Story 10

165 22 2
                                    

Ruichi membawa Suzu duduk dibangku taman setelah mati-matian dia membujuk wanita itu untuk berhenti menangis agar tidak menimbulkan salah paham. Raut wajah Suzu masih terlihat sedih. Apa dia sedang ada masalah? Entahlah, Ruichi tidak tahu.

Ruichi membawa satu gelas coklat hangat dan satu gelas kopi untuk dirinya. Kenapa dia membeli minuman panas dihari seterik ini? Astaga! Seharusnya dia membeli minuman dingin. Mata hitam Ruichi memandangi wanita yang masih diam termenung. Apa dia masih bernyawa? Ruichi mencolek-colek lengan gadis itu tapi sama sekali tak direspon. Saking kesalnya Ruichi mencubit pipi Suzu dengan keras.

"Akh!!!! Sakit!!!" pekik Suzu mencoba melepaskan cubitan Ruichi. Suzu mendongkan kepalanya dan menatap Ruichi dengan tatapan bingung.

"Ck! Kau masih hidup rupanya." sindir Ruichi kejam.

Suzu menandang Ruichi heran. "Kau siapa?"

Ruichi menganga lebar. Apa gadis ini tidak memiliki televisi dirumahnya atau bahkan majalah? Fujihara Ruichi adalah salah satu eksekutif muda yang banyak digandrungi wanita dari semua kalangan. Berkat otak cerdasnya Ruichi berhasil membawa perusahaan yang dipimpinnya bersaing didunia internasional. Bahkan Ruichi sering masuk ke dalam majalah Business Times. Tatapan gadis dihadapannya begitu polos.

"Apa kau tidak tahu aku ini siapa?!" Ruichi mencoba menanyakan hal ini pada gadis itu yang ternyata menggelengkan kepalanya.

"Tidak tahu. Makanya aku bertanya kau itu siapa?" tanya Suzu polos.

Jujur saja Ruichi menjadi keki sendiri karena pasalnya ini pertama kali ada seorang gadis yang bersikap cuek dan acuh padanya. Bahkan tidak mengenal dirinya. Astaga! Gadis ini tersesat hidup diera mordern seperti ini.

"Aku Fujihara Ruichi. Sudahlah aku memperkenalkan diriku lebih detail kau tidak akan tahu." sesal Ruichi karena membantu gadis dihadapannya.

"Oh, aku Nomura Suzu. Salam kenal." kata Suzu dengan wajah tanpa dosa.

Ruichi hanya bisa menghela nafas menelan rasa kesalnya yang dikubur sendiri. "Ini." ujarnya memberikan coklat hangat pada Suzu.

Suzu menerima minuman itu. "Terima kasih."

"Sama-sama." balasnya. Mata Ruichi melirik kearah Suzu yang meniup pelan coklat hangat yang diberikannya.

"Kau memang aneh. Dicuaca sepanas ini malah memberikan minuman panas." celetuknya polos.

Ruichi mendelik kearah Suzu. "Ck! Kau masih saja protes. Beli sana es batu sendiri agar coklatnya menjadi dingin."

Suzu tidak membalas ucapan Ruichi. Sebelah tangannya yang terbebas mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada sahabatnya Saki. Kemudian Suzu memasukan ponselnya kembali.

"Kau sudah merasa lebih baik bukan. Kalau begitu aku pergi dulu." Ruichi beranjak dari duduknya.

Mata Suzu melirik gelisah Ruichi. "Kau mau kemana?"

"Pergi." jawabnya singkat.

"Kemana?"

"Ke daerah Shibuya. Memangnya kenapa?" Ruichi balik bertanya dengan pandangan heran.

"Aku juga ingin kesana. Antarkan aku ke Lattest Omotesando." pinta Suzu dengan wajah tanpa dosa.

"Hah? Kenapa kau? Hei, kita baru kenal kau sudah seenak jidatmu memintaku untuk mengantarkanku! Bagaimana kalau aku ini orang jahat?"

"Tidak mungkin kau orang jahat. Kau saja membelikan aku coklat hangat." Suzu menggoyang-goyangkan gelas plastik didepan wajah Ruichi. "Kita satu arah. Apa salahnya memberikan tumpangan padaku?"

My Marriage || 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang