Jungkook bangun dengan tubuh penat. Tetapi, senyum lebarnya muncul begitu saja ketika mengingat hal yang jadi penyebab lelah. Ditolehkannya kepala ke samping, lantas kembali tersenyum dan segera menarik wanita mungilnya ke pelukan.
"Hangat sekali," gumamnya senang.
Tetapi, Mia yang malah menggeliat tak nyaman dan seketika mendorong Jungkook saat baru membuka mata. Berhasil membuat si lelaki tampan mengaduh kaget.
"Mia, kenapa?"
"Jam berapa sekarang?"
Jungkook memandang jam weker di nakas, sedang Mia bergegas bangun dan memunguti pakaiannya satu persatu.
"Jam enam," kata lelaki Jeon itu.
"Bodoh! Nana akan curiga jika aku tidak di kamar." Mia dengan cepat memasang pakaian. "Aku harus kembali," lanjutnya tergesa.
Namun, geraknya berhenti saat Jungkook tiba-tiba menarik pinggangnya dan menyebabkan ia terduduk di pangkuan lelaki Jeon tersebut.
"Ahjussi...."
"Terima kasih." Jungkook tersenyum.
Mia me-rolling mata sebal. "Ahjussi, aku harus kembali...," rengeknya.
"Sebentar saja. Aku suka harummu."
Hidung mancung si tampan mengendus leher sang hawa. Pun bibir tebalnya, ikut-ikutan menyentuh nakal. Aroma manis dan maskulin bersatu di kulit wanita Kim, hasil kegiatan mereka tadi malam tentu saja.
"Ahjussi, aku harus kembali."
Jungkook mendesah kecewa saat Mia langsung berdiri dan menghambur ke luar kamar. Ayolah... tadi sangat menyenangkan.
—♥—
Mia pelan-pelan membuka pintu kamar yang tidak dikunci sejak dia keluar tadi malam.
"Mia?"
Yang dipanggil menggigit bibir. Itu suara ayahnya, Tuan Kim. Mau tidak mau, si cantik bermata sipit itupun berbalik dan tersenyum hangat.
"Appa...," panggilnya manja sembari mendekati lelaki paruh baya tersebut.
"Dari mana?" Tuan Kim menatap curiga ke anak gadisnya yang berlaku tak biasa.
"Um... mau mencari udara segar." Mia asal mengambil jawaban. Padahal dalam hati dia gugup luar biasa. "Appa mau jalan-jalan? Aku ikut boleh, 'kan?" pintanya mengalihkan pembicaraan.
"Ya, tentu saja boleh. Ayo."
Riang, Mia menggandeng lengan Tuan Kim dan meninggalkan koridor mewah bernuansa putih ungu. Mereka menuju taman yang menang tersedia untuk para tamu. Pelayanan yang sangat bagus, wajar jika hotel ini disukai banyak orang.
"Jungkook tidak kembali ke kamarnya tadi malam."
Mia menoleh, menatap wajah tua sang ayah saat mereka duduk di bawah pohon ek yang cukup besar. Di langit bagian timur, si bola raksasa mulai menampakkan diri dengan malu-malu, membuat kota Busan diselimuti oleh cahaya lembut kemerahan.
"Benarkah?" Mia berusaha bersikap biasa.
"Mm. Dia bilang ada urusan, tapi sampai pagi tidak juga kembali."
"Hmm."
"Kalian tidak ada hubungan apa-apa, 'kan?"
"Huh?" Spontan Mia langsung menatap wajah Tuan Kim yang terlihat serius. "Maksud Appa?" tanyanya gugup.
"Tadi malam, saat Jungkook hendak memukul lelaki itu. Appa melihatnya."
"Aaa... itu," —Mia tersenyum kaku—"dia hanya menolongku."
KAMU SEDANG MEMBACA
[M A Z E] 🔞
FanfictionJika dirimu mengira hubungan mereka hanya sebatas mahasiswi dan dosen, maka perkiraanmu salah besar. Hubungan mereka rumit, seperti labirin. Tentang mencintai tapi tak bisa mengungkapkan. Tentang masa lalu yang menghantui. Tentang dendam, dan lainny...