Nisan makam Malikah Dannir (w. 791 H [781 H]/1389 M [1380 M] di Meunye Tujoeh, Pirak Timu, Aceh Utara.
DARI epitaf pada nisannya diketahui beberapa tokoh Samudra Pasai dalam abad ke-14 M. Mereka asal nasab dari seorang ratu yang di pertuan agung (al Malikah Al-Mu'azhzhamah) bernama Dannir, atau yang disebut oleh para ahli sejarah dengan Ratu Nurul 'Aqla, Nurul A'la, Nurul Ilah, Wabisah. Epitaf makam menyebutkan Ratu Dannir ini ialah putri dari Sultan Al-Malik Azh-Zhahir bin Raja Khan bin Raja Kadah (Kedah).
Makam Ratu ini berada di tepi kanan Krueng (sungai) Pirak. Informasi yang diperoleh dalam sebuah ekspedisi CISAH tahun 2012, di wilayah tersebut memang terdapat beberapa lokasi yang masih memakai nama Kedah. Ini menunjukkan bahwa Kedah yang dimaksud adalah wilayah yang berada di antara aliran Krueng Pirak dan Krueng Keureuto bagian selatan.
Dikarenakan Ratu ini wafat pada penghujung abad ke-8 H (791 H atau 781 H), maka ayahnya, Sultan Al-Malik Azh-Zhahir bin Raja Khan bin Raja Kedah, diyakini adalah sultan yang dijumpai oleh lbnu Baththuthah dalam kunjungannya di paroh abad tersebut.
Makam Ratu Dannir juga ditandai dengan satu batu nisan (sebelah kaki/selatan) berinskripsi bahasa Pasai (Jawiy/Melayu) kuno. Dengan demikian, Kedah boleh jadi merupakan sebuah kerajaan yang telah ada semenjak sebelum kedatangan Islam.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinggalan Sejarah Samudra Pasai (Terbit) ✓
NonfiksiPERTENGAHAN abad ke-14 M, Ibnu Baththuthah, penjelajah terkenal asal Maghrib (Maroko), mengunjungi kota kesultanan Samudra Pasai yang disebutnya dengan Sumuthrah kemudian ia mencatat dalam laporannya: "Sumuthrah adalah sebuah kota besar dan indah, d...