💮 Keempat: Komplek makam yang dikenal dengan Jirat Sareh (Komplek Makam Raja Khan) di Kuta Krueng, Samudera, Aceh Utara. Di pemakaman ini dikuburkan tokoh-tokoh penting dalam sejarah Samudra Pasai, antara lain: Raja Khan (W. 823 H/1420 M) dan seorang alim dan zahid yang terkenal dengan panggilan Maulana Qadhi Ibrahim Syarif bi Inayatillah (W. 914 H/1508). Yang terakhir disebutkan nampaknya memiliki hubungan tertentu dengan Fathullah Syarif bi Hidayatillah atau yang sering disebut dengan Falatehan/Fatahillah.
Berikut ini adalah hasil terjemahan dari nisan raja Inayatillah tersebut:
💮 Kelima: Makam seorang yang shalih bernama Mir Hasan yang wafat pada malam 15 Ramadhan (malam Nuzulul Qur'an) tahun 910 H/1505 M. Sebutan pada awal namanya, mir, yang berarti syaikh atau tuan guru menunjukkan ia seorang tokoh Samudra Pasai yang berasal dari Persia.💮 Keenam: Komplek makam Raja Kanayan di Meunasah Ujong, Samudera. Raja Kanayan adalah seorang panglima kerajaan yang hidup dalam masa pemerintahan beberapa sultan Samudra Pasai, di antara nya masa Sultan Zainal Abidin Ra-Ubabdar.
Dalam Sejarah Melayu diceritakan bahwa seorang pangeran dari Meungkasar (Bugis) bernama Semerluki telah diusir ayahnya sebab jatuh hati kepada ibu tirinya. Sebelum Semerluki pergi merompak ke Ujung Tanah (Melaka), ia telah membumihanguskan seluruh tanah jajahan di Jawa. Di Melaka, ia bertarung dengan Laksamana (Melaka). Peperangan sengit itu kemudian dimenang-kan Melaka tapi pasukan Laksamana banyak tewas terkena sumpit beracun. Lalu, Semerluki beralih menyerang Pasai. Mendengar itu, Sultan Pasai memerintah-kan Raja Kanayan untuk mengusir Semerluki. Pertempuran sengit di laut terjadi. Raja Kanayan akhirnya berhasil mengalahkan Semerluki. Semerluki yang hengkang mengakui keberanian Raja Kanayan dengan mengatakan, "Berani Raja Kanayan ini daripada Laksamana."
Dalam komplek ini ada beberapa nisan yang terdapat tulisan ayat Alquran:
Ini adalah inskripsi ayat Alquran, surat At Taubah: 21-22, pada batu nisan marmer makam Na'ina Husamuddin bin Na'ina Amin (wafat 823 H / 1420 M) di Meunasah Pie, Aceh Utara. Pada nisan makam ini (sebelah kaki/selatan) juga terdapat inskripsi syair pujangga Persia ternama, Sa'diy Syiraziy.
Gambar di atas adalah Kaligrafi kalimat Tauhid pada salah satu nisan di pemakaman kesultanan samudera pasai periode lll, Meunasah Meucat, Samudera, Aceh Utara.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinggalan Sejarah Samudra Pasai (Terbit) ✓
Non-FictionPERTENGAHAN abad ke-14 M, Ibnu Baththuthah, penjelajah terkenal asal Maghrib (Maroko), mengunjungi kota kesultanan Samudra Pasai yang disebutnya dengan Sumuthrah kemudian ia mencatat dalam laporannya: "Sumuthrah adalah sebuah kota besar dan indah, d...