Nisan makam seorang yang dicintai hati banyak orang bernama Ibnu Mahmud (w. 622 H/1226 M) di Gampong Leubok Tuwe, Meurah Mulia-Aceh Utara.
****
SEJARAH Samudra Pasai telah dimulai sejak paroh pertama abad ke-7 H/ke-13 M. Hal ini diketahui lewat data-data yang diperoleh dari tiga batu nisan bersurat, dua di antaranya berada di Leubok Tuwe, Meurah Mulia dan satu di Matang Ulim, Samudra dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara.
Ketiga nisan bersurat tersebut memuat epitaf (tulisan keterangan tentang pemilik kubur) yang menjelaskan bahwa mereka adalah tokoh-tokoh yang syahid serta dicintai oleh hati orang banyak (mahbub qulub al-khala'iq). Dua tokoh pemilik makam di Leubok Tuwe telah meninggal pada tahun 622 H/1226, dan yang makamnya di Matang Ulim meninggal pada 676H/1278 M.
Dari kata "as-sa'id" pada epitaf ketiga nisan tersebut dapat diketahui bahwa ketiganya merupakan penguasa sebelum Al-Malik Ash-Shalih dan dinastinya memerintah di Samudra Pasai.
Keberadaan tiga nisan ini menunjukkan bahwa kepemerintahan Islam di pesisir utara Aceh ini telah muncul sejak pertengahan pertama abad ke-7 H/13 M, dan merupakan awal dari sejarah Samudra Pasai.
****
Terjemahan dari tulisan batu nisan di atas:
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinggalan Sejarah Samudra Pasai (Terbit) ✓
Non-FictionPERTENGAHAN abad ke-14 M, Ibnu Baththuthah, penjelajah terkenal asal Maghrib (Maroko), mengunjungi kota kesultanan Samudra Pasai yang disebutnya dengan Sumuthrah kemudian ia mencatat dalam laporannya: "Sumuthrah adalah sebuah kota besar dan indah, d...