek—tapi menggemaskan.
"Benarkah? Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang?"
"Me—"
Ucapan Mia terputus saat Jungkook tiba-tiba menariknya masuk ke dalam bilik toilet. Awalnya gadis itu hendak bertanya, tapi urung saat langkah kaki seseorang terdengar jelas, disambung dengan obrolan dua orang lelaki.
"Diamlah," ucap Jungkook pelan.
Mia, meski sedikit kaku, dia tetap mengangguk. Pasalnya, saat ini dia ada di pelukan Jungkook. Harum maskulin lelaki itu merasuk ke penciuman, membuatnya ada debar tersendiri di jantungnya.
"Ahjusshi, ini terlalu dekat," gumamnya.
Jungkook melirik, tapi kemudian malah mengusap rambut Mia dan mengeratkan pelukan. "Biar saja," jawabnya dengan senyum miring.
Dua dosen yang berada di luar terdengar mengobrolkan tentang masalah gaji, membuat Mia mengurungkan niat untuk bicara. Ya... daripada dia ketahuan dalam posisi seperti ini bersama Jungkook, tidak baik juga untuknya kan?
Detik berlalu lambat. Mia yang di pelukan Jungkook hanya mampu terdiam, bahkan saat lelaki itu terus mengusap rambut lurusnya seperti sedang menenangkan anak kecil.
Bersyukur dua dosen itu segera pergi, membuat Mia dengan cepat melepaskan diri dari pelukan sang adam.
"Mia." Jungkook memanggil saat Mia memastikan tidak ada orang di toilet.
"Hmm?"
"Ayo—"
"Aku pergi duluan. Annyeong, Ahjussi."
Bergegas gadis Kim itu meninggalkan Jungkook sendirian. Tetapi, ketika sampai di belokan lorong, dia justru berhenti dan bersandar ke dinding sembari menarik napas dalam-dalam.
"Gila! Bagaimana mungkin bisa jadi begini!" gerutunya seperti tak terima dengan kejadian barusan.
"Aish! Mia bodoh! Kau tidak boleh jatuh ke pelukan orang seperti dia. Ingat tujuan awalmu, Mia. Ingat!"
Sambil menggerutu, gadis berobsidian cokelat itu melanjutkan jalannya yang tertunda. Tetapi, tetap saja ada bagian terkecil hatinya yang menjadi gelisah. Akibat Jungkook, si tampan yang menggoda.
♥
Jungkook berhenti sejenak saat melewati meja salah satu staff TU. Di sana ada berkas proposal, tapi satu nama paling atas seketika menarik perhatian Jungkook.
"Permisi, apakah mahasiswi ini sudah dapat pembimbing?" tanya Jungkook langsung sambil menunjuk proposal yang ia taksir.
Mr. Lee yang ditanya segera menoleh.
"Aa, dia baru mengantar hari ini. Jadi otomatis kami belum menentukan siapa pembimbingnya."
"Oh, bolehkah aku yang jadi pembimbingnya? Aku tertarik dengan penelitiannya."
Sejenak kening Mr. Lee berkerut, tapi kemudian dia bergegas menjawab, "Akan dipertimbangkan."
"Terima kasih."
Setelah saling menganggukkan kepala, Jungkook pun pergi meninggalkan ruang dosen. Masih ada banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan di kantor.
♥
Dua hari berlalu cepat.
Mia termangu saat memandang nama siapa yang tertera di surat pemberitahuannya tentang dosen yang akan membimbing skripsinya. Jeon Jungkook.
"Sepertinya dia memang tertarik denganku."
"Kau bilang apa barusan?" Shie Ra di samping Mia segera bertanya saat mendengar sahabatnya bergumam tak jelas.
Buru-buru gadis Kim itu menggeleng. "Ayo kita temui pembimbingku," ajaknya.
"Mr. Jeon jarang ada di kampus."
"Benarkah?"
"Mm."
"Lalu, bagaimana aku bisa menanyakan jadwal seminar?"
"Hubungi saja, aku punya nomornya."
"Heol! Bagaimana bisa?"
"Hampir semua mahasiswi di sini punya nomornya." Shie Ra menyerahkan ponsel ke Mia.
"Wah... daebak. Dia pasti terganggu."
"Haha, mungkin."
Dengan cepat Mia menyalin nomor Jungkook, kemudian segera menghubung. Harap-harap cemas, akhirnya pada nada panggilan kelima, sambungan itu diangkat.
"Yeoboseo," sapa Mia ramah.
"Mm, siapa?"
"Aa... saya Kim Mia, dari—"
"Jadi ini nomormu, hmm."
"Haha, iya, Pak."
"Ada apa?"
"Begini, tentang jadwal seminar—"
"Besok, jam dua."
"Aa, baiklah."
"Dan temui aku malam ini di Persona, jam delapan."
"A—"
Sambungan dimatikan secara sepihak. Shie Ra menatap cemas, apalagi saat wajah sahabatnya langsung bertekuk lucu.
"Kenapa?" tanyanya khawatir.
"Besok, jam dua. Aku akan seminar."
"Ye? Secepat itu?" Shie Ra membulatkan mata tidak percaya.
"Iya...."
"Aigoo...."
Seperti memerlakukan anak kecil, Shie Ra mengusap-usap rambut Mia. Bagaimanapun juga, dia sedikit prihatin dengan nasib sahabatnya. Padahal Mia sendiri malah memikirkan hal lain; tentang pertemuannya dengan Jungkook nanti malam.
Persona, sebuah bar. Gila!
♥
"Dari mana?"
Mia mengembuskan napas kesal ketika Nana menegur. Langkahnya yang hendak menaiki tangga dibatalkan, diubah menjadi menghadap kakak tirinya tersebut.
"Kampus, mengurus seminar proposal," jawabnya ketus.
"Dari pagi? Pembohong!"
"Lalu?"
Mata tajam Nana menatap lekat ke Mia yang menuruni anak tangga terakhir. Tidak bisa dipungkiri, hubungan mereka semakin memburuk sejak beberapa tahun lalu.
"Kupikir, apa yang kulakukan bukan urusanmu." Mia berkata datar.
"Memang bukan. Memikirkanmu hanya membuang waktu."
Senyum sinis hadir di wajah Mia. "Menurutmu begitu, tapi tidak bagi kekasihmu."
Nana membulatkan mata saat kekasihnya disinggung.
"Kau—"
"Sama seperti yang kau lakukan, Eonni." Sambil menjulurkan lidah mengejek, Mia langsung menaiki anak tangga menuju kamarnya. Menyisakan Nana dengan sejuta pertanyaan di pikiran.
—TBC—
♥
Next chapter :
"Terima kasih sudah menjadikanku yang pertama." Ia berbisik, kemudian mengecup leher yang sudah diberinya tanda beberapa kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M A Z E] 🔞
FanfictionJika dirimu mengira hubungan mereka hanya sebatas mahasiswi dan dosen, maka perkiraanmu salah besar. Hubungan mereka rumit, seperti labirin. Tentang mencintai tapi tak bisa mengungkapkan. Tentang masa lalu yang menghantui. Tentang dendam, dan lainny...