"Haruskah aku ke sana? Menemanimu?"
Nana menggeleng seraya memijat kening. "Aku tidak perlu ditemani," tolaknya cepat.
"Kenapa?"
"Hanya ingin sendiri."
Jimin diam, tak tahu kenapa.
"Aku matikan, ya. Sudah malam," tutup Nana tiba-tiba.
"Mm, selamat malam."
Tanpa menjawab, sambungan itu diputus. Nana menghela napas, terpikir antara Jungkook, Mia dan juga Jimin. Lelaki terakhir itu, kenapa juga dia hadir di saat-saat seperti ini. Mengesalkan, tapi juga menghibur. Setidaknya, dia jadi tidak merasa terlalu kesepian.
Sekali lagi menghela napas, si cantik Kim beranjak ke tempat tidur dan menarik selimut. Masalah Mia, dia ingin melupakan sejenak. Boleh, 'kan?
--♪--
Di apartemen Jeon Jungkook.
Mia memakan odeng dengan santai, seolah pertanyaannya barusan tak penting. Padahal jelas-jelas dia membuat jantung lelaki di depan sana berdebar kencang."Ahjussi," panggilnya setelah bosan dengan kesunyian yang menggantung.
Lelaki tampan itu menoleh sedikit, tanda dirinya merespon panggilan dari si cantik.
"Ahjussi kenapa selingkuh dari Naya Eonni? Padahal apa kurangnya dia dibanding Nana?"
Helaan napas panjang terdengar. "Kau sendiri, kenapa menemuiku? Padahal tempo hari baru saja memakiku," jawabnya tanpa menyambung dengan pertanyaan pertama.
Mia menelan lambat odeng yang dikunyah. "Aku tidak punya tempat lain untuk pergi," jawabnya pelan.
Jungkook melirik. "Temanmu?"
Gadis Kim itu menggeleng. "Dia pergi lokakarya."
Desing pendingin ruangan terdengar jelas. Jungkook mendongak, mulai merasa situasi mereka begitu rancu, aneh, dan sudah waktunya ia menghentikan semua ini.
"Ahjussi, aku mau tidur." Mia lebih dulu bicara setelah ia menghabiskan setusuk odeng terakhir.
"Mm, ayo tidur." Jungkook berbalik, mendekat ke Mia yang membereskan semua makanan yang tersisa.
Selesai merapikan, baru gadis itu mendongak menatap Jungkook. "Aku tidur di mana?" katanya.
"Di kamarku. Di mana lagi?"
Mata sipit si cantik mengerjap. Jungkook yang menyadari itu terkekeh. "Aku tidak akan melakukan apa-apa jika itu yang kau mau," jelasnya.
"Aku tidur di kamar lain saja," tolak Mia tak tenang.
"Kamar tamu lampunya mati."
"Eum... tidak apa-apa."
"Benar?"
Mia mengangguk mantap, padahal dalam hati ia merutuk. Ayolah... dia takut jika harus tidur di kegelapan. Tetapi, daripada harus satu tempat tidur dengan Jungkook, bisa-bisa mereka khilaf dan melakukan itu. Padahal berhubungan di awal kehamilan 'kan tidak baik.
Jungkook menghela napas. "Aku saja yang tidur di kamar tamu. Kau pakai saja kamarku," putusnya sambil tersenyum dan mengusap rambut lurus sang hawa.
"Memangnya tidak apa-apa?" Mia menatap polos, tanpa sadar membuat Jungkook harus mati-matian menahan keinginannya agar tak langsung meraup bibir ranum menggoda itu.
"Mm, tidurlah sekarang." Si tampan menyuruh.
Mia tersenyum lebar. "Terima kasih, Ahjussi!" serunya riang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M A Z E] 🔞
FanfictionJika dirimu mengira hubungan mereka hanya sebatas mahasiswi dan dosen, maka perkiraanmu salah besar. Hubungan mereka rumit, seperti labirin. Tentang mencintai tapi tak bisa mengungkapkan. Tentang masa lalu yang menghantui. Tentang dendam, dan lainny...