💮 Pertama: Surat SURAT Sultan Zainal 'Abidin yang menyebut dirinya sebagai Al-Qa'im tahta Amri Rabbil Alamin (pelaksana di bawah perintah Tuhan semesta alam). Surat yang tersimpan di Lisabon, Portugal, ini diyakini berasal dari penguasa Samudra Pasai terakhir yaitu Sultan Zainal 'Abidin bin Mahmud yang wafat pada 923 H/1518 M dan makamnya berada di kompleks pemakaman kesultanan periode III, di Meunasah Meucat, Aceh Utara.
Dalam surat ini Sultan mengadukan sikap semena-mena dua orang perwakilan Portugis di Samudra Pasai kepada Kapitan Moran untuk disampaikan kepada "Sultan" Portugal (Gubernur Portugis di Goa). Ada banyak nama negeri yang tersebut dengan jelas dalam teks surat ini, antara lain, Syummuthrah (Samudra Pasai), Pariyaman, Mulaqat (Melaka), Barus, Pulikat, Bengal dan lainnya, yang sekaligus juga menggambarkan kepadatan jaringan hubungan Samudra Pasai dengan negeri-negeri di luarnya, bahkan sampai dengan India.
💮 Kedua: Stilisasi Kapal dan Perahu. Dalam gerak perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam di Samudra Pasai, sarana transportasi merupakan pendukung yang tidak bisa dikesampingkan. Meskipun sejauh ini belum ditemukan tinggalan kapal-kapal dan perahu dari zaman tersebut, namun lewat salah satu batu nisan milik seorang mu'allim (pelayar/navigator), seniman kaligrafi telah mengekspresikan wujud berbagai kapal dan perahu di zaman itu.💮 Ketiga: Cap/Stempel Sultan Muhammad bin Al Malik ash Shalih bertulis Mamlakah Muhammad (kerajaan Muhammad) ditemukan warga di atas pematang tambak Kuta Krueng, Samudera, Aceh Utara pada 2008 silam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinggalan Sejarah Samudra Pasai (Terbit) ✓
Non-FictionPERTENGAHAN abad ke-14 M, Ibnu Baththuthah, penjelajah terkenal asal Maghrib (Maroko), mengunjungi kota kesultanan Samudra Pasai yang disebutnya dengan Sumuthrah kemudian ia mencatat dalam laporannya: "Sumuthrah adalah sebuah kota besar dan indah, d...