"Kalau aku cemburu, bagaimana?"
Mia mengerjap, menatap punggung tegap sang adam yang terbalut jas buatan designer ternama. Jungkook berbalik, angkuh melipat tangan seraya ia menunggu jawaban.
"Tidak mungkin," tawa Mia, tapi terdengar canggung.
"Kenapa tidak mungkin?" Nada suara Jungkook terdengar tidak senang. Sebab jujur saja, dia sedikit tersinggung dengan ucapan Mia barusan. Ayolah... dia merasa seperti gadis itu menganggapnya tak berperasaan.
Namun, Mia malah menyipitkan mata. "Ahjussi tidak mungkin melupakan Nana, 'kan?" dorongnya.
Bungkam, adalah pilihan Jungkook. Bahkan, ia langsung menuju meja dan mengambil kunci mobil yang tak diambil Mia.
"Aku mau mobil baru."
Menjilat bibir, Jungkook pun memandang si cantik Kim. Dia berkacak pinggang, gemas dengan simpanannya ini. Sungguh jauh berbeda dari raut si cantik yang tak bersalah.
"Mau apa lagi?" Jungkook mengeluarkan ATM dari dompet kulit miliknya, lantas mendekati Mia yang masih setia berdiri di depan meja.
"Baju, tas, buku, makanan."
"Spa? Salon?"
"Aku tidak tertarik."
Waw.
Mia mengulurkan tangan. Jungkook menarik napas, memindahkan ATM-nya ke Mia.
"Pinnya--"
"010997."
"Bagus, kau masih ingat."
"Kejadian dua tahun lalu saja aku masih ingat, apalagi yang baru."
Jungkook tiba-tiba terdiam. Membuat Mia bergumam panjang, lantas meminta izin keluar. Namun, di sela ia menutup pintu, sempat-sempatnya ia memandang Jungkook yang mendongak dengan raut terlihat bersalah. Tetapi, itu bukan urusannya.
Pintu ditutup pelan. Serta diiringi pandangan dari sang sekretaris yang heran kenapa si anak magang sering masuk ke ruangan atasan, Mia kembali ke mejanya. Yumi bertanya kenapa, tapi hanya dijawab bahwa Jungkook ingin mengetahui kesehatannya. Dengan begitu tidak ada pertanyaan lebih lanjut dan mereka kembali ke pekerjaan masing-masing.
—♪
Nana merapikan berkas kerjanya saat ponsel yang ditaruhnya di samping laptop berbunyi. Nama Jungkook tertera jelas, membuat lengkung manis hadir di bibirnya yang berwarna pink lembut.
"Yeoboseo?" sapanya riang.
"Kau sibuk?"
"Kenapa?"
"Ayo makan siang bersama."
Nana melirik jam di pergelangan tangan. Masih ada satu jam sebelum waktu istirahat siang. "Mm, kau mau makan di mana?"
"Restoran baru Paman Ling. Mereka mengundangku."
"Hmm, baiklah."
Harusnya setelah mengiyakan, Jungkook mematikan sambungan seperti biasa. Tetapi, kali ini lelaki Jeon itu malah membisu dalam keheningan, membuat kerut heran hadir di kening sang kekasih.
"Jungkook?"
"Ah, ya?"
Sedikit Nana tertawa. "Kau kenapa?" tanyanya sambil menutup laptop yang sudah dimatikan.
Terdengar desah panjang di seberang sana. Disambung dengan jawaban Jungkook, "Aku merindukanmu."
Basa-basi yang membawa semburat merah hadir di pipi si cantik Nana. Gadis itu berdehem, tersenyum malu tapi berusaha ditahan dengan menggigit bibir bagian dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M A Z E] 🔞
FanfictionJika dirimu mengira hubungan mereka hanya sebatas mahasiswi dan dosen, maka perkiraanmu salah besar. Hubungan mereka rumit, seperti labirin. Tentang mencintai tapi tak bisa mengungkapkan. Tentang masa lalu yang menghantui. Tentang dendam, dan lainny...