Seorang lelaki perlente dengan setelan kemeja yang dibalut jas rapi melangkah keluar kantor. Tangan kanannya menggenggam telepon seluler cangkih yang ia tempelkan pada kuping kanan. Gerak kakinya terburu menapak trotoar depan gedung megah tempat ia berkantor. Lelaki perlente tertegun ketika melintas di hadapan seorang pengemis yang menghiba minta belas kasihan.
"Pak, minta sedekah, dari pagi saya belum makan," pinta pengemis memelas.
Lelaki perlente menghentikan langkah, sebelum menarik dua lembar uang pecahan seratus ribu dari dalam dompet.
"Terima kasih, Pak. Semoga Bapak makin sukses!" ucap pengemis masih dengan nada menghiba.
Lelaki perlente mengangkat alis, sambil menggenggam lembaran uang dua ratus ribu ia berkata.
"Tidak usah doakan saya, berdoa saja untuk kesuksesan diri Anda. Saya tidak yakin doa Anda bakal terkabul, sebab jika doa Anda terkabul mungkin Anda juga sudah sukses seperti saya."
Sejurus kemudian terdengar sirine mobil petugas Dinas Sosial, pengemis yang pura-pura lumpuh itu berlari secepat bayangan, kecepatan larinya melebihi Usain Bolt.
Bandung, 23 Januari 2019
TM Hendry, s