MAZE 2

27.6K 2K 30
                                    

Kembali ke dua minggu sebelumnya.

Adalah Jungkook, lelaki berjas hitam dengan jam tangan mahal merek ternama yang tersungkur di rerumputan basah pada jam dua dini hari. Dia tersengal. Pusing meraja, sebab dari minuman beralkohol yang diteguk setengah jam lalu di bar kenamaan yang jadi langganan para pengusaha. Pandangan yang berkunang semakin menambah buruk situasi. Akibatnya, pakaian mahal yang jika ditotal berharga puluhan atau bahkan ratusan juta menjadi kotor.

Setengah sadar, pandangannya menangkap sebuah wajah cantik. Disipitkannya mata, coba memperjelas, tapi gagal. Pandangannya memburuk sangat parah, begitu pula dengan kepalanya yang berdenyut sakit.

"Eungh... siapa?" gumamnya sambil mendesis coba meredam pening.

"Kau perlu bantuan, Ahjussi?"

"Ahjussi?!"

Dia spontan bangun sebab panggilan tak biasa tersebut. Pun pandangannya, mendadak jelas hingga bisa melihat wajah di hadapannya memang sangatlah rupawan. Hidung bangir, mata sipit menggoda. Rambut hitam tergerai indah, beberapanya terbang dimainkan angin nakal, menarik hati untuk merapikan helaian tersebut, lantas dikecup dengan sayang.

"Ahjussi, pandanganmu seperti ingin memakanku." Si cantik bicara. Nada suaranya lembut, sangat menyenangkan untuk didengar.

"Aku memang mau memakanmu. Di ranjangku." Sang Adam tertawa kecil, membayangkan hal kotor dan objeknya tentu saja si jelita di depannya ini.

"Eum... benarkah? Memangnya kau mampu membayarku berapa?"

"Berapapun kau mau."

"Oh ya?"

"Mm."

"Kalau begitu, ayo berdiri."

Dibantu oleh si cantik, lelaki tampan itu pun tegak meski sedikit limbung. "Kau memang terbaik," pujinya tanpa sadar.

"Benarkah? Lalu, bagaimana dengan ini?"

Sorot yang sebelumnya bersahabat seketika berubah saat sebelah tangannya terangkat dan menodongkan pisau lipat yang sisinya mengkilat terkena cahaya lampu kuning di pinggir jalan. Jungkook sontak mengangkat kedua tangan. Efek mabuknya seperti hilang seketika.

"A—"

"Jam, ATM. Berikan padaku." Si cantik meminta sembari terus menodongkan pisau.

"Kau tidak harus—eum...!" Jungkook membungkam mulut saat pisau di depannya mendekat.

"Berikan semua yang kau punya padaku, Ahjussi."

"Emh... bagaimana dengan hatiku juga?"

"Ahjussi, kau mau mati?"

"Memangnya kau berani membunuhku?"

"Why not?"

"Kau tidak akan berani."

"Hmm...."

"Kau—o-oke." Jungkook mundur ketika mata pisau hampir menyentuh kulit lehernya.

"Berikan aku ATM-mu."

Menghela napas, Jungkook mengambil dompetnya di saku belakang.

"Berikan aku semuanya." Si cantik meminta.

"Oke."

Dompet warna hitam dengan harga jutaan itu berpindah tangan. Si cantik membuka, melihat berapa jumlah uang tunai dan ATM.

"Berapa PIN-nya?" Dompet dimasukkan ke saku celana saat ia bertanya.

Jungkook diam sebentar. "010997," jawabnya kemudian.

"Ulang tahunmu, Ahjussi?"

"Hmm."

"Kita berbeda tiga tahun."

"Perbedaan yang pas jika kita bersama di tempat tidur."

Kalimat Jungkook diabaikan karena si cantik malah sibuk melipat pisau dan menyimpannya di saku. Setelahnya, baru dia menghela napas saat memandang pahatan indah hasil cipta tangan Tuhan. Lelaki tampan, tapi pikiran kotor. Sialan memang.

"Mau ke mana?"

"Mengambil uang tentu saja."

Jungkook menjilat bibir. Dia ingin bicara, tapi gadis di depannya lebih dulu bergerak mengikis jarak antara mereka.

"Ahjussi, kau mau sesuatu?" tanyanya dengan pandangan seduktif. Sangat menggoda.

"Emh...."

"Kau... berengsek!"

Lelaki tampan itu mengaduh saat lutut sang gadis menghajar masa depannya dengan keras.

"Bastard!"

Dengan jari tengah teracung, si cantik pergi meninggalkan Jungkook yang terbaring menahan sakit di pusat tubuh.

"Sial!"

Sayup-sayup si cantik mendengar makian dari sang korban. Tetapi, dia hanya tersenyum miring dan mampir ke ATM terdekat untuk mengambil uang. Dan yah... siapa sangka PIN-nya memang benar seperti yang dikatakan oleh Jungkook. Jadi, sudah tahu selanjutnya 'kan?

~♥~

Jungkook melempar ponsel keluaran terbarunya ke meja. Ia berdecak. Pasalnya, baru pagi ini dia membaca pemberitahuan bahwa uang di ATM-nya terkuras banyak. Akibat kebodohannya tadi malam tentu saja.

Setelah menyandarkan tubuh dan berputar pelan di kursinya, lelaki pemilik perusahaan maju di Korea tersebut mengambil ponsel yang tadi dilempar. Dihubunginya seseorang agar memblokir kartu ATM-nya sebelum diambil lebih banyak.

Bertepatan panggilan selesai, ada yang mengetuk pintu.

"Masuk."

Wanita dengan rok span pendek masuk ke dalam.

"Ada pesan dari Sajang-nim, Anda harus datang ke pesta kebun Tuan Kim sore ini."

"Jam berapa?"

"Jam lima."

"Baiklah."

Setelah menunduk sopan, wanita yang bertugas sebagai sekretaris tersebut melangkah keluar.
Jungkook kembali menghela napas. Diambilnya ponsel, membuka sebuah pesan yang diabaikannya sejak pagi.

Kim Nana : Kau datang ke pestaku, 'kan?

"Ah... ternyata ini maksudnya." Lelaki tampan itu bergumam. Dipijatnya kepala. Pening.

—TBC—


Next Chapter :

"Selamat datang di rumahku, Ahjussi. Mau mencoba masuk ke kamarku?"

[M A Z E] 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang